Kita mesti bangga kepada Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, Indonesia mempunyai banyak ragam warisan budaya, seperti salah satunya tenun Indonesia. Warisan budaya ini merupakan warisan asli nenek moyang Indonesia yang harus kita pertahankan sebagai budaya nasional. Pelestarian tenun sebagai bagian dari warisan budaya adalah tanggung jawab kita bersama sebagai masyarakat Indonesia yang cinta akan kebudayaan bagsa kita.
Tenun sebagai warisan budaya nasional harus kita pertahankan dengan sebaik-baiknya karena sebelumnya, warisan budaya kita banyak diklaim negara lain sebagai warisan budaya negara mereka. Hal itu tidak boleh terjadi lagi. Tenun kita juga sudah didaftarkan di UNESCO sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia. Cinta terhadap tenun harus terus ditanamkan agar hati kita tergugah bahwa warisan tersebut merupakan aset berharga yang tak ternilai harganya.
Kita pun ingin dunia mengakui bahwa kita punya budaya yang negara lain tidak memilikinya. Inilah yang mesti kita lakukan bersama, menjaga dan terus berupaya dalam mempertahankan salah satu budaya bangsa. Kita harus menjaga warisan budaya nasional yang tidak ternilai harganya dengan sekuat tenaga. Aset nasional yang sangat berharga tersebut harus terus kita pertahankan.
Kita juga harus menghargai para penenun, jika kita ingin dianggap sebagai bangsa yang peduli pada hasil karya seniman kita. Perkembangan tenun Indonesia yang semakin gemerlap dalam dunia fashion tahun belakangan ini rasanya agak sulit dipisahkan dari sebuah nama: Cita Tenun Indonesia (CTI). Organisasi para pecinta tenun untuk melestarikan dan sekaligus memasarkan tenun Indonesia ini telah membuat produk tenun menjadi the new lifestyle.
Kegemilangannya bahkan sudah melebar hingga ke manca negara. Dan di balik segala keberhasilan, ada jerih payah Okke Hatta Rajasa, Ketua CTI, untuk mewujudkan mimpi tenun go internasional namapaknya Okke Rajasa tidak kenal lelah mempromosikan CTI di kancah internasional.
Okke dan CTI tidak hanya memikirkan tenun menjadi lebih berkilau, namun juga menyentuh persoalan yang lebih esensial, berbagi pengetahuan dan wawasan, sekaligus pemberdayaan perempuan dan masyarakat perajin. Memecahkan kebuntuan pada tenun yang awalnya hanya dipakai dalam acara adat dan formal.
Sebagaimana diketahui, sebelum CTI lahir pada tahun 2008, tenun berada dalam kondisi suram diakibatkan oleh berbagai keterbatasan. CTI mempertemukan dan menjembatani antara pengguna dengan perajinnya, antara produksi dan pasar. Hasilnya Anda bisa lihat tenun menjadi demikian seksi, seperti dalam pergelaran CTI di Jakarta Fashion Week beberapa bulan lalu.
Kecintaanya pada kain tenun, membuat istri Menteri Perekonomian Hatta Rajasa ini terus mendapat penghargaan, dari dalam negeri dan juga luar negeri. Dalam sebuah sarasehan budaya yang diselenggaran Rakyat Merdeka Group beberapa hari lalu, Okke Rajasa diberikan penghargaan atas dedikasinya yang sudah melestarikan tenun di Indonesia.
Penghargaan tersebut menunjukkan Okke Rajasa sebagai tokoh yang mengembangkan dan terus memperjuangkan tenun Indonesia. Terakhir penulis berharap, jika budaya dianggap sebagai identitas suatu bangsa, maka kita jangan sampai membiarkan satu per satu budaya kita pudar diterkam ketidakpedulian, kalau kita sendiri tidak mempertahankan budaya kita sendiri sama saja kita melepas pergi identitas bangsa ini. Memang untuk mempertahankan budaya kita sendiri dibutuhkan dukungan dari segenap masyarakat Indonesia agar warisan budaya tetap terjaga dan diakui dimata internasional. ***
Salam Kompasiana.