Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Komentar Bambang Soesatyo Soal Century Banyak Ngarangnya

24 Maret 2014   03:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:34 148 2
Bambang Soesatyo merupakan anggota Timwas Century DPR yang seringkali melontarkan komentar-komentar yang tanpa dasar. Kebanyakan komentarnya hanyalah karangan yang sengaja dikeluarkan untuk mempengaruhi opini publik.

Bambang sendiri sebenarnya sadar bahwa tindakkannya tersebut hanyalah menggunakan kasus Century sebagai sarana kampanye.

Apa yang Bambang Soesatyo urus selama menjadi anggota DPR ? Dirinya hanya sibuk mengarang di media mengenai Century. Mengalihkan substansi kasus Century ke ranah politik mungkin merupakan tujuannya selama ini.

Publik sudah sadar sepenuhnya apa yang dilontarkannya di media selama ini sangat-sangat politis dan tidak berdasarkan data.

Inkonsistensi Bambang Soesatyo


Sangat terlihat komentar Bambang Soesatyo selama ini mengenai bailout Bank Century sangat menyimpang dari substansi yang mana latar belakang bailout disebabkan adanya krisis finansial global tahun 2008 silam.

Soal krisis yang terjadi pada 2008, Bambang Soesatyo sama sekali tidak pernah menyinggungnya padahal dialah yang dulu berteriak bahwa krisis 2008 jauh lebih besar dari krisis 1998.

Berikut adalah petikan Bambang Soesatyo di Vivanews, 25 November 2008:

"Hantaman krisis 2008 jauh lebih besar dari krisis 1998. Pasar produk Indoensia kehilangan pangsa ekspor akibat tidak adanya perpanjangan kontrak ekspor pada 2009."

"Ketua Komite Tetap Bidang Fiskal dan Moneter Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bambang Susatyo mengatakan, kondisi ini yang akan dihadapi industri di Indonesia."

Seoalah-olah lupa Bambang mengabaikan fakta bahwa ada krisis besar yang melanda dunia dan Indonesia pada tahun 2008.

Terkait skandal dan kebobrokan yang ada di internal Bank Century hal tersebut merupakan sebuah fakta. Bank yang dimiliki oleh Robert Tantular pada waktu itu mampu melenggang hingga puncak krisis terjadi ditandai dengan Banking Pressure Index yang tinggi.

Bambang Soesatyo mengabaikan fakta-fakta tersebut. Kenapa Bambang Soesatyo tidak pernah mengatakan Banking Pressure Index pada saat itu tinggi sehingga Bank Century perlu diselamatkan.

Bambang Soesatyo tidak menyadari bahwa bila Banking Pressure Index tinggi dan bank ditutup maka akan terjadi efek domino dimana kepercayaan nasabah turun terhadap perbankan dan industri perbankan dalam negeri diambang kehancuran. Apakah Bambang Soesatyo mengabaikan fakta-fakta tersebut.

Bambang Soesatyo Ngga Ngerti Ekonomi


Bambang selalu bermanuver dengan mengaitkan dana bailout century yang awalnya Rp 632 miliar menjadi 6,7 triliun.  Bambang Soesatyo sama sekali tidak mengerti perbedaan Fasilitas Pinjaman Jangka Pendek (FPJP) dengan Bailout itu berbeda.

FPJP merupakan fasilitas kredit yang diberikan BI sebagai lender of last resort. Sedangkan Bailout ialah langkah penyelamatan Bank Century oleh LPS dengan mengucurkan dana sebesar 6,7 triliun.

Tahukah Bambang Soesatyo bahwa biaya penutupan Bank Century akan lebih besar daripada penyelamatan dengan dana sebesar Rp 6,7 triliun. Mungkin Bambang Soesatyo berpikir bahwa penutupan Bank Century dapat dilakukan dengan gratis.

Ongkos penutupan Bank Century sesungguhnya akan menelan dana Rp 6,4 triliun, yaitu untuk penggantian dana nasabah yang dijamin oleh pemerintah (maksimun 2 miliar). Apabila Bank Century yang kini jadi Bank Mutiara dapat dijual dengan harga tinggi maka ongkosnya tentu jauh lebih murah dibanding dengan penutupan.

Disini terlihat kalau Bambang Soesatyo memang tidak mengerti substansi dari penanganan krisis moneter. Yang dia pikirkan hanyalah bagaimana bisa menjadi headline di media dengan melontarkan kebohongan-kebohongan serta karangan indah yang menyesatkan.

Omong kosong Bambang Soesatyo terus didengungkannya di media. Dia berbicara mengenai aliran uang Century yang mengalir ke partai politik tertentu, namun argumen tersebut tidak diiringi oleh data dan fakta yang relevan.

Sesungguhnya masyarakat sudah cape dengan dagelan Bambang Soesatyo yang tidak lucu ini. Sebagai Anggota DPR RI yang pro terhadap pemberantasan korupsi seharusnya Bambang Soesatyo membersihkan rumahnya sendiri dari praktek-praktek koruptif.

Tidak usah jauh-jauh, di Partainya sendiri Partai Golkar tidaklah sepenuhnya bersih. Lihat saja kelakuan kadernya Gubernur Banten Ratu Atut yang terang benderang bersama keluarganya membentuk sebuah dinasti koruptif yang menghisap uang rakyat dengan membeli mobil-mobil super mewah seharga triliunan rupiah.

Pertanyaannya dimana suara Bambang Soesatyo sebagai anggota DPR yang pro terhadap pemberantasan korupsi, dengan perkara korupsi sebesar ini?
Semua tahu ini hanya omong kosong Bambang Soesatyo belaka. Teringat kutipan dalam sebuah film fiksi Spiderman yang berbunyi "great power come great responsibilty" Kekuasaan yang besar terdapat tanggung jawab yang besar pula.

Bambang Soesatyo seharusnya sadar kekuasaan yang digunakan haruslah dipakai sebaik-baiknya, karena kekuasaan tersebut akan dimintai pertanggung jawabannya oleh yang Maha Kuasa.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun