Chelsea dan Filosofi "Merendah untuk Meroket"
Di masa kejayaannya, Chelsea dikenal sebagai tim dengan mental juara. Mereka sering tampil rendah hati di media, tapi di lapangan, mereka menunjukkan taringnya. Namun, di bawah manajer Enzo Maresca, narasi ini mulai berubah. Chelsea masih mencari identitas di tengah persaingan Premier League yang semakin ketat.
Awal musim 2024/2025, The Blues sempat tampil meyakinkan dengan kemenangan beruntun, membuat mereka disebut-sebut sebagai pesaing serius. Namun, belakangan ini, performa mereka menurun drastis.
Dari Pesaing Juara ke Tim yang Diragukan
Per Februari 2025, Chelsea berada di posisi ke-4 klasemen dengan 43 poin dari 24 pertandingan. Meski sempat bersaing di papan atas, performa mereka anjlok di awal tahun. Kekalahan 2-1 dari Brighton di Piala FA menjadi pukulan telak. Dalam 10 laga terakhir di semua kompetisi, Chelsea hanya meraih tiga kemenangan.
Faktor utama kemunduran ini adalah inkonsistensi. Pertahanan sering melakukan blunder, dan lini serang yang tadinya tajam kini tumpul. Christopher Nkunku, yang diharapkan jadi pembeda, tampil di bawah ekspektasi setelah kembali dari cedera panjang.
Pemain Kunci yang Masih Bersinar
Di tengah inkonsistensi, Cole Palmer menjadi sorotan dengan kontribusi gol dan assist yang signifikan. Mantan pemain Man City ini kini menjadi pilar penting di skuad Chelsea dan bahkan dipanggil ke Timnas Inggris.
Namun, ketergantungan pada Palmer mulai terlihat. Saat dia tampil kurang maksimal, Chelsea kesulitan mencetak gol. Sementara itu, Moises Caicedo dan Enzo Fernandez mulai menunjukkan performa stabil di lini tengah, meski belum cukup untuk menutupi kelemahan tim secara keseluruhan.
Tantangan Besar Chelsea
Masalah utama Chelsea saat ini adalah pertahanan. Statistik menunjukkan mereka memiliki expected goals against (xGA) sebesar 34,2 dari 24 pertandingan, menandakan kerentanan di lini belakang. Absennya Wesley Fofana karena cedera membuat lini pertahanan semakin rapuh.
Di sisi lain, lini serang Chelsea sebenarnya cukup produktif dengan expected goals (xG) sebesar 48,6, tertinggi kedua di liga setelah Liverpool. Namun, efektivitas penyelesaian akhir masih menjadi PR besar bagi The Blues.
Minimnya pengalaman dalam perebutan gelar juga menjadi faktor. Dengan skuad yang mayoritas berusia di bawah 25 tahun, Chelsea harus menghadapi tantangan besar dalam mengelola tekanan dan menjaga konsistensi hingga akhir musim.
Chelsea Harus Bangkit
Chelsea masih memiliki potensi untuk bangkit, tetapi mereka harus segera menemukan konsistensi. Jika tidak, narasi tentang "Chelsea yang dulu merendah, kini direndahkan" akan terus berlanjut. Tantangan terbesar mereka adalah membangun mental juara di tengah tim muda yang masih mencari identitasnya.
Dengan sisa musim yang masih panjang, Chelsea memiliki peluang untuk memperbaiki posisi mereka di klasemen dan mengembalikan reputasi sebagai salah satu tim elit di Premier League.