Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Arah Tuju Retorika Dakwah

3 Juli 2024   04:24 Diperbarui: 3 Juli 2024   04:25 34 0

Oleh: Syamsul Yakin dan Tiara ABdhie

Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah jakarta

Allah Swt. Telah menyebutkan tujuan dari dakwah di dalam firman-Nya yang berarti, "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung" (QS. Ali Imran/3: 104).

Juga sebagaimana yang tertulis di dalam Quran Surat Ali Imran ayat 110 yang artinya, "Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, karena kalian menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka.Di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik".

Disebutkan di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim tentang teknik untuk mencapai  tujuan dakwah yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad saw. "Barangsiapa  yang melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman".

Terdapat lima tujuan di dalam retorika jika dilihat berdasarkan isi pesan yang ingin disampaikan, yaitu informatif, persuasifF, rekreatif, edukatif, dan juga advokatif. Kelima tujuan retorika ini berkaitan erat dengan tujuan dakwah yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah daripada kemungkaran.

Sementara itu, terdapat setidaknya dua tujuan retorika jika dilihat dari segi cara penyampaian pesan. Dua tujuan itu adalah monologika dan dialogika. Monologika berarti penyampaian pesan yang monolog atau hanya searah. Sedangkan dialogika berarti penyampaian pesan dua arah.

Dapat ditemukan banyak riwayat Nabi yang berkaitan dengan dakwah dialogika ini. Salah satunya terdapat di dalam kitab Fathush Shamad. Di dalamnya terdapat sebuah hadists Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar, "Dalam satu perjalanan, kami bersama Rasulullah. Sekonyong-konyong seorang Arab pedalaman mendekat".

Nabi bertanya sebagai respons terhadap pernyataan tersebut, " Wahai kisanak, kamu hendak kemana?" Orang itu menjawab, "Hendak pulang ke keluargaku". "Apakah kisanak menginginkan kebaikan?", seloroh Nabi. Orang itu menjawab, "Apakah itu?"

"Kamu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan (kamu bersaksi) bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan rasul-Nya," jawab Nabi.  Namun orang itu membalas, "Siapa saja yang akan bersaksi kepadamu untuk (membenarkan) ucapan tersebut?" Nabi menjawab pertanyaan orang Arab pedalaman ini dengan tangkas, "Pohon ini atau buah ini".

Pohon yang dimaksud oleh Nabi merupakan sebuah pohon di tepi jurang. Pohon itu seolah didekatkan oleh bumi untuk berada di hadapan Nabi. Ketika Nabi bersyahadat sebanyak tiga kali, pohon tersebut mengikuti Nabi bersyahadat. Setelahnya, pohon tersebut kembali ke tempat semula.

Riwayat selanjutnya dapat ditemukan di dalam Kitab Al-Mawaidz Al-Ushfuriyah. Dalam kitab ini, Syaikh Muhammad bin Abi Bakar menulis tentang keislaman yang diawali dari mimpi. Dimana dalam mimpinya ia melihat matahari dan bulan di dalam kamarnya di Syam.

Matahari dan bulan itu berada dalam errat dekapan tangannya. Ia pun melilit bulan dan matahari tersebut dengan sorban untuk menahannya agar tidak pergi. Ketika terbangun ia pun bergegas untuk menemui pendeta Nasrani yang beriman dengan agama Islam untuk mengetahui takwil mimipinya.

Setelah Abu Bakar menceritakan secara lengkap isi dari mimpinya, pendeta Nasrani tersebut bertanya darimana Abu Bakar sehari sebelumnya dan dari suku apa ia berasal. Abu Bakar menjawab bahwa ia telah bepergian ke Mekah dan berasal dari suku Taymin.

 Sang pendeta Nasrani kembali bertanya terkait pekerjaan Abu Bakar yang merupakan seorang pedagang. Setelah semua pertanyaan usai dilontarkan, pendeta mengatakan bahwa pada masa Abu Bakar ini akan datang seorang pria yang akan menjadi nabi akhir zaman. Pria ini berasal dari keturunan Bani Hasyim yang memiliki nama Muhammad Al-Amin.

Ia melanjutkan perkataannya dan mengatakn bahwa jika tidak ada nabi akhir zaman ini, maka Allah tidak akan menciptakan segala apa yang telah ada saat ini.

Dikatakan juga bahwa Abu bakar kelak akan menjadi orang kepercayaan Sang Nabi dan akan meneruskan kepemimpinannya. Ia juga menyebutkan ciri-ciri dan sifat-sifat seorang pria yang dikatakan akan menjadi nabi akhir zaman ini yang ia ketahui dari kitab Taurat, Injil, dan Zabur.

Setelah mendengar penuturan pendeta, Abu Bakar merasa rindu kepada Nabi dan segera berangkat menuju Makkah untuk menemuinya. Sejak pertemuan itu, rasa cintanya kepada Nabi kian meningkat.

Riwayat lainnya juga terdapat di dalam kitab yang sama. Syaikh Muhammad bin Abu Bakar mengutip sebuah hadits dari Abu Dzar Al-Ghifari. Dimana Abu Dzar bertanya kepada Nabi tentang perbuatan yang dapat mendekatkannya ke surga dan menjauhkannya dari api neraka.

Nabi menjawab bahwa setiap keburukan yang dilakukan harus diiringi dengan kebaikan, termasuk kebaikan yang ada di dalam kalimat syahadat.

Juga terdapat sebuah riwayat yang berasal dari abu Hurairah. Ia berkata bahwa ia pernah mendengar sabda Nabi yang berbunyi,  "Amal seseorang tidak akan memasukkan seseorang ke dalam surga". Bahkan ia mengatakan bahwa ia juga tidak akan masuk surga kecuali jika Allah memberikan karunisa dan rahmatnya.

Kembali kepada tujuan retorika, terdapat empat tujuan jika dilihat berdasarkan pada sisi pedagogik, yaitu korektif, instruktif, sugestif, dan delensif.

Secara keseluruhan, tujuan retorika dapat dilihat berdasarkan tiga sisi, yakni secara isi, cara, dan pedagogik. Ketiga tujuan ini dianggap mampu mengantarkan dakwah kepada tujuan utamanya, yaitu menyeru kepada yang ma'ruf dan mencegah daripada yang munkar.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun