Dari judulnya sudah bisa ditebak film ini mengambil latar budaya Batak. Ya, film ini memang mengangkat keluarga Batak dengan budaya yang mengelilinginya. Bukan saja sarat dengan budaya Batak, tetapi pemain dan para kru juga hampir sebagian besar berdarah Sumatera Utara.
Sebut saja sutradara dan ko-penulis Sammaria Sari Simanjuntak, ko-penulis Lies Nanci Supangkat, sinematografer Anggi Frisca, assistant director Eigi Pohan, assistant director Genhart Manullang, VFX Artist Erickson Siregar, hingga make up artist Stella Gracia
Adapun pemeran "Tulang Belulang Tulang" dibintangi oleh Atiqah Hasiholan (Mami Laterina), Tasha Siahaan (Cian), Tanta Ginting (Tulang Ucok), David Saragih (Papi Mondo), Cornel Nadeak (Alon), Lina 'Mak Gondut' Marpaung (Opung Tiolin) dan Landung Simatupang (Tulang Tua).
Film drama ini digarap oleh Adhya Pictures dan Pomp Films. Didukung juga oleh Perfilman Musik dan Media (PMM) Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui program Indonesiana Film 2021.
"Tulang Belulang Tulang" berkisah tentang satu keluarga yang akan melaksanakan upacara 'Mangokal Holi'. Yakni adat istiadat memindahkan tulang belulang para leluhur dengan membongkar kembali makam  untuk mengumpulkan sisa tulang belulang dan menempatkannya ke bangunan tugu.
Bagi orang Batak, mampu melaksanakan tradisi ini menjadi kebanggaan tersendiri, karena juga menyangkut citra keluarga di mata masyarakat. Jangan sampai tradisi ini tidak terlaksana sebagaimana yang diharapkan. Terlebih jika mampu secara finansial.
Nah, ketika "Tulang Belulang Tulang" mendarat dengan selamat di bandara, ternyata koper berisi tulang belulang Tulang Tua (Kakek Buyut) hilang! Usut punya usut kopernya tertukar dengan penumpang pesawat yang sama. Baru diketahui ketika Mami Laterina, bersama suami -- Papi Mando, dua anaknya -- Cian dan Alon, serta adiknya, dalam perjalanan menuju Danau Toba.
Berbekal petunjuk yang terdapat dalam koper yang salah, keluarga ini pun harus segera menemukan tulang belulang tulang kalau tidak mau dikutuk oleh Opung (Nenek) dan seluruh keluarga besar yang sudah menunggu siap berpesta di tepi Danau Toba.
Karena memiliki satu tujuan untuk menemukan tulang belulang tulang, perjalanan mencari tulang-tulang tersebut memaksa mereka bersatu mengarungi banyak cobaan: ngebut-ngebutan di jalanan berliku di tepian Danau Toba, kejar-kejaran dengan anjing pemakan tulang, sampai melintasi hutan yang dihuni harimau, bahkan menggunakan high heels! Bagi mereka, kehormatan keluarga harus dipertaruhkan. Harga diri keluarga harus dijunjung tinggi.