Evaluasi 2014
1. Mengikuti kompetisi menulis dan at least menangin 1 di antaranya
Ya, ini resolusi 2014 dimana aku begitu menggebu-gebu mencapainya. Puji Tuhan banget. Resolusi ini akhirnya tercapai juga. Beberapa kali mencari informasi kompetisi nulis, dari yang nyerempet ke ilmiah sampai ke yang fiksi. Mulai ikutin satu-satu di waktu senggang daripada gegalau ga jelas. Akhirnya, tanggal 23-24 Mei 2014, aku memenangkan salah satu kompetisi menulis dari Sunsilk dan ikutan workshop menulis oleh Dewi Lestari bareng 19 pemenang lainnya. It's amazing. Dari 3000-an peserta, aku terpilih 20 penulis terbaik, hehehe. Satu hal yang menarik buat ku ikuti ialah hadiahnya, 2 hari ikutan acara Sunsilk di mana di hari pertama ialah kegiatan semacam sharing dan perkenalan plus makan malam yang oke banget.. Ketemuan juga sama Titi Kamal sebagai icon Sunsilk. Jalan-jalan dan perawatan rambut di salah satu salon terkenal di MoI. Di hari kedua, yang bikin mupeng itu adalah pemenang beruntung mengikuti Workshop GRATIS seharian sama Dewi Lestari. Ya, Dewi Lestari menurutku penulis yang menjiwai sekali apa yang ditulisnya. Beberapa karya tulisnya dijadikan suguhan dramatik yang menghipnotis banyak orang. Amin seandainya di masa depanku bisa sesukses Dewi Lestari dalam menulis. Bonusnya, aku punya teman baru dengan kegemaran yang sama dan makin ingin bisa menulis. Hal yang kupelajari adalah tak perlu jadi hebat dulu. Tuhan pasti kasih jalan kalau memang kita niat. Setidaknya, Tuhan kasih gambaran beginilah keadaannya seandainya benar-benar jadi penulis, tergantung kamu, mau atau tidak. Setidaknya Tuhan kasih pandangan tepat atau tidak tepatnya.
2. New Job.. harus lebih baik dari sekarang
Sepertinya, satu resolusi ini benar-benar bikin gelisah di pertengahan tahun 2014 ini. Pasalnya, kantorku saat ini benar-benar masih membutuhkan aku. Sementara desakan-desakan untuk bisa membanggakan orangtua, membuktikan bahwa aku bisa lebih lagi sudah di ujung tombak. Alhasil, aku baru mencari-cari pekerjaan mana yang kira-kira bisa membuat tahun-tahun berikutku lebih baik dari sebelumnya, di akhir trimester ketiga tahun 2014 ini. Bersyukur banget ditunjukkan jalan sama Tuhan Yang Maha Baik. Ada JobFair UI. Aku pun mencoba untuk menaruh CV di perusahaan yang juga sedang mencari pekerja melalui JobFair UI pada tanggal 4 Oktober 2014 bersama dua orang teman. Sayangnya dari sekitar 5 perusahaan yang kutuju, hanya 2 yang memanggilku, di antaranya PT Astra Internasional dan PT Paragon Technology& Innovation. Semuanya sudah dilewati step by step sampai mendekati final. Di PT Paragon Technology& Innovation langkahku terhenti saat semua tes tulis sudah lulus dan tinggal menunggu panggilan untuk wawancara direksi. Namun, sampai sekarang panggilan itu belum kuterima dan kuanggap itu belum rejekiku. Begitu pula dengan PT Astra Internasional. Ada sedikit kendala teknis saat itu. Aku telah melewati beberapa tahap hingga tibalah saat FGD dan Presentasi sebagai step berikutnya. Namun, waktu yang diberikan PT Astra Internasional sangat mepet (H-1) sementara di kantor jadwal tersebut telah terisi dengan rapat yang cukup penting. Sehingga kuputuskan untuk meminta reschedule. Namun, sayangnya permohonan tak dikabulkan. Sempat agak kecewa, namun sekali lagi aku pastikan, mungkin ini belum rejeki.
