sungguh sebuah ocehan yang tidak beretika, tidak bermoral dan sangat tidak pantas keluar dari mulut seorang ketua dpr-ri (dewan perwakilan RAKYAT republik indonesia):
pertama, bukan kah anggota dpr-ri, termasuk ketuanya, yang terhormat itu dipilih oleh RAKYAT untuk mewakili dan memperjuangkan kepentingan RAKYAT indonesia, yang disebut marzuki alie sebagai "rakyat biasa" itu?
kedua, bukan kah uang yang dipakai untuk menghidupi (membayar gaji, tunjangan, fasilitas, dsb.) para anggota dpr-ri yang terhormat itu adalah uang rakyat?
ketiga, bukan kah dengan menyatakan bahwa urusan pembangunan gedung dpr-ri (dan infrastruktur maupun fasilitas umum lainnya) adalah urusan orang "berpendidikan" dan "elite", marzuki alie telah menghina seluruh rakyat indonesia sebagai orang yang tidak berpendidikan dan tidak elite?
tapi, marzuki alie, atau lebih tepatnya bapak marzuki alie yang terhormat, mungkin benar... kita ini kan cuma rakyat jelata, rakyat biasa... atau menurut /rif dalam lagu "raja" tahun 1997 "... hanya orang biasa yang selalu dijadikan alas kaki sang raja"... raja-raja atau orang-orang yang merasa dirinya raja seperti bapak marzuki alie yang terhormat. kita tidak punya akses kepada kekuasaan dan kekayaan di negara kita ini... katanya indonesia adalah negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, tapi, setelah mendengar ocehan bapak marzuki alie yang terhormat ini, koq saya jadi merasa seperti hidup di bawah kekuasaan diktator, ya? rakyat biasa tidak boleh bersuara: bisa bernafas, makan, minum, sudah cukup... bersyukur lah masih dikasih izin untuk hidup.
terkait rencana pembangunan gedung baru untuk dpr-ri, rupanya hal ini memang penuh dengan polemik, bukan hanya urusan biayanya yang selangit (menurut rakyat biasa, uang sebanyak itu lebih baik digunakan untuk membangun fasilitas pendidikan dan kesehatan yang lebih layak), tapi juga urusan desain gedungnya... minggu lalu ada juga teman saya posting di laman facebooknya, katanya desain gedung dpr-ri yang baru meniru gedung kongres nasional chile...
cerita lama... soalnya, saya pernah pos di laman facebook saya foto perbandingan desain gedung kongres nasional chile dengan desain gedung dpr-ri yang baru pada bulan september 2010 lalu, dan waktu itu fotonya saya komentari, "rupanya tidak sia-sia mereka bolak-balik berkunjung ke chile sebanyak lebih dari 4 kali selama 3 tahun terakhir..." (kebetulan, waktu itu dubes ri di chile juga pensiunan anggota dpr-ri)
kembali ke perilaku anggota dpr-ri yang terhormat... memang, kelihatannya arogansi sudah menjadi sikap yang wajib dimiliki setiap anggota...
saya jadi tiba2 ingat cerita seorang teman sekantor mengenai obrolan 3 orang dokter forensik dari negeri antah berantah...
dokter yang pertama menceritakan pengalamannya membedah mayat seorang pelukis, katanya, ketika kepalanya dibuka, di otaknya ada berbagai kreasi indah dan mengagumkan yang belum sempat dituangkan menjadi lukisan...
dokter yang kedua menceritakan pengalamannya membedah mayat seorang guru matematika, katanya, ketika kepalanya dibuka, otaknya penuh dengan rumus-rumus rumit yang tersimpan dengan rapi dan siap diajarkan kepada murid-muridnya...
dokter yang ketiga menceritakan pengalamannya membedah mayat seorang anggota anggota parlemen... katanya, ketika kepalanya dibuka, dia heran karena tidak menemukan otak di sana... dan ketika dadanya dibuka, dia juga kaget karena tidak ada hati di dalamnya... dan yang lebih mengengangkan lagi, ternyata bentuk muka dan bokongnya sama dan bisa bertukar tempat, ckckck...
aduh, mohon maaf buat bapak marzuki alie yang terhormat kalau bahasa saya terlalu keras atau kurang bisa diterima, karena saya cuma rakyat biasa yang kurang berpendidikan dan kurang elite...
tapi, kalau bapak marzuki alie yang terhormat masih punya panca indera yang peka dan ternyata tidak seperti anggota parlemen dari negeri antah berantah yang mayatnya dibedah oleh dokter foresik yang ketiga tadi, coba lah sekali-sekali bapak marzuki alie yang terhormat mendengarkan dan mencoba memahami serta menghayati lirik lagu lawas karya maestro iwan fals "surat buat wakil rakyat"... jangan jadi kacang yang lupa pada kulitnya...
oh ya, kembali lagi ke urusan meniru desain gedung parlemen chile... saya rasa itu juga bukan ide yang baik, bukan karena takut dituntut plagiat atau melanggar hak cipta, tapi karena alasan lain lagi...awal tahun 2010 lalu saya menghadiri sebuah seminar yang menghadirkan menteri dalam negeri republik chile, rodrigo hinzpeter, sebagai pembicara utama... dalam seminar itu, menteri hinzpeter menyatakan bahwa dirinya baru saja "naik derajat". dia yang sebelumnya adalah seorang anggota parlemen, baru saja diangkat menjadi menteri dalam negeri... lho?!
begini... berdasarkan hasil penelitian sebuah lembaga independen, tingkat kepercayaan masayarakat chile terhadap anggota parlemen waktu itu hanya 4%... artinya, anggota parlemen hampir tidak punya kredibilitas di mata masyarakat... sementara tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemerintah (eksekutif) agak sedikit lebih tinggi, yaitu 19%... jadi, waktu itu, rupanya menteri hinzpeter senang bisa "upgrade"... nah, kalau menteri hinzpeter aja senang dia tidak lagi menjadi anggota parlemen chile, koq kita mau meniru desain kantor anggota parlemen chile yang di mata masyarakat setempat tidak punya kredibilitas? hehehe...
ya, itu lah sedikit pendapat dari saya, walaupun saya tidak yakin bapak marzuki alie yang terhormat akan membaca apalagi menerima pendapat saya ini.