Dalam konteks novel "Jejak Langkah", semiotika dapat diinterpretasikan sebagai studi tentang tanda-tanda atau simbol-simbol yang digunakan oleh penulis untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu. Beberapa intisari semiotika dalam novel ini antara lain:
1. Bahasa sebagai tanda: Bahasa merupakan salah satu tanda utama dalam novel ini. Penulis menggunakan bahasa sebagai alat untuk menggambarkan keadaan sosial dan politik pada masa itu. Bahasa Jawa, Belanda, dan Melayu sering digunakan oleh para karakter dalam novel, dan masing-masing bahasa tersebut memiliki makna yang berbeda tergantung pada konteks dan situasinya.
2. Objek sebagai tanda: Objek-objek dalam novel ini juga memiliki makna yang berbeda-beda. Contohnya, gunting kain yang menjadi cikal bakal pembuatan bendera merah putih Indonesia menjadi simbol perjuangan bangsa dalam merebut kemerdekaan dari penjajah.
3. Tempat sebagai tanda: Tempat-tempat di dalam novel ini juga memiliki makna simbolis. Misalnya, Kampung Tugu sebagai tempat kelahiran Minke merupakan lambang keberagaman budaya yang ada di Indonesia, sedangkan penjara sebagai tempat di mana Minke ditahan melambangkan ketidakadilan dan penindasan.
4. Konflik sebagai tanda: Konflik antara karakter-karakter dalam novel ini juga menjadi tanda-tanda yang menggambarkan perbedaan pandangan dan kepentingan yang ada pada masa itu. Misalnya, konflik menggambarkan perbedaan pandangan mengenai keadilan dan hak asasi manusia.
Dalam keseluruhan, semiotika dalam novel "Jejak Langkah" dapat membantu pembaca memahami makna-makna dan pesan-pesan yang disampaikan oleh penulis melalui tanda-tanda yang digunakan dalam cerita.