Mungkin tidak juga dengan PT Atoma Medical sebagai last destination di tahun ini. Padahal tahap yang sudah aku lewati ialah wawancara, negosiasi gaji, dan tanggal masuk. Namun, kepastian masih mengambang sejak akhir November lalu. Pantang menyerah, beberapa lamaran sudah masuk di bulan Desember di tempat-tempat yang menjadi incaranku sejak lama. Sepertinya resolusi ini akan diperpanjang. Gagal aku lakukan tahun ini membuatku coba merenung. Aku yang kurang usaha, ataukah memang kantorku saat ini memang masih krusial membutuhkan aku? Whatever, Ya i believe, Tuhan pastikan mudahkan jalannya pada jalan yang terbaik. :)
3. Masuk perkumpulan Naposo (Remaja), at least di Gereja atau lebih baik lagi kalo bisa gabung di Perkumpulan Naposo (remaja) Se-Marga Se-Daerah.
Saat memikirkan hal ini, sebenarnya sempat membuat hati ini ragu-ragu untuk mengikuti perkumpulan di Gereja. Karena, perkumpulan itu pasti akan menarik-narik diriku bernostalgia pada mantan. Meskipun sebenarnya tidak bermaksud back on last, tetapi ya mungkin sebagian besar isi orang-orang di sana adalah teman baik si mantan. Upps. Mantan lagi,, hehe. Tetapi kalau dilihat dari motivasinya, seharusnya tidak boleh begitu. Jujur, alasanku ialah karena aku sangat merindukan perkumpulan kelompok kecil yang sama-sama memiliki keinginan semakin tumbuh dalam iman. Membahas ajaran alkitab bersama-sama. Seperti yang aku alami ketika kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Jawa Barat, kekerabatan dan persekutuan kecil untuk sama-sama membahas setiap masalah dari sisi firman Tuhan itu ternyata begitu indah dan begitu aku rindukan. Saat ini, setelah bekerja, aku begitu kehilangan momen itu dan berharap menemukan lagi keakraban itu di salah satu perkumpulan ini. Terlebih, banyak godaan-godaan luar yang mencoba menarik-narik imanku.
Alhasil, aku memutuskan untuk ikut tergabung dalam Perkumpulan PA (Pendalaman Alkitab) Naposo di gerejaku. Pilihan yang menurutku lebih mungkin dibandingkan pilihan-pilihan lainnya dengan pertimbangan lokasi dan waktu tempuh. Setelah lama sangat ingin masuk tapi masih bingung bagaimana memulai, bersyukur banget Tuhan kasih jalan, dari seorang teman yang sudah aktif terlebih dahulu di perkumpulan itu. Saat kami bertiga ke acara job fair UI, entah sengaja atau tidak, ia mencoba mengajak kami (aku dan satu kawanku lagi) untuk ikut kegiatan naposo seperti koor dan PA. Kesempatan ini ga boleh aku sia-siakan. Dengan sigap aku pun mengajak satu kawanku tersebut untuk ikut PA. Dan Puji Tuhan, meskipun terbilang baru (baru tergabung tanggal 25 Oktober 2014), saat ini aku masih merindukan datang ke PA, meskipun sedikit di luar harapanku.
4. Hayolah.. Bikin SIM dong..
Wohooo... Bisa naik kendaraan, ga afdol dong ga punya SIM. Semenjak bisa naik motor hingga sekarang, aku termasuk warga negara yang belum taat aturan. Asal main pakai motor saja tanpa punya SIM. Hehe, memalukan. Tetapi, ketidaktaatan itu ingin aku perbaiki. Masa udah tahun baru kelakuan masih kaya anak bocah yang cuman bangga bisa naik motor tapi ga bangga punya SIM? Ya kan ya kan? Apalagi udah kerja, masa ga mampu bikin SIM? :D Alhasil, keinginan ini lagi-lagi baru terealisasi di penghujung tahun, tepatnya 22 November 2014. Bangganya.. Dan orang-orang rumah sudah mulai menyindir, punya SIM Baru tapi ga punya motor baru ga seru dong? Hehe,, langsung beli mobil aja deh nanti ma, biar semangat bikin SIM A. *loh?
