Semuanya berawal dari sebuah wawancara di lantai satu sebuah kantor. Tapi itu bukan karena saya melamar di kantor itu. Juga bukan karena saya terlalu ’hebat’, hingga dipanggil menjadi pegawai di sana. Sebab yang mewawancarai saya adalah seorang wartawan sebuah majalah lokal di Kupang yang sudah tak terbit lagi. Topik wawancaranyapun sederhana, seputar kampus tempat saya pernah kuliah.