SEKIRA sepuluhan hari lalu, saya bertelepon. Sebuah jawaban dengan nada suara kurang ceta, kurangjelas, dari seberang. Saya pun menyatakan ngapunten, maaf, karena mengganggu tidurnya. Padahal, saya hanya ingin mengabari, bahwa ada temen Kompasianer baru menerbitkan buku. “Saya lagi di Cilacap, Kang? Priwe?” sahutnya, menjelaskan sekaligus menanyakan balik ke saya.