Setelah itu aku pulang karna hari sudah larut malam. Dengan cepat aku menuju kamar dan melihat handphone milikku, apa ada pesan darinya. Yaa, sejak kepergian nya yang mendadak itu, aku jadi gusar apa ada sikapku yang salah padanya? Atau aku menyakiti hatinya? Entahlah. Pertanyaan itu berputar dikepalaku seraya ku melihat foto terakhir saat kita bertemu. Hari demi hari kulewati begitu saja, tanpa ada yang special hanya bekerja. Dan yang kuingat terakhir  tentangnya saat dia mengajakku untuk membeli jus di tempat yang jaraknya jauh dari rumah.
Tiba suatu hari, setelah aku pulang kerja, hp ku berdering tanda ada chat yang masuk. Aku biasa saja tak menghiraukan karena grup di whatsapp sudah sangat banyak jadi, ku kira itu dari teman" grupku. Setelah membersihkan badan dan makan. Ternyata hp ku berdering lagi tanda ada panggilan masuk, hanya sebentar. Rupanya dia menelfonku tanpa sempat ku mengangkatnya. Mungkin hanya miscall. Setelah ku cek chat disalahsatu aplikasiku.
Ternyata ada 1 pesan yang membuatku lega dan banyak gusarnya karena pertanyaanku belum semuanya terjawab. Senjaku!! Dia mengirim pesan. Dia berkata, "Dek, mas sudah sampai". "Sampai? Mas sampai dimana? Sejak kapan? Dan untuk apa?" Jawabku karena spontan aku penasaran dengan sikapnya yang tiba-tiba menghilang dan tidak pernah menjawab semua pertanyaanku yang begitu banyak. "Mas lagi di bogor dek latihan" sahutnya. "Dibogor untuk apa mas? Kenapa mas ga bilang dan tiba tiba menghilang?" Jawabku.
Sebenarnya, sebelum dia menghilang aku mendapat kabar kalau dia mendapat penghargaan karena telah menyelamatkan helikopter saat hari specialnya waktu itu, beberapa tahun yang lalu di jakarta. Yang aku dengar, dia ditugaskan ke lebanon atau afrika untuk 1 tahun kedepan. Aku tau kabar itu karena aku pun dari keluarga abdi negara. Jadi aku tau dari ayahku yang satu batalyon dengannya. Sebenernya kabar seperti itu juga sudah biasa ditelingaku, jadi jika ditinggal aku tidak se cengeng itu walaupun hati sesak rasanya. Seperti yang pernah kualami selama bertahun tahun lamanya saat jauh dari papaku yang sedang layar saat itu. Aku ga percaya begitu aja. Aku hanya ingin dengar dari mulutnya. Meskipun aku juga tidak bisa berbuat banyak. Aku hanya bisa pasrah dan menunggunya..
Setelah balasan terakhirku, sebulan kemudian dia menelfon ku, tepat dua bulan setelah dia berada di afrika. menanyakan kabarku, dan dia bertanya sedang bersama siapa saat ini. Aku pun kaget mendengar ucapannya. Karena setelah percakapan itu dia tiba tiba menghilang lagi untuk kesekian kalinya dan aku juga sibuk dengan pekerjaanku. Lalu ku jawab dengan sewot "sebelum aku jawab pertanyaan mas, coba mas bilang dulu apa yg sebenernya diterjadi? Aku masih ga paham". Ga berapa lama dia kembali menelfonku, kali ini dia videocall. Di videocall itu saat itu disana terlihat senja begitu sangat apik dan sangat indah dan aku melihat seperti perbatasan pasir berwarna merah seperti yang ada di film luar negeri.
Aku masih belum tau dia dimana. Spontan aku bertanya "mas dimana? Sepertinya itu bukan di perak, dan bukan di indonesia juga. Mas dimana?". "Dek, maaf ya mas gapernah cerita, mas takut nanti adek nangis karna mas tinggal. Mas tau adek lagi seneng kerja di tempat baru. Maafin mas ya dek, mas disini cuma setahun kok ngga lama, kita juga masih videocall an", Jawabnya.
Aku lega, ternyata dia masih sehat dan ternyata itu alasan dari pertanyaan yang selama ini terngiang di kepala ku. Memang dia bukan org yang pintar berkata kata tapi dengan semua perilakunya aku menyukainya entah dia menghianati atau tidak, kita bukan sepasang kekasih karena kita juga ga pacaran. Tetapi kita selalu memberi kabar satu dan lainnya. Dan entah mengapa selama perjalananku mengenal dia, semua ngalir begitu aja. Yaa, aku tau kurang nya, aku tau sisi buruknya dan aku tau resiko konsekuensi yang aku hadapi saat itu, aku ga mempermasalahkannya.
