Malam itu, sekitar pukul 19.00 WIB bulan yang berukuran sedang tepat lurus diatas ubun-ubun. Di salah satu sisi pantai terlihat sebuah pohon yang tidak terlalu tinggi namun beranting banyak, berdaun indah, orang-orang sekitar menyebutnya pohon Duras. Ya, itulah setidaknya informasi yang kami terima setelah mengorek keterangan pada salah seorang warga, yang sekaligus penjaga salah satu warung di pantai itu. “Pohon tersebut tergolong langka dan merupakan satu-satunya yang tumbuh di pantai ini,” ujar Radal, Si penjaga warung kepada Saya yang pada saat itu berlagak seperti seorang wartawan.
Tak pelak,pohon itu kemudian menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang berkunjung. Bisa dikatakan, pohon dengan daun-daun yang berukuran lebih tebal dari daun-daun biasanya itu pun menjadi ikon bagi pantai yang dimulai digarap sejak satu tahun silam itu.
Menurut penuturan Radal, pantai Pok Tunggal biasa didatangi pengunjung secara berkelompok, dan biasanya mereka menginap dengan mendirikan tenda-tenda dan segala macam peralatan camping lainnya. Tujuannya, untuk menikmati suasana malam dan juga pagi hari. “Yang berkunjung ke sini biasanya berkelompok-kelompok mas, bahkan kemaren-kemaren sampe tiga kelompok, dan mereka bermalam di sini,” tutur Pria yang merupakan penduduk asli warga Tepus itu.
“Kemaren saja, ada yang nginap hingga tiga hari tiga malam, mereka senang-senang saja disini,” lanjutnya seraya tersenyum seakan ikut bangga dengan pantai yag kini mulai diminati itu. Hanya, menurut Pria berambut pendek itu, kedatangan pengunjung biasanya ramai pada hari sabtu dan minggu saja, atau lebih tepatnya sabtu hingga ke minggu, karena rata-rata dari mereka menginap. “hari-hari biasanya sepi, kadang cuma pasangan muda mudi saja,” tukasnya.
“Pantai ini dikelola oleh kelompok, mas, warga sini, jadi semua di garap oleh warga, hanya yang beberapa meter dari jalan raya itu yang di semen/cor dengan bantuan pemerintah (pemkab), makanya ya kita pelan-pelan lah,” Ucap Pria murah senyum itu.
Meskipun begitu, fasilitas-fasiltas yang ada di pantai kebanggaan warga Tepus itu bisa dikatakan sudah cukup lengkap. Tempat mandi, WC, Mushalla, Parkir, bahkan jajanan ringan semuanya ada. “Kami menerima banyak masukan dari pengunjung, sehingga kami dirikan semua fasilitas ini, dan semua baru selesai empat hari sebelum idul fitri kemaren,” paparnya.
Hanya, untuk saat ini pengunjung tidak akan termanjakan dengan fasilitas listrik, penerangan baru menggunakan lampu yang dihidupkan dengan sebuah aki dan juga lampu sentir .Namun, itulah Pok Tunggal, ketiadaan listrik justru membuat suasan pantai terasa semakin asri dan eksotis dengan rampu remang-remang yang berasal dari sentir.
Pria asli warga tepus itu juga mengaku dirinya betah di pantai itu. “Kalau saja saya punya rumah di pantai ini mas, saya tinggal disini saja, biar gak capek bolak balik rumah, disini saya betah, enak,” aku Radal