Kembali ke Gerebek....
Saat Hari Minggu tiba tgl. 09 November 2014 saya berencana ingin menggunakan jasa Grabtaxi, saat sudah mendapatkan pengemudi dan drivernya yang bisa dibi8lang masih gaptek tentang gadget. Akhirnya CS-nya grabtaxi telpon terus dan terakhir saya tidak menjawab telpon tersebut karena saya sudah naik angkot.
Di Pasar Minggu dapat BBM dari salah seorang peserta yang kebingungan karena yang ditangkap adalah stasiun KA Sudirman saja (dengan alasan tentu saja dekat rumah). Dia bingung karena tidak ada teman yang dikenal disana. Saya terburu-buru melangkahkan kaki menuju stasiun KA Pasar Minggu karena janji kumpul di stasiun tersebut.
Tetapi pada saat saya di stasiun ternyata tidak ada juga saya lihat teman-teman, ya sudah berarti teman-teman terlambat. Berhubung karena saya ditugaskan jadi koordinator maka saya langsung menaiki kereta yang tiba di stasiun. Di dalam kereta pun saya mencatat nomor telepon anggota KPK yang menggunakan jalur angkutan Kereta Api. Di dalam kereta api sayapun mencoba berinternet ria eh kok nggak bisa?? Ternyata oh ternyata provider Bolt yang saya pakai tertera "No Sevice".
Sesampainya di stasiun KA. Bogor saya menuju bangunan di stasiun untuk penumpang yang beristirahat ataupun mencicipi Dunkin Donut, saya pun duduk disamping ruangan sebelah tempat untuk sholat yang ternyata ruangan aslinya tempat sholat lagi diperbaiki. Kebanyakan orang hanya melihat sekilas tulisan diatas saya yaitu "Toilet" tanpa memperhatikan arah panah yang ditunjuk sehingga ada beberapa orang menanyakan "Mas, toilet disebelah mana ya?". Lalu saya menunjuk dengan bangga ke arah kanan dan mengatakan "Disebelah kanan saya ada dunkin donut, setelahnya itu ada ruangan tapi saya nggak tau ruangan yang mana karena saya juga belum pernah kesana".
Mereka pun berlalu dengan berbagai perangai... Kembali lagi ke aktifitas saya yaitu meng-sms kepada peserta yang menjadi tanggungjawab saya. Setelah saya sms ternyata ada anggota yang sudah keluar duluan dari lingkungan stasiun. Akhirnya dengan rasa harap-harap cemas saya bilang "Beli aja tiket masuknya lagi nanti saya bayar". Eh giliran sudah masuk malah ditagih dan dengan wajah memelas saya cuma nyengir kuda. Begitu juga ada seorang ibu yang kemarin ulang tahun tanggal 18 November 2014 malah nagih kadonya tetapi kue ulangtahunnya nggak dibawa.
Flashback lagi... Di pasar minggu, sang supir / temannya telah menghubungi saya bahwa jika telah sampai mohon dihubungi kembali. Setibanya di stasiun KA. Bogor saya sms mereka bahwa kami sudah kumpul semua dan akan keluar, sms masuk menyatakan mobil sudah tersedia dan berada di "Penyebrangan layang" dan ternyata maksudnya adalah jembatan penyebrangan. Saya pun celingak-celinguk mencari mobil yang dimaksud, biasanya blogger mengikuti suatu acara jika ada penjemputan minimal ada AC-nya tapi ternyata yang kami dapat adalah Angkot saudara-saudara. Angkot itupun bukan jurusan bogor ke tempat tujuan tapi ada pada trayek lain.
Ada dua wanita yang sedari stasiun sudah menempel bak perangko dan narsis selalu. Dua wanita ini nggak tau bagaimana ceritanya tidak mengikuti rombongan sehingga ketika kami sudah di dalam angkot mereka persis lagu "Ku berlari-lari mengejar bis kota"... Maklumlah stasiun KA. Bogor adalah salah satu akses angkutan umum yang mewah dan harga murah sehingga terjadi penumpukan kendaraan di pintu keluar. Karena hal tersebut maka supir tersebut pun bilang "Menyeberang saja karena kami juga akan kesana". Memang ternyata jalur untuk memutar sungguh jauh. Pada saat mendekati jembatan penyeberangan tersebut sang supir pun memberhentikan angkotnya untuk menjemput kedua wanita yang ketinggalan tadi. Kami telah mencari dibawah jembatan ternyata mereka tidak ditemukan tapi mereka menyeberang jauh ke sebelah. Hal unik lainnya adalah pintu samping depan kiri angkotnya pun tidak dapat dibuka sehingga temannya yang duduk di samping supir harus keluar dari belakang.
Dikarenakan angkot tersebut "ngetem" maka ada petugas DLLAJR menilang surat-surat sang supir. Sang supir pun dengan merasa campur aduk mengadukan kepada kami. Karena kami sudah kelaparan sehingga beberapa wanita yang sudah teruji nyalinya mendampingi sang supir untuk meminta kembali surat-surat tersebut. Walaupun dengan agak lama dan penyerahan uang Rp. 20.000,- akhirnya surat-surat telah diterima dengan baik. Di dalam angkot pun sang supir diceramahi oleh ibu-ibu pengajian yang sudah lapar.
Sesampainya di tempat gerebek, dengan gaya khas blogger semua sudut rumah joglo tersebut karena admin yang bertanggungjawab juga mengalami macet, bahkan ada seorang pasangan kompasianer sudah hadir dari jam 10.00 WIB. Dua wanita bak perangko tadi pun tidak ketinggalan menjajal becak yang terparkir di halaman rumah joglo tersebut. Yang unik terjadi yaitu wanita yang naik becak tersebut tidak bisa turun dengan bebasnya karena jauh dari pijakannya. Tapi itupun mereka tidak bosan untuk narsis ditempat-tempat lainnya.
Setelah peserta semua sudah datang tiba untuk demo masak maka yang tidak kelihatan adalah 3 orang wanita yang narsis (ditambah lagi wanita jadi satu udah emak-emak dan dua lagi adalah anak gadis). Pada saat demo masak pun sudah mencicipi bahan yang akan dimasak yaitu seorang anak berumur Balita. Balita tersebut diberikan kacang dan bahkan bumbu pun dilahapnya karena kelaparan. Begitu juga dengan peserta lainnya ada yang mencicipi bahan dan bumbunya.
Pada saat demo ikan guramenya sangatlah besar dan menurut kokinya adalah hasil budidaya tempat tersebut yaitu di Kampoeng Wisata Rumah Joglo. Minuman khas tempat tersebut dibuat oleh bartender mereka. Menuirut admin katanya ada Backup ikannya sehingga banyak kompasianer yang membawa bungkusan dari Kantong plastik, tempat makanan bahkan ada yang bawa ember (kalo ember saya mengarangnya). Kejadian unik lainnya karena sudah pada kelaparan adalah peserta ada yang menyembunyukan lauknya dibawah nasi, ada yang sambil bertelepon tetapi tetap menikmati hidangannya dan saya sebagai orang yang juga kelaparan, tambah nasinya saja karena lauknya sudah habis.
Makanan dan minuman di kampung wisata rumah joglo seluruhnya hasil budidaya dan olahan mereka jadi sangat cocok untuk bernostalgia mengenang masa lalu yang indah. Bahkan tempat tersebut menyediakan penginapan jika dibutuhkan oleh pengunjung. Tempat tersebut sangat cocok untuk kegiatan-kegiatan perusahaan ataupun pelatihan yang membutuhkan suasana yang tidak bising serta indah dipandang mata. Faslitasnya pun beragam dari kolam renang, area pemancingan dan ada juga flyng fox.
Setelah diajak berkeliling maka tiba saatnya pemilik memperkenalkan diri serta sejarah dibangunnya kampung wisata tersebut. Sedikit yang saya tangkap adalah:
1. Kampung wisata didirikan lokasinya diajukan oleh teman dan peliliknya pada saat itu masih mempunyai orangtua dan ingin berbakti kepadanya (orangtua) maka dicarilah rumah joglo yang ada di Jogjakarta. Rumah joglo dijual pada waktu itu hanya rumahnya saja.
2. Setelah orangtua meninggal maka pemilik membuka usaha Cafe dan ternyata banyak peminatnya.
3. Dikarenakan kerinduan kepada adat budaya Joglo maka terbersitlah pikiran untuk membuat suatu komplek untuk menampungnya tersebut.
4. Setelah lahan semakin luas maka sang pemilik berusaha juga bersosialisasi dengan penduduk sekitar di mana penduduk sekitar selalu menikah terlalu dini (tamat SMP sudah menikah).
5. Setengah dari jumlah penduduk sekitar tempat tersebut adalah janda bahkan ada yang sampai 3 kali, jadi yang ingin cari janda datang saja kesana.
6. Para warga diberdayakan dengan membuat kerajinan tangan seperti oleh-oleh yang saya terima dari gerebek kemarin.
7. Ada satu yang unik yaitu cabe ungu dimana pedasnya melebihi cabe lainnya dan dibudidayakan di sana.
Pada saat pulang pun berbeda dengan saat kedatangan dimana saat datang kami melewati perkampungan yang jalannya cukup satu angkot saja dan penumpangnya 8 orang tetapi pulangnya berjumlah 12 orang dengan jalan yang lebih besar dan dapat dilalui bus-bus besar. Ada satu hal yang unik yaitu ada jalan yang menanjak tetapi karena kelebihan muatan maka angkot pun berhenti sejenak sampai 4 orang turun dan kemudian angkot pun berjalan menaiki tanjakan tersebut. Begitu juga jika belok ke kanan maka angkot tersebut berderit dengan keras sehingga membuat para penumpang jantungnya "De-Deg Ser"...
Kampung wisata rumah joglo adalah Gerebek pertama saya dan juga pertemuan kompasianer pertama diadakan di luar kota sehingga menambah hal-hal unik yang lucu, menegangkan dan juga menyedihkan..
Ayo teman-teman kompasianer gabung di grupnya disini.. Salam Kenyang Penuh Kekeluargaan..