Saka bangkit meski dengan susah payah. Ia memegang dadanya dengan kedua telapak tangannya, sebelum kemudian tangannya bersinar. Tak berselang lama, tubuh Saka kembali sehat, lukanya langsung sembuh.
"Rainer, kemari!" perintah Saka.
Rainer pun menghampirinya dan Saka segera menaruh kedua telapak tangannya di dada Rainer. Tangannya kemudian bercahaya. Dan tak butuh waktu lama tubuh Rainer kembali sehat, tulang-tulangnya yang nyaris hancur kembali seperti sediakala. Sekarang, ia sudah segar bugar.
"Tidak mungkin! Kau memiliki kemampuan penyembuh seperti ini??" Rainer terheran.
"Betul." Saka mengangguk. "Tapi, duel tetaplah duel. Itu harus adil."
"Nah, sekarang, kembalilah Rainer," ucap Bhatara sembari tersenyum.
Rainer pun memejamkan matanya dan sukma atau 'roh'nya kembali masuk ke dalam tubuhnya. Meski di alam Awan dan Angin, tapi apa yang terjadi disana juga dirasakan efeknya oleh Rainer, terutama kultivasi.
Rainer tersenyum puas. Tapi, ia tidak mau gegabah. Walau kultivasinya sudah mencapai level Gold, ia masih harus berlatih, karena kemampuan mengerikan Cantika masih belum bisa ia remehkan.
Di sebuah bangunan rahasia di dalam hutan...
"Keuangan kita semakin menipis. Namanya bon-bon di warung-warung tegal, tempat kalian makan selama ini, semakin bertumpuk," ucap seorang pria berpakaian serba hitam dengan rambu jabrik ke belakang. Dihadapannya, berdirilah 'Xyborg', seorang pria berblangkon serta berpakaian adat jawa, dan seorang pria keriting dengan baju kodok.
Mereka semua, kecuali Xyborg menunduk mendengar kata-kata si jabrik.
Si jabrik melanjutkan. "Kalau dalam satu dua hari ini kita tidak menculik orang, yang bisa kita peras uang tebusannya, maka satu-satunya jalan, kalian semua ku fired! Kalian tahu apa artinya fired?"
"Tahu Bos Rocky!" seru si pria berblangkon.
Si pria jabrik tadi yang bernama Rocky, mendekati si blangkon. "Bagus, Hasan! Apa artinya fired?"
"Hadiah!" ujar Hasan.
"Nenek moyangmu hadiah! Dipecat!" Rocky langsung menampar kepala Hasan.
"Uahahaha! Uahahaha!" tawa Xyborg.
"DIAM!! Kau juga mau ku fired?" teriak Rocky.
Xyborg pun terdiam. "Tidak, bos," ucapnya pelan.
"Nah, artinya kalian harus ikut berpikir," ucap Rocky. "Siapa yang akan kita culik ni malam, atau paling lambat besok malam. Mengerti?"
"Mengerti, bos!!!" ucap ketiga anak buahnya serempak.
"Nah, Jambrong, siapa kira-kira menurutmu yang akan kita culik?" tanya Rocky pada si pria keriting berbaju kodok.
"Ng ..." Jambrong berpikir beberapa saat. "Anaknya yang punya perusahaan sikat gigi, bos."
"Sudah jangan anak kecil! Nanti bukan anak orang kaya yang kau culik, anak gelandangan lagi!" protes Rocky. "Nah, Xyborg. Siapa kira-kira yang akan kita culik?"
"Mmm ... Babu ... Babunya si Entung!" ujar Xyborg.
"Yang bukan-bukan saja, kau Xyborg! Kalau 'Inem' yang di film sih bisa jadi duit. Kalau Inem babu yang punya pabrik balon paling laku dijual sama tuang loak. Yang lainnya, Xyborg. Yang bukan-bukan saja!" ujar Rocky, ia lalu melirik Hasan. "Kau Hasan, biasanya kau punya ide yang mengkilap, kan? Kok hari ini kau bodoh? Ayo pikir... Pikir dong pakai otak. Ayo ngomong dong, ngomong!"
