Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Sepenggal Kisah Mutiara

28 Juli 2012   16:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:30 341 2
Mutiara. Gadis 14 tahun yang terlahir dengan fisik yang nyaris sempurna. Tinggi semampai, kulit kuning langsat, hidung mbangir dengan mata bulat bening. Rambut lurus warna merah jagung asli. Jika tidak memakai seragam biru putih, mungkin orang tak kan mengira jika dia masih duduk di kelas 8 SMP.

Di bidang akademik, kemampuannya standar, bahkan cendurung di bawah rata-rata. (tapi masih lumayanlah,, setidaknya masih konek  merespon jika di beri pertanyaaan saat KBM). Meski begitu dia sangat terkenal di lingkungan sekolah. Bahkan selalu menjadi topik hangat di ruang guru. Tingkahnya bisa di bilang aneh, tidak lazim, dan berbeda dari teman-temannya. Tiap pagi dia datang nyaris bersamaan dengan bel tanda masuk berbunyi. Kelasnya  yang berada di lantai atas memaksanya untuk berlari-lari agar tak keduluan masuk dengan guru. Apalagi jika pelajaran pada jam pertama mapel Fisika. Sudah bisa dipastikan akan DMDL (Duduk Manis Di Luar) jika sampai terlambat masuk. Tas punggungnya diberi gantungan kunci seabrek,, sehingga saat dia lari terdengar gemerincing di sepanjang koridor yang dilaluinya. Sampai di kelas nafasnya masih tersengal-sengal. Rambut sebahu yang diikat seadanya tak mampu menghambat laju keringan yang mengucur di sekujur tubuhnya. Padahal masih jam 7 pagi!..

Duduknya selalu di deretan paling belakang, meski datangnya paling akhir. Bangku di pojok dengan 2 kursi itu telah dikaplingnya. Seperti ada peraturan melekat yang tidak tertulis  bahwa ia pemilik 2 kursi itu. sehingga tak ada seorangpun yang berani duduk di bangkunya meski dia tak masuk sekalipun. Setelah tas ia letakkan, buru2 ia mengambil buku dari dalam tasnya untuk kipasan..hmmmmm

Meski tak pandai di bidang akademik,, tapi dia senang menyanyi dan pandai menggambar. Lukisannya bagus dan enak diliat.Suaranya pun merdu. Saat jam istirahat, Jika teman yang lain berjubel di kantin, dia lebih sering menghabiskan waktunya di ruang musik. Di sana ia bernyanyi sambil memetik gitar sampai bel masuk berbunyi.. Jika jam pelajaran usai, dia kembli lagi ke ruang musik itu dan betah menyendiri di sana sambil menunggu jam  ekstra kurikuler tiba. Dan kelas yang diikutinya tentu saja kelas musik..

Awalnya aku tak mengenalnya secara personal. Karena aku belum pernah masuk di kelasnya. Semua kebiasaannya itu ku ketahui dari guru2 yang mengajar di kelasnya. Hingga  iseng-iseng aku buka akunnya. "Tiara Menanti Kematiannya" begitu ia memasang nama di Fb, dengan PP dirinya sedang menengadah ke atas. Aku baca statusnya yang kebanyakan bernada depresi dan kecewa. Entah keluarganya, pacarnya ( anak smp juga dari sekolah lain) atau kekesannya terhadap dirinya sendiri..

"Sebeeeelllllll,, Ayah gag saiang ma aq. Ayah lebih merhatiin abang"..

"Mamah,, Ke mana aja sich, Tiara bosen di rumah sendirian"

"Tuhaan,, cabut sja nyawa Tiara sekarang, daripada hidup seperti ini"

bla....bla...bla....

Ada juga beberapa note nya yang semuanya berkisah tentang kekecewan dan kesedihan.

Satu saat  ia update status yang berisi umpatan kasar (tak perlu ditulis ya disini ya..). Karena risi,, aku kirim inbox padanya dan bertanya kenapa. Mungkin merasa dapat tempat, dia cerita  panjang lebar di inbox. Banyak hal yang dia ceritakan .Dari situlah aku tahu bahwa dia anak orang berada. Ayahnya seorang perwira, yang selalu dinas di luar kota  sedang ibunya dokter gigi yang juga sibuk memberi seminar kesehatan di sana-sini.. Kakaknya laki2 sudah kuliah, tentu saja sudah hidup dengan dunianya sendiri. Praktis hari-hari di luar sekolah ia lewati sendiri.Dia merasa semua orang tak ada yang menyayanginya. Ayahnya, Mamanya, Abangnya, sibuk dengan urusan mereka sendiri. Karena tingkahnya yang sedikit nyleneh, dia juga tak memiliki banyak teman. Belum lagi pacarnya yang tiba-tiba berpaling (dia juga cerita gaya pacarannya yang melewati batas untuk anak seusianya). Dia merasa tak ada yang peduli padanya, dan kematian adalah cita-cita luhurnya.

Aku mendengar kesahnya, sambil sesekali aku beri gambaran-gambaran kehidupan. Bahwa di luar sana masih banyak orang yang tidak seberuntung dia. Kesibukan orangtuanya bukan berarti mereka tak sayang, tapi justru saking sayangnya sehingga mereka membanting tulang demi memberi kehidupan yang berkecukupan kepada anak2nya.

Suatu hari dia cerita klo Mamanya mulai  berubah. Lebih sering pulang sore dan banyak menghabiskan waktu bersama Tiara. Bahkan  mamanya setuju saat Tiara  mengajak  ke Salatiga untuk menjenguk Eyangnya pada hari Minggu.. "Tiara kangen ma eyang Bu, Minggu besok kami akan menjenguk eyang. Tiara seneng Bu, Ntar Ibu tak bawain oleh2 ea.." begitu isi sms nya padaku...

Minggu sore sekitar jam 4 aku dapat sms dari Tiara. "Alah,, paling cuma mengabari kalo sudah sampai di Salatiga, kangen-kangenan sama Eyang,.....bla..bla..bla.... ". Sehingga tak segera aku buka.Sampai 3 sms masuk yang semuanya dari Tiara. ."Nie anak mau pamer apa ya?" Begitu aku buka,, Seluruh badanku seperti lemas tanpa tulang:

"Bu,saya sama mama kecelakaan.Mobil kami menabrak truk tronton saat akan menyalib angkuta.Saya gpp Bu,cuma lecet-lecet.. Tapi mama bu........"

"Mama Tiara meninggal Bu, Tiara benar-benar gak punya mama sekarang.."

Dan sms yang ketiga,ini yang membuat bulu kudukku berdiri, dan tak bisa tidur semalaman:

"Tiara melihat dengan mata kepala sendiri saat mama meninggal Bu, Kepalanya pecah, dan otaknya berceceran keluar..."

Setelah membaca sms itu aku menelponnya. Aku coba berkali-kali tapi tidak diangkatnya. Kemudian aku berinisiatif menelpon teman sekantor yang tau rumahnya dan meminta tolong  untuk mengecek di rumah Tiara. dan semuanya benar...

Paginya berita itu telah menyebar di sekolah. Kegiatan belajar mengajar di kurangi untuk melayat ke rumah Tiara. Suasana duka begitu terasa di rumah itu. Ayahnya duduk bersila di samping jenazah istrinya sambil menunduk kusyuk. Sesekali ia menerima menyalami para pelayat yang mengucapkan bela sungkawa. Lantunan surat Yassin terdengar jelas. Tiara sendiri duduk di samping Ayahnya sambil menahan tangis. Begitu melihat kedatangan kami,  Ia langsung berlari menubrukku sambil terisak-isak. Suaranya serak nyaris hilang.. Di sela-sela isakannya dia Berkata " Tiara sayang mama, Bu.. Tiara sayang sama Mama. Tiara gak punya Mama lagi sekarang. Tiara belum sempat minta maaf sama Mama seperti yang Ibu suruh kemaren, Tiara nyesel Bu, Coba kalo Tiara gak ngajak Mama ke Salatiga, Pasti sekarang Tiara masih punya Mama.........................................."

Aku tak bisa berkata apa-apa selain memeluknya erat sambil mengusap rambutnya tuk sekedar menenangkannya.. Tak kuasa aku menahan airmata mendengar rintihnya...

"Tiara, yang sabar ya Sayang,, Allah memberi  Tiara cobaan ini karena Tiara kuat,, karena Tiara tegar,,

Tiara pasti bisa melewati ujian ini,,

Percayalah,, Saat Allah mengambil sesuatu yang indah dalam hidup kamu, Pasti Allah pun telah menyiapkan yang lebih Indah Untukmu..."

S E M O G A

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun