"Aku tertekan. Dan makin tertekan ketika hendak keluar".
"Tak usah heran. Dan mestinya kita bisa keluar, sebab tekanan itu telah ada, bahkan sebelum kita dilahirkan. Bukankah kita adalah hasil pun korban dari tekanan-tekanan?" jawabku.
Lalu ia terdiam. Sesekali memutar-mutar bola matanya. Mengingat lupakan tentang tekanan-tekanan yang pernah ia alami, ia lakukan. Tak lama kemudian ia kembali berkata;
"Jika memang seperti itu, maka mestinya aku balik menekan, semakin mendalam. Agar aku benar-benar keluar" "Lakukan apa yang telah menjadi pilihan" jawabku singkat.
Menutup pembicaraan.
2013