Setelah agak lama berpikir, Hasan akhirnya mendapat ide. "Oh iya, bos. Sekarang baru aku ingat. Seminggu lagi di stadion 'Senayan' bakal ada show besar-besaran, dari artis yang paling beken ini tahun. Namanya saja bos, 'Laras Aduhai Cute Banget', bos!"
"Laras Aduhai Cute Banget? Oh iya, artis yang katanya kasetnya laku tiga truck kan?" kata Rocky setelah berpikir beberapa detik. "Lalu, apa hubungannya dengan urusan kita?"
"Aku dengar karcisnya laku keras bos! Malah catutannya ada orang gila, dia berani tukar dengan TV layar sentuh asal bisa dia nonton. Artinya... Jika Laras Aduhai Cute banget tidak muncul di stadion, panitianya kan bakal jadi perkedel diinjek-injek rakyat."
"Jadi maksudmu-"
"Persis, bos!" Hasan langsung menyambar Rocky yang baru berucap setengah. "Kita culik dia! Kita minta tebusan pada Panitia Show!"
Rocky menepuk-nepuk pipi Hasan. "Bening juga otakmu! Makan apa kau hari ini?"
"Sekarang kabarnya, dia sedang latihan di Kebayoran. Alamat, saya tahu, bos!" balas Hasan.
"Naahhh... Jadi gimana cara kita menjebaknya, itu perempuan yang katanya orang berani bayar keringatnya 1 Milyar, kita bisa ringkus!?" Jambrong tiba-tiba menyela.
Xyborg tertawa-tawa. Rocky langsung menyemburnya.
"Membuat kaget saja!" Rocky langsung menyemburnya dengan minuman keras yang dartadi ia pegang.
Xyborg menarik kain yang menempel di pundak Hasan dan mengelap air minuman keras dengan kain tersebut.
Hasan langsung menarik lagi kainnya. "Meper kau... Kaleng!"
Sementara itu, perempuan yang mereka maksud tengah latihan vokal di salah satu studio di Kebayoran. Suara merdunya mampu menyihir anggota timnya yang seolah tidak ingin ia berhenti bernyanyi. Ditambah lagi parasnya begitu cantik.
"Kau seperti nyanyian dalam hidupku yang memanggil rinduku padamu. O uo ho... Kau seperti udara yang kuhela. Kau selalu-"
Tiba-tiba Laras lupa liriknya. Orang-orang yang tersihir tadi langsung kembali normal.
"Kau selalu ada, ya?" kata Laras.
"Kau selalu ada," ujar pria setengah tua berjanggut dan berkumis dengan rambut ikal panjang. Namanya 'Don Bosco'. "Coba ulangi dari 'Reff'."
Rita kembali bernyanyi, diiringi musik yang kembali dimainkan oleh para pemain musik disana. Tak sadar, kalau di luar, Hasan, Jambrong, dan Xyborg tengah mengintip.
"Kau seperti nyanyian dalam hidupku yang memanggil rinduku padamu. Ou uo ho... Kau seperti udara yang kuhela. Kau selalu ada..."
Kira-kira begitulah liri lagu terakhir yang dinyanyikan Laras, sebelum akhirnya latihan selesai dan ia keluar dari stadion bersama seorang pria berkulit agak gelap, agak gemuk, dan mengenakan topi bernama 'Didin'. Laras diantar dengan mobil orang tersebut.
Namun, di tengah jalan, mobilnya tidak bisa maju. Merasa penasaran, Didin  pun membuka pintu mobil dan keluar.
Begitu tiba di luar, Didin kaget bukan main. Bagian belakang mobilnya diangkat oleh Xyborg.
"Waduh, om! Jangan om! Nanti rusak om" teriak Didin, tapi ekspresinya terlihat takut.
Xyborg langsung membanting belakang mobil tersebut dan mendekati Didin. Laras yang melihat kejadian barusan langsung panik. Terlebih, ketika Didin di lempar dan tersangkut di atas pohon.
"Aduh mak... Tolong aku, mak... Turunin aku!!!" teriak Didin.
Xyborg tertawa dan langsung menarik pintu mobil yang ditumpangi Laras hingga terlepas dan ia memukul tengkuk Laras hingga pingsan, kemudian membawa Laras.