Saya punya sahabat, tidak terlalu akrab. Tetapi selalu ketemu setiap hari. Tidak pernah menyapa kecuali sesekali. Kalau tersenyum, itu mesti. Terlahirlah puisi dari kesahajaannya, menimbun nilai baca hikmah atas ketabahannya. Sahabat bersyukurku yang selalu aku tunggu usai maghriban. Aku ingin istiqomah menemani ia pulang, walau satu dua batang rokok yang bisa aku berikan. Berdialog dengannya, seperti menampar diri, karena terlalu banyak obsesi diri ini. Nyatanya, sedikit saja saya ajak bercanda, lepas tawanya. Aku tidak menemukan susah walau mungkin ada.
.....
KEMBALI KE ARTIKEL