"Mama nggak ada..." isak adik angkatku dari ujung telepon. Kakiku mendadak lemas. Lututku gemetar. Aku, yang semula berdiri tegak, seketika bersandar pada dinding kamar. Kabar itu kuterima siang hari, tiga puluh menit menjelang adzan dzuhur.
KEMBALI KE ARTIKEL