Apalagi mendengar orang mengatakan,"Sabar-sabar", sambil mengelus-elus punggung, itu lebih dari muak. Rasanya semua orang hanya memakai topeng. Toh mereka juga senang karena tidak merasakan apa yang tengah saya rasakan. Iri? Iya saya iri. Gagal? Iya saya gagal. Tapi saya belajar perlahan-lahan untuk tidak mencari-cari alasan dari kegagalan saya. Biarlah Tuhan yang menilai saya gagal atau tidak. Tolak ukur manusia begitu dangkal. Mereka hanya mampu membanding-bandingkan. Mereka tidak pernah tahu apa yang sesungguhnya terjadi, hanya mengambil kesimpulan dari apa yang mereka lihat. Mereka tidak pernah tahu kerja keras orang lain, jatuh bangun orang lain, hanya melihat hasil dan ketika hasil tersebut tidak memuaskan, dengan mudahnya mereka berbicara panjang lebar, menasihati panjang lebar, menyuruh-nyuruh untuk mencoba lagi. Siapa mereka? Mereka hanya sama-sama dengan saya, mahkluk ciptaan yang tak pernah sempurna jika dibandingkan dengan manusia lain.
Ya, tidak ada korelasi antara usaha dan hasil. Jadi, saya harus berusaha (lagi) dan bukan untuk mereka