5. No Jomblo anymore... Setidaknya, mulailah buka hati
Resolusi ini yang tergolong cukup berat dan rumit buatku. Karena jaman sekarang no stop bullying for jombloers. #Hadeuh. Dulunya, apa aku udah benar-benar sadar membuat resolusi ini ya? hehe. Houkey. Tak ingat kapan persisnya, tetapi Februari 2013, status jomblo itu sudah benar-benar tertancap dalam diriku. Sedih? Yang pasti iya. Galau? Bohong kalau bilang engga. Ga bisa move on? Hmm.. Entahlah, pertanyaan yang cukup sulit. Namun, di sepanjang tahun 2013, bohong kalau aku bilang ga ada laki-laki yang coba mendekatiku. Tapi, rasanya seperti tak berselera makan. Mau dipaksakan sebagaimana pun juga, sekeren apa pun cowo baru itu, aku benar-benar sedang tidak ingin berpacaran. Aku pun heran mengapa begitu. Pernah suatu ketika seorang teman cowo yang sedang mendekatiku, kupatahkan dengan berbagai alasan ketidaksiapanku. Namun ia berkata "kapan siapnya? Aku akan menunggu" dan pernah satu lainnya berkata "coba buka sedikit saja, aku mau masuk, janji ga akan ngecewain" Ah memang lelaki. Hanya bisa berjanji, tapi pasti lupa menepati. Sampai dalam diriku berkata pada mereka, tidak untuk tahun 2013 ini ya, mungkin tahun depan. Jadilah aku membuat resolusi membuka hati buat orang baru di tahun 2014.
Awal tahun 2014, aku bahkan telah mengabaikan laki-laki yang mengatakan siap menunggu kalau memang aku akan membuka hati di tahun 2014. Apa yang kurang darinya? Sebenarnya dia perfect buat dijadikan pasangan. Baik, fisikly oke, pekerja keras, cerdas, pintar, menghargai wanita, pola pikir ke depan oke banget, gigih, aku sempat terbuai dengan tawaran manisnya namun menyayangkan dia berbeda agama denganku. Aku memang salah. Mengapa seolah-olah tahun lalu memberikan harapan bahwa aku akan siap di tahun depan. Jadilah dia datang kembali menagih janji tepat di tanggal 1 Januari 2014. Lambat laun ia berusaha meyakinkanku, bahwa tak ada yang mustahil bagiNya sekalipun kita beda agama. Tetapi aku hanya tidak mau mengkhawatirkan kedua orangtuaku. Dan mungkin 'cinta tapi beda' seperti film yang sukses dirilis oleh Hanung Bramantyo terlalu berisiko untukku.
Mantan terdahulu (setelah 5 tahun putus) pun mencoba mendekatiku lagi. Kali ini untuk serius. Sebenarnya, dia sudah mendekatiku lagi tak lama saat kami putus. Bahkan pernah ia memintaku untuk meninggalkan pacarku (yg sudah menjadi mantan juga) dan menjalin hubungan yang serius dengannya dengan sedikit membeberkan kemapanan yang ia telah miliki. Lantas, aku memutuskan pacarku dan menerimanya? Tentu saja tidak. Boleh diuji. Aku ini tipe cewe setia meskipun digoda dengan lelaki yang lebih mapan. Lantas, mengetahui aku telah putus, ia mencoba menarikku kembali. Tapi, beberapa alasan membuatku tidak menyeriusi tawarannya. Percayalah, alasan ini bukan karena aku belum move on atau terlalu sombong untuk menolaknya. Tetapi, perkataannya yang katanya serius tak bisa teruji olehku dengan tindakannya.
Seorang sahabat, mengatakan menyukaiku dari dulu dan sebaiknya aku dengan dia saja saat aku berkeluh kesah mengenai pergumulan pasangan hidupku. Tetapi mana mungkin. Dia sudah punya pacar. Lagipula sejak dahulu kala, perasaan untuk menjadi sepasang kekasih tak pernah ada, aku hanya nyaman menjadi seorang sahabat.
Lalu, saat pergi ke sebuah acara pesta pernikahan, seorang pria memintaku berkenalan. Rasanya, galau terus tak berujung untuk menentukan apakah dia yang akan menjadi pasanganku saat tanda-tanda pendekatan itu kurasakan? Pasalnya, dia tak lebih tua dariku, updatean status jejaring sosialnya menunjukkan dirinya seperti seorang yang masih labil dan sok jagoan, dan ia sudah berani menawariku bermain ke kosannya yang notabennya masih pertemuan yang baru? Ah, bukan pria baik-baik, gumamku.
