Ujian Sekolah Rakyat (SR) di Kampong Sebelah
Catatan Thamrin Dahlan
Kalau membaca ulang tulisan ini rasanya mustahil anak desa bisa berkarier di ibukota. Alhamdulillah semua terwujud atas karunia ALLAH SWT meng - ijabah doa Almarhumah Ibunda Hj Kamsiah bin Sutan Mahmud dan Almarhum Ayahanda Haji Raden Dahlan bin Affan
Bolehlah mengemukakan pengalaman ikut ujian akhir  SR (Sekolah Rakyat) tahun 1964.  Awak tak paham apakah ketika itu sudah ada ujian nasional atau tidak, tetapi yang jelas kami murid SR Tempino di paksa atau terpaksa meninggalkan desa.  Desa kami Tempino, 30 kilometer dari kota Jambi belum berhak menyelenggarakan ujian sekolah.  Terpaksa awak dan 30 kawan seusia di ungsikan ke desa sebelah yang bernama Bajubang.
Bajubang sebagai pusat kota minyak di kawasan Jambi memang lebih besar dari desa kami. Pak Guru sudah mewanti wanti :
"Kalian akan menginap di Bajubang 3 malam, Â siapkan buku, pensil, pakaian dan sepatu"
Waduh sepatu ? manalah awak punya.  Kami anak anak desa semua ceker ayam bersekolah dan bermain.  Kala itu memiliki sepatu adalah kemewahan.  Hanya Doddy yang bersepatu . Dia anak employe, Bapak Kuron Orang Manado atasan buruh minyak  termasuk Bapakku Dahlan Bin Affan.