KETIKA kampanye Pemilu lalu (9/4), belum lama berselang dan hasilnya belum diketahui secara “resmi”, kita dipertontonkan bahasa para politikus. Bahasa-bahasa nan rancak, vulgar, sampai yang puitis. Seolah meminta perhatian sungguh-sungguh. Mereka seperti mempertontonkan kepiawaiannya mengolah frasa bahasa. Untuk dikomunikasikan kepada audience dan lawan politiknya sekaligus.