JIKA dihitung-catat, sejak tahun 1977 saya sudah menjadi warga Negara yang punya hak dalam sebuah hajatan bernama Pemilu. Di mana saat itu, saya dengan pengetahuan yang terbatas, “memilih” Wakil Rakyat yang menuju Rumah Rakyat. Meski dengan keterbatasan, mengingat Partai hanya ada 2 (dua) yakni PDI dan PPP. Sedangkan Golkar emoh disebut partai – maka namanya Golkar saja. Namun lucunya, ia selalu ikut dalam kontestasi: dan selalu menang. Bahkan sebelum pemilihan umum berlangsung. Ini semacam negeri sulapan saja. Termasuk tidak ada yang namanya pemilihan presiden. Justru “pemilihan” wakil presidenlah yang akan menjadi nilai berita. Karena hak memilih ada pada orang nomor satu, namanya melegenda: Soeharto.