Ada yang salah dengan pandanganku terhadapnya: sosok yang tengah terbujur di depan sana. Mula-mula ia datang kepadaku dengan membawa tanya: bagaimana caranya menjadi pengarang? Ia melanjutkan: maksud saya, bagaimana menjadi pengarang yang baik, yang karya-karyanya langsung bisa dinikmati dan diakui publik?
Ketika itu aku masih menduga –jika tidak boleh disebut sebagai syakwasangka. Akankah dia benar-benar ingin menjadi pengarang? Apakah bukan karena pilihan spontan –oleh sebab tekanan pikiran yang dideritanya akhir-akhir ini? Dan aku hanya tersenyum saat itu, ketika itu.