Lagi dan lagi Zionist Israel membombardir Palestina. Berbagai pertanyaan muncul
di benak kita. Kenapa perang itu tak kunjung usai? Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Israel ingin menguasai tanah Palestina?
Pertanyaan itu akan terjawab jika kita tahu sejarah awalnya bangsa Palestina. Palestina berkaitan dengan philistin yakni sekelompok masyarakat yang hidup di Pantai Laut Tengah pada abad 12 SM. Mereka pada awalnya adalah bangsa semi nomad yang sering berpindah-pindah.
Pada abad 20 SM, ada masyarakat Kan’an yang hidup di daratan dan lautan. Mereka mengembangkan perkampungan. Jadi tanah Palestina bukan tanah bangsa Israel seperti yang mereka kemukakan untuk menghalalkan membunuh bangsa Palestina. Israel datang ke Palestina karena terusir dari mesir. Saat Israel datang pada abad 12 SM, mereka sudah menemukan penduduk yang berkebudayaan sendiri. Namun itulah Zionist, dia akan menghalalkan berbagai cara untuk menempati wilayah orang lain.
Setelah perang dunia II, Israel menduduki tanah Palestina. Tak ada bangsa di dunia ini yang rela tanahnya diambil bangsa lain. Perjuangan rakyat Palestinapun dimulai sejak tahun 1950-1960an. Namun saat itu belum terorganisir hingga akhirnya pada tahun 1964, didirikanlah PLO yakni organisasi yang diakui dunia sebagai wadah perjuangan rakyat Palestina. PLO didirikan oleh Yaseer Arafat yang juga pendiri Al-Fatah tahun 1969. Perjuangan PLO tidak hanya angkat senjata tapi juga menggalang dukungan pembebasan Palestina dari penjajah Israel ke seluruh belahan dunia. PLO sebenarnya didirikan di Yerussalem Timur. Namun ketika Yerussalem dikuasai Israel, markas PLO pindah ke Yordania. Serangan Israel sering menimpa masyarakat Yordania dan hal inilah yang tidak diinginkan Yordania. Mereka merasa tidak sedang berperang dengan Israel tapi ikut menjadi korban bombardir Israel. PLO pun akhirnya pindah ke Lebanon.
Tapi lagi-lagi markas PLO tidak bertahan lama di sana akibat perang saudara yang terjadi di Lebanon. PLO yang terus-terusan diserang Israel akhirnya kembali pindah markas ke Tunisia. Dari Tunisia inilah karena jarak yang semakin jauh dari Palestina, PLO sudah mulai melemah. Perjuangan lebih kepada diplomasi dan perundingan-perundingan untuk kemerdekaan Palestina.
Di sisi lain, masyarakat jalur Gaza dan Tepi Barat yang merupakan wilayah Palestina mendapat diskriminasi dan tekanan hebat dari Israel. Akibatnya, di jalur Gaza muncul gerakan-gerakan keagamaan yang menyerukan jihad untuk mengusir Israel dari bumi Palestina. Diantaranya adalah Almujamma’ Al Islami. Sementara di Tepi Barat, gerakan perlawanan muncul dari para mahasiswa. Gerakan ini diketuai oleh Syeikh Ahmad Yasin. Ahmad Yasin pun mengkritik kebijakan PLO yang dinilai kurang keras terhadap Israel. Kini gerakan dibawah kepemimpinan Ahmad Yasin dikenal dengan Hamas (Harakat Almuqowwamah Al-Islamiyah) dibawah kepemimpinan Ismail Haniyah.
Dari sekelumit sejarah Palestina, ternyata betapa lamanya mereka hidup dalam dentuman bom, dalam hujan derasnya peluru. Anak-anak dibunuh dengan sadis untuk memutus mata rantai generasi Palestina. Mereka rakyat Palestina berhak hidup di tanahnya sendiri, di rumahnya sendiri, mereka berhak melanjutkan keturunan, merangkai mimpi, membangun negara yang direbut secara paksa oleh Israel. Ini bukan persoalan agama, ini adalah kemanusiaan karena yang hidup di bumi Palestina bukan hanya muslim semata. Banyak tokoh Yahudi dan Kristen Palestina yang membenci Zionost Israel dengan segala kekejamannya. Mereka mendambakan hidup tenang, damai antar pemeluk agama seperti yang terjadi berabad silam.
Tak banyak memang yang kita bantu untuk Palestina. Hanya doa dan air mata ketika mata kita menyaksikan aksi brutalnya Israel terutama kepada anak-anak. Namun dengan sedikit materi dan kenikmatan yang kita rasakan saat ini untuk dibagi kepada saudara-saudara kita nun jauh disana yang tengah bersimbah darah, semoga sedikitnya mengurangi penderitaan mereka.
Damailah Palestina
Terbukalah mata dunia
Terketuklah hati manusia
Untuk bantu Palestina
Engkau tak sendiri
Berjuanglah terus rebut tanahmu kembali
Yakinilah bahwa Allah akan akhiri ini semua
Amiiin....
Penulis : Tia Maria, Master Politik Hubungan Internasional Timur Tengah Universitas Indonesia