Mantan terakhir mendekatiku lagi? Deg deg ser. Antara percaya dan ga percaya. Awalnya aku hanya berpikir ini adalah jalinan pertemanan. Entahlah, aku hanya tidak ingin terlalu berharap. Namun, ia kerap kali mengingatkan lagi mengenai masa lalu, yang jujur sempat membuat hatiku yang sudah mantab move on kembali sedikit rapuh. Tapi lagi-lagi aku terlalu berhati-hati bermain di sini. Bagiku, ini seperti sebuah permainan layang-layang, tarik ulur tarik ulur. Terkadang bisa putus ketika terlalu tinggi dilepas kemudian terlalu kuat ditarik. Alasan terbesar yang membuatku menyingkirkan anggapan bahwa dia sedang mendekatiku lagi ialah kalimat yang diucapkannya padaku "Mama bilang kenapa ga sama Vani aja, baik dia". "Ga tau kenapa, mama suka banget sm lo". May be it's enough for me knowing that he's not really want me. Mamanya yang menginginkanku, bukan dia. Ya, bahagialah bersama yang lain ketika kau tak mampu memperjuangkanku dengan alasan cinta. Sometimes, kau akan benar-benar akan mengerti bahwa cinta harus diperjuangkan jika tidak ingin selamanya menyesal. Aku sudah pernah memperjuangkannya, setidaknya aku tak akan menyesal kemudian.
Beberapa bulan yang lalu, selepas pesta pernikahan seorang teman kantor, ada seorang pria yang mencoba mendekatiku melalui teman kantor. Usianya lima tahun lebih tua dariku. Tetapi, aku pun belum serta merta memberikan sinyal hijau padanya. Entahlah, aku belum merasakan chemistry yang kuat. Mungkin juga karena baru sekali pertemuan. Terlebih, dengan satu sikapnya yang pernah mengguruiku agar lebih rajin memasak untuk keluarga setelah pulang kantor. Rasanya hal itu menyulutkan penilaianku padanya. Belum apa-apa sudah nge-bossy. Meskipun memang nasihatnya baik dan benar. Pada dasarnya, dia memang orang yang baik dan sangat sopan. Kedewasaannya meyakinkanku bahwa ia mapan dari segi mental dan mungkin bisa mengayomiku. Tetapi baru satu kali pertemuan, we don't know next. Mengetahui bahwa ia sudah tidak punya orangtua membuatku takut menyakiti (karena hati belum 100% yakin). Dan kembar? Oh God, kalau ini diseriusin, kemungkinan besar aku punya anak kembar itu 75% karena dia punya kembaran, siap ga ya?
Jadilah sepanjang tahun ini, bullying akrab di telingaku. Sakitnya tuh di sini, hehe. Seorang sahabat pria berkata: "sebaiknya jalani saja dulu, tidak usah pikirkan apa-apa. Kalau tidak cocok, putuskan. Setidaknya buktikan pada dia (si mantan terakhir) bahwa kamu bisa punya pacar dan kamu tidak dikira belum bisa move on". Aku hanya tersenyum. Jadi, pelarian ya? Apakah laki-laki sering melakukan hal ini? Sebenarnya hal itu bisa saja aku lakukan. Tetapi, menjadikan mereka pelarian untuk mengisi kekosongan, menghindari bullying, bukankah hanya akan menuakan usiaku dan menambah besar dosa? Ah, entahlah, hanya saja aku belum berani menyakiti (lagi). Semoga resolusi yang diperpanjang ini, benar-benar bisa membuahkan hasil di tahun 2015. Berharap bisa menemukan calon Papa terbaik buat anak-anak. hehe. God bless :)
Resolusiku untuk tahun 2015:
1. Happy New Year, Happy New Office, New Friends, New Boss, New Salary
Oh God, entah ini bisa terealisasi atau engga. Sebenarnya ini perpanjangan resolusi di tahun 2014. Bedanya, aku baru memperjuangkannya di akhir tahun 2014, semoga sejak awal 2015 aku benar-benar serius mengupayakannya. Tapi kembali lagi, Tuhanlah yang tahu di mana aku akan berguna. Dan aku sudah membuat satu nazar untuk ini. Aku pasti tepatin kalau benar terjadi. :)
2. Bikin Buku dong.. Setidaknya kirim 2 buku ke penerbit.
Hasratku untuk menulis itu udah ada sejak SMP, sayangnya orangtua kurang mendukung. Menganggap menulis hanya kerjaan iseng yang membuang-buang waktu. Sekarang, tahun 2015 coba buktiin lagi bahwa menulis itu sesuatu yang indah. Toh mama sudah senang dan cukup bangga waktu aku menangin kompetisi menulis tahun 2014. Pintu sudah terbuka dikit, cari cara supaya pintunya jadi terbuka lebar dan aku bisa masuk. Dua saja cukup untuk tahun ini. Coba masukin penerbit, ya.
3. Serius bisnis, satu aja yang penting MULAI!
Ini nih, dari tahun 2014 udah mulai kasak kusuk mencari apa yang bisa aku lakukan lagi ya? Mumpung masih muda. Mumpung masih bisa. Dan muncul niat untuk berbisnis tapi takut ini takut itu, selalu merasa modal kurang, padahal udah sampai nyari buku dan baca pengalaman enterpreneur sukses tapi belum juga ada tindakan sama sekali untuk mulai, karena sekali lagi takut berbenturan sama ideologi orangtua. Kali ini, di tahun 2015, harus berani memulai, harus berani melangkah. Ga usah terlalu musingin ide yang banyak dan bagus, kalau ga mulai action ga tahu kapan suksesnya! Hehe. Bahkan dari ide sederhana pun bisa sukses berbisnis asal ditekuni. Masalah orangtua, seperti biasa, ada hasil yang keliatan dulu meskipun dikit, pasti mereka akan langsung tancap gas buat ngedukung.
4. Yuk, SaTe lagi
Oh God, semenjak lulus kuliah dan kerja, lebih tepatnya lagi, semenjak ga ngekos lagi, aku mulai meninggalkan kebiasaan baik buat SaTe (Saat Teduh) meskipun tetap berdoa. Dulu, biasanya bangun tidur (karena sendirian) adalah waktu terbaikku untuk saat teduh untuk tahu, Tuhan mau aku lakukan apa hari ini. Supaya masalah apapun yang aku lewati hari ini bisa aku hadapi dengan bekal rohani yang aku santap. Dan itu memang menyukseskan aku banget jadi orang yang ga terlalu sensitif dan berusaha tetap baik sama orang resek dan ga gampang kebawa arus. Tahun 2015 ini harus SaTe lagi setiap bangun tidur ya. :) Godaannya banyak banget memang. Satu buku SaTe yang ngena banget buat kehidupanku, susah sekali dicari dari tahun lalu. Alasan itu yang melonggarkan komitmenku untuk SaTe di tahun 2014, alhasil hanya modal SaTe dari Android, alhasil bukan SaTe saat bangun tidur tapi saat di jalan menuju kantor, itu pun cuma sekedar baca, itu pun tidak setiap hari. "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." -- (Matius 6:33) kalimat itu benar-benar selalu terngiang di akhir-akhir tahun ini. Ya, mencari kerajaan Allah bukanlah berarti harus aktif di kegiatan gereja, persekutuan, dll, yang terpenting dulu, perbaiki kualitas hubungan pribadi dengan Tuhan. Meskipun di akhir tahun ini tetap kesulitan mencari buku SaTe itu lagi, tetapi apapun yang terjadi, harus mulai bangun lagi hubungan itu.
5. Kali ini ga cuma buka hati, tapi menerima ya.
Heihoo.. akhirnya sampai juga di resolusi yang sebenarnya ga mau terlalu aku pikirkan ini. Bersyukur banget atas segala yang udah terjadi dalam kehidupanku. Yakin deh, semuanya itu atas seijin Tuhan. Kalau ga tau rasanya sakit hati, ga tau gimana menjaga perasaan orang. Kalau ga tau rasanya dikecewakan, gimana bisa bertahan untuk menjadi orang yang tidak mengecewakan orang lain? Kalau ga tahu rasanya sangat tidak enak ditinggalin dan dicuekin, gimana bisa mempertahankan hubungan dengan seseorang dan mencoba peduli? Kalau ga pernah nangis karena nahan sesak, gimana bisa bersyukur setiap ada tawa? Sama seperti kalau ga punya uang, gimana mau membagi rejeki kepada orang yang membutuhkan? Jadi, semuanya memang harus aku alami. Semuanya harus aku punya dulu. Saat ini sudah harus meluluskan diri untuk semua ujian itu ya. Tahun 2015, apa yang sdh dipelajari dari Universitas Kehidupan (UK) udah harus bisa dapat ijazahnya. Termasuk dalam hal pasangan hidup. Cobalah mulai serius bukan hanya membuka hati, tapi juga menerima. Kan udah dikasih tanda sama Tuhan, dapat booklet bunga waktu sesi lempar bunga nikahan teman akhir Desember ini. hehe.Amiiinn..