Untuk memastikan kesiapan Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 2018, OCA mengunjungi venue di Jakarta dan Palembang. OCA menilai Indonesia sudah siap melaksanakan pesta olahraga terbesar Asia.
---
Menyusul mundurnya Vietnam sebagai tuan rumah Asian Games XVIII karena kesulitan dana, akhirnya Olympic Council of Asia (OCA) menunjuk Indonesia sebagai penggantinya. Awalnya akan diselenggarakan pada 2019. Namun, karena bertepatan dengan pemilu presiden, waktunya dimajukan setahun lebih cepat. Ini untuk kedua kalinya Indonesia bertindak sebagai tuan rumah pesta olahraga multicabang tingkat Asia itu setelah yang pertama pada tahun 1962.
Komite Olimpiade Indonesia (KOI) menyambut antusias atas hal tersebut. Seperti dikatakan Ketua KOI Rita Subowo bahwa kembali menjadi tuan rumah Asian Games adalah menjadi impian bersama. Untuk itu, berbagai persiapan terus dilakukan agar hajatan besar itu dapat berjalan dengan sukses. Asian Games 2018 diharapkan dapat menjadi momentum untuk mereformasi birokrasi olahraga.
KOI bertekad untuk menggelar perhelatan olahraga terbesar di Asia ini "bersih” dari masalah korupsi. Selain itu, juga ingin bebas dari doping dan untuk perbaikan ekonomi. Semua sudah mafhum, bahwa event sebesar Asian Games memerlukan dana besar. Ini menjadi peluang emas bagi pihak-pihak yang ingin melakukan korupsi. Oleh karena itu, komitmen KOI untuk tidak korupsi perlu didukung semua pihak.
Tekad KOI agar Asian Games bebas dari doping juga menunjukkan keinginan kuat agar pertandingan berlangsung secara fair dan sportif. Seperti dikatakan Presiden International Olympic Committee Thomas Bach, bahwa olahraga dilakukan atas dasar etika global seperti fair play, menghormati lawan, toleransi dan persahabatan. Dalam olahraga, semua orang adalah sejajar. Lebih lanjut kata Thomas, olahraga kini bukan hanya sehat, tetapi dapat menjadi instrumen untuk membangun perdamaian dan hak asasi manusia.
Dalam master plan Asian Games 2018, disebutkan bahwa hasil positif lain dari penyelenggaraan Asian Games adalah NOC legacy berupa promosi positif kepada masyarakat, dan olahraga dapat memotivasi gaya hidup modern. Selain itu, pembangunan fasilitas olahraga yang cukup dan memadai sebagai sarana peningkatan kualitas dan prestasi olahraga nasional. Setelah Asian Games selesai, fasilitas olahraga tersebut dapat dipergunakan oleh induk cabang olahraga maupun masyarakat luas.
Tak kalah sigap dalam mempersiapkan diri adalah Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Kementerian ini terlihat serius bekerja demi menjaga nama baik bangsa. Hasil rapat Kemenpora dengan pemangku kepentingan olahraga bersama Pemda dan OCA menghasilkan delapan poin penting.
Pertama, jumlah cabang olahraga yang dipertandingkan adalah sebanyak 37 cabang olahraga. Dengan perincian; 29 cabang olahraga berbasis olimpiade, dan sisanya berbasis non olimpiade (berbasis regional dan juga atas usulan OCA dan tuan rumah). Cabang olahraga yang diusulkan Indonesia tentu saja yang berpotensi cukup banyak mendulang medali emas.
Kedua, cabang-cabang olahraga tersebut telah terbagi lokasi venue, pihak yang bertanggung-jawab dan jenis pengerjaan yang harus dilakukan seandainya harus melakukan renovasi.
Ketiga, khusus untuk penyebutan penanggung-jawab oleh pemerintah / kementerian, hal tersebut akan dibicarakan internal Kemenpora dengan Kementerian Setneg dan Pemda DKI, mengingat sampai saat ini kawasan GBK di bawah otoritas Setneg dan lokasinya saja ada di DKI Jakarta. Ini harus diputuskan segera supaya dapat dimasukkan di RAPBN / RAPBD tahun 2016 bagi pelaksanaan anggaran tahun 2016.
Empat, pembahasan bagi penetapan cabor dan lokasi venue ini cukup efektif untuk memangkas biaya persiapan infrastruktur Asian Games 2016, karena beberapa lokasi venue tertentu sudah tersedia fasilitasnya tanpa harus membangun gedung baru. Dan ini adalah sesuai dengan prinsip OCA kepada Pemerintah Indonesia agar Asian Games 2018 tetap mengutamakan aspek efisiensi dan efektivitas.
Kelima, khusus untuk lokasi pembukaan dan penutupan tidak dibahas secara khusus.
Keenam, pemerintah Indonesia dan Pemda bersama berbagai pihak terkait diminta untuk segera melakukan perencanaan pembangunan (bagi yang harus merenovasi, renovasi total atau pembangunan baru) dengan berkoordinasi dengan federasi internasional masing-masing yang ada di Asia, yaitu minimal agar sesuai standar baku internasionalnya.
Ketujuh, pengusulan penetapan Taman BMW oleh Pemda DKI hanya dimungkinkan seandainya masalah persengketaan hukum yang ada dapat diselesaikan paling lambat akhir tahun 2016. Sebagai antisipasinya, diputuskan untuk menyertakan stadion yang ada di Bekasi.
Delapan, terhadap sejumlah tertentu, sesuai arahan OCA, ada yang harus tetap dipertandingkan di Jakarta meskipun di beberapa daerah tertentu sudah cukup siap ketersediaan infrastruktur venue-nya.
Penilaian OCA
Berbagai persiapan yang telah dilakukan Indonesia, mendapat pujian dari OCA. Ini setelah tim OCA melihat langsung venue Asian Games 2018 di Palembang dan Jakarta. Pimpinan Komite Koordinasi OCA Tsunekazu Takeda pun menilai persiapan Indonesia sejauh ini sudah baik. Dirinya pun mengklaim merestui Asian Games digelar di Indonesia.
"Kemarin dan hari ini kami telah mengadakan rapat koordinasi komite dengan KOI dan hasilnya cukup memuaskan. Komite organisasi menyaksikan langsung venue di Palembang dan Jakarta dan cukup bagus. Namun, kami akan merapatkan lagi karena masih banyak pekerjaan yang belum tuntas. Sejauh ini kami menyetujui Asian Games digelar di Jakarta," tutur Takeda seperti dikutip Metrotvnews.com, 11 Agustus 2015.
Kunjungan perwakilan tim OCA itu sangat membantu kesiapan Indonesia sebagai tuan rumah. KOI seperti dikatakan Ketua Umum Rita Subowo berharap penilaian mereka bisa menjadi masukan, tak hanya bagi KOI namun bagi seluruh pihak terkait. "Saya kira ini bukan hanya untuk KOI, tapi juga untuk kita semua. Jadi dengan kunjugan ini kita juga akan melihat kekurangan apa yang kita harus rapikan. Dan apa saja yang telah dilakukan yang sesuai dengan persyaratan kebutuhan Asian Games itu sendiri. Jadi itu yang tadi kita bicarakan," ucap Rita.