Air mata yang sudah ku tahan sejak lama seketika pecah liat raut wajahnya yang lesu itu. Tidak, aku tidak menyesal karna dia ga pamit padaku. Aku hanya khawatir keadaannya. Aku harus tetap semangat disini dan aku gaboleh egois. Sejak saat itu, kita selalu videocall karena memang saat itu jarak merampas senjaku begitu lama. Tidak ada rasa bosan tapi terkadang aku harus rela bangun malam karena perbedaan jam yang kita alami sangat panjang.
Yaa, indonesia-afrika. Baru pertama aku mengalami jarak dan perbedaan waktu yg begitu panjang. Hingga waktu terus berputar begitu cepat. Di bulan bulan terakhir kedengarannya menyenangkan. Dia bercerita penuh semangat. Dia bercerita kegiatannya dan segala macamnya disana.
Suatu ketika aku bertanya padanya "mas, mas sayang ngga sih sama aku?". Dia diam. "Mas, tolong kasih aku jawaban yang bisa menolongku dari perasaan yang ga pasti". Jawabannya adalah "tunggu mas pulang dek". Aku gatau apa rencananya saat itu. Yang aku tau, aku sayang padanya dan aku menunggu nya begitu lama. Hingga akhirnya aku pasrah. Karena mungkin aku orang ke sekian yang menghiburnya dari kegiatan membosankan disana. Tapi jika aku salah satu penghiburnya, mengapa dia terus menerus memberiku kabar.
Aku benar benar dibuatnya dilema, aku takut jika dia pulang aku akan ditinggalkannya seperti kasus yang lainnya. Sekali lagi aku bertanya padanya, "mas, apa mas sayang sama aku?, Selama ini mas gapernah bilang klo mas sayang sama aku". Sampe akhirnya ternyata dari doaku, ditengah kegundahan hatiku aku bertemu seorang laki" yang sabar. Aku berdoa seraya air mataku menetes karena senja itu. Senjaku kini hambar. Dan laki laki itu terus berusaha untukku.
Tak lama aku berkenalan laki laki itu datang kerumah membawa orangtuanya. Dan kita menetapkan hari lamaran. Aku sedang memikirkan senjaku. Bagaimana hatinya mendengar ini, apa dia baik baik saja? Apa dia sakit hati padaku?. Hatiku pun kecewa, aku berharap lebih padanya, tapi mungkin kita tidak berjodoh.
Aku sudah salah padanya dan aku juga gabisa berbuat banyak. Karena di dalam adat jawa, jika seorang perempuan menolak lamaran pria belum tentu dia akan dilamar kedua kalinya dengan cepat. Dan di suatu waktu senjaku sudah berada di indonesia tepat 2 minggu sebelum aku bertunangan dia sudah kembali disini, dirumahnya didekat rumahku yang hanya berjarak 20km. Dia hampir menemuiku saat aku bertunangan. Mungkin dia memang sengaja tidak memberitahuku ketika dia sudah berada dirumah saat itu karena gamau merusak perasaanku yang masih miliknya. Sore hari setelah aku bertunangan, dia menelfonku. Dia menyesal karena dia ga pernah mengutarakan perasaannya terhadapku. Dia gapercaya bahwa aku sudah dilamar laki laki itu. Ujung penantian yang belum pernah terfikirkan olehku sebelumnya.
Beberapa bulan setelah telfon itu, kita sudah jarang berkomunikasi karena dia mengalah untuk tidak bertemu denganku. Mungkin saat itu kita sedang menata hati masing masing. Menghadapi kenyataan bahwa kita memang ga saling memiliki. Akhirnya setelah lama ga berkomunikasi dia menghubungiku lagi dengan mengajakku bertemu, mungkin dia rindu dan aku pun begitu. Rindu ini memang harus diselesaikan entah bagaimana caranya supaya gaada penasaran dan gaada lagi saling menyalahkan.
Sampai saat ini aku dan senjaku berjarak lebih jauh. Kita sama sama tau dan kita saling melihat di kejauhan. Ingin rasanya aku menangis tetapi sekali lagi, aku tidak boleh egois. Aku sudah menjadi milik orang lain. Dan dia tetap berlapang dada untuk itu. Yaa mungkin kita ga berjodoh di dunia, tapi aku yakin suatu saat jika doa kita saling bertautan kita akan bertemu dilain waktu.
Senja, terimakasih..
Tetaplah menjadi senjaku yang lalu.
Semoga allah melindungimu dan aku akan selalu mendoakanmu, bukan sebagai semangatku tetapi sebagai kakak kandungku.
Dengan cara itu aku bisa melihatmu dan terus mendoakanmu.
Semangatlah menjalani tugas mu saat ini..
Jangan menjadi jahat karenaku, bukalah hatimu.
Aku sudah belajar ikhlas jauh sebelum kamu meninggalkan ku saat tugas afrikamu.