Masyarakat dunia saat ini dapat berkomunikasi melalui berbagai macam media, cetak, elektronik, maupun online. Tentu saja ketika kita bicara perkembangan komunikasi, media yang paling cepat melaju tanpa terkena tilang adalah media online. Media yang berbasis pada dunia maya / internet ini dapat diakses dengan mudah dan murah oleh semua kalangan dengan bebas. Namun dibalik itu semua, justru tekhnologi komunikasi melalui media online menjadi bom waktu yang siap meledak kapan saja. Ibarat pepatah mengatakan : senjata makan tuan. Miris dan na'as, ketika kebebasan menjadi alat bagi orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Indonesia sebagai negara kaya akan sumber daya alam dan keanekaragaman budayanya menjadi tubuh yang sangat riskan dengan berbagai macam penyakit. Yang sedang hangat-hangatnya dibicarakan saat ini adalah K-POP, Suffle Dance, dan yang paling baru yakni GangNam Style. Sadar atau tidak, penyakit ini menggerogoti ke"khas"an dari budaya negeri ini. Seperti yang dituliskan oleh Arimba Noprianto di kompasiana.com dengan judul "Kalo ada Jaipong, Kenapa Harus Gangnam Style ?"
Menarik memang ketika kita melihat bagaimana perhelatan media cetak, elektronik, dan online mengemas Gangnam Style menjadi "ritual" tersendiri. Dan seolah-olah itu adalah bagian dari Indonesia. Padahal kalau kita pikirkan, Gangnam Style itu tidak penting sama sekali. Bukankah lebih penting untuk menjaga budaya-budaya asli Indonesia agar tidak dicuri oleh bangsa lain. Saya sebagai bagian dari kaum yang akan meneruskan bangsa ini ikut berbela sungkawa apabila budaya yang merupakan bagian dari tubuh kita bernama Indonesia hilang dimakan jaman.