Namun bagaimana sikap Hidayat Nur Wahid ? Hidayat Nur Wahid mengaku tetap setia mendukung Walikota Solo, Joko Widodo atau Jokowi. Hidayat mendukung Jokowi untuk tetap memimpin Solo hingga akhir jabatannya pada tahun 2015 mendatang.
"Saya dukung dia untuk lima tahun bukan untuk yang lain. Saya tetap setia untuk mengingatkan dia untuk akhir masa jabatan," kata Hidayat kepada wartawan di kantor DPP PKS, Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan, Sabtu (11/8).
Calon gubernur DKI Jakarta yang gagal maju ke putaran dua Pilkada DKI 2012 itu mengaku berhubungan baik dengan Jokowi. Ia bahkan mengaku pernah menjadi juru kampanye Jokowi pada Pilkada Solo pada tahun 2010 lalu. Ia menilai, dirinya dan Jokowi juga memiliki visi yang sama untuk menjadikan Jakarta menjadi lebih baik.
"Hubungan dengan Jokowi hubungan bersahabat kami sesama warga negara Indonesia, dan untuk menghadirkan Jakarta lebih baik. Saya juga pernah jadi jurkam Jokowi," ujar Hidayat. (Sumber : http://m.jpnn.com/news.php?id=136610)
Terlihat sekaliĀ ada kegamangan dalam keputusan PKS untuk berbalik mendukung Foke -Nara. Walau oleh HNW dipelesetkan pada hanya dukungan untuk tetap Jokowi pada posisi wali kota Solo, namun terlontar juga bahwa misi Jokowi adalah sama dengan misinya yaitu menata Jakarta lebih baik.
Artinya, menurut pendapat subyektif penulis, tersurat bahwa posisi PKS 'di hati ingin' mendukung Jokowi, namun apa daya kepentingan praktis politik berkata lain. PKS mendukung Foke - Nara karena adanya deal-deal atau kepentingan politik praktis tertentu.
Lalu bagaimana dengan Bang Haji Rhoma ?
Beliau mati-matian mempertahankan sikapnya bahwa apa yang telah dilakukan (ceramah yang dilaporkan ke Panwaslu) adalah benar. Itu adalah murni ceramah agama. Bukan kampanye. Namun permasalahannya adalah :
- kesan yang mudah ditangkap awam adalah beliau ini timses atau minimal simpatisan Foke-Nara.
- dalam menyampaikan pesan keagamaan yang melarang memilih pemimpin yang tak seagama tersebut Bang Haji langsung menyebut nama calon gubernur yang akan bertanding di pilkada Jakarta putaran kedua. Nah ini yang menjadi masalah.
- ada kesalahan fatal yang menimbulkan fitnah yaitu mengatakan bahwa ibunda Jokowi beragama non muslim, padahal beliau adalah muslim bahkan sudah menunaikan ibadah haji. Dalam hal ini Bang Haji tiada meminta maaf.
Disini isu agama bermain. Dan hal inilah yang sedang diselidiki oleh panwaslu.
Terakhir bagaimana sikap Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siroj ?
Terkait dengan isu SARA yang diembuskan kepada pasangan pemenang pilgub DKI putaran pertama itu, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) Said Aqil Siroj menegaskan, sama sekali tidak ada masalah latar belakang keagamaan seorang pemimpin.
"Keadilan bersama nonmuslim itu lebih baik daripada ketidakadilan bersama muslim," tandas Said di Kantor PB NU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, kemarin (11/8). Dia menegaskan bahwa itu bukan sekadar keyakinannya, namun juga salah satu kaidah fikih.
Ibnu Taimiyah dalam kitab Siyasah Syar"iyah menegaskan, kalau orang yang adil meski nonmuslim jadi pemimpin, orang Islam pasti akan pula mendapat keadilan. Sebaliknya, jika ada pemimpin beragama Islam yang zalim, orang Islam sekalipun akan dizalimi.
"Tidak banyak kiai atau tokoh yang berani ngomong ini. Tapi, kalau saya berani," tegas Said.
Berdasar kaidah tersebut, lanjut Said, pasangan Jokowi-Ahok tidak bermasalah di mata NU. "Silakan saja menang, bagi NU tidak ada masalah," tandasnya. (Sumber : http://m.jpnn.com/news.php?id=136623).
KH. Said Aqil Siroj bukan hanya melontarkan pendapatnya sendiri tetapi juga menukilkan pendapat ulama tersohor yaitu Ibnu Taimiyah.
Nah kan, jadi bagaimana pendapat Anda ?