Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

“Saatnya Berpesta”, Celoteh Burung Nazar

4 Maret 2015   05:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:12 46 7


Mati kau!
Aku intip dari balik awan
Setinggi bau busuk yang tertutupi
Bangkai pembiasaan yang dianggap ilusi


Angin kematian telah menyentuh ranting-ranting takdir
Di pucuk rentan kegigigihan menjaga wibawa amanah
Berhembus semakin kencang
Berdiri bulu roma kesalahan

Yang senyap dari hidung manusia
Yang lenyap dari mata hati norma
Yang hinggap bersama hati gundah

Kepak sayapku akan menjadi do’a
Untuk mempercepat bangkai-bangkai bergelimpangan
Amis, tanpa perlu penyedap rasa
Harum, jika di tatap dengan amarah

Mata hati kebenaran anak negeri telah aku curi
Ketika wibawa terselip di antara ketiak berselaput dosa
Etika telah aku kebiri
Untuk aku ganti poles pesona

Benci telah aku hujamkan
Bersama balas dendam
Lewat tikaman-menikam

Kini saatnya berpesta
Mengendus aroma jasad-jasad yang dihimpit beban sejarah,
Dan gelap mata

Kini saatnya mencicipi daging dinasti
Agar terus selalu menjadi uji coba saling bela diri

Pesta pora atas tergeletaknya pemilik hati
Yang selalu bersembunyi
Diantara benar salah

“Saatnya berpesta, mengkuliti wajah bangsa…”
Celoteh burung Nazar, tengadah do’a menimbun asa
Dari balik kaca benggala!

Kertonegoro, 3 Maret 2015

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun