Fenomenal! Kata itulah yang pantas dialamatkan kepada pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahya Purnama pada Pemilihan Umum Kepala Daerah DKI Jakarta 2012 lalu. Betapa tidak, pasangan yang dikenal dengan sebutan Jokowi-Ahok ini memenangkan baik di putaran pertama maupun kedua.
Pada putaran pertama, hasil survei quict count Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang dirilis tiga jam setelah pemungutan suara, Jokowi-Ahok meraih 42,56 persen. Pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli (Foke-Nara) meraih 33,60 persen suara. Kemenangan di putaran ini sangat jauh dari prediksi. Pasalnya, sejumlah lembaga survei dan pengamat politik mengunggulkan pasangan Foke-Nara. Lingkaran Survei Indonesia misalnya, pada 1 Juli 2012 melansir hasil penelitiannya bahwa Foke-Nara memenangkan Pemilukada DKI Jakarta. Hasil perolehan suaranya diperkirakan 49,1 persen suara sedangkan Jokowi-Ahok hanya 14,4 persen suara (Majalah Detik, 16-22/07/2012).
Pada putaran kedua, pasangan Jokowi-Ahok pun unggul. Melalui perhitungan cepat, LSI-TV One menyatakan 53,68 persen untuk Jokowi dan 46,32 persen untuk Foke-Nara. Hasil perhitungan cepat Kompas, Jokowi-Ahok unggul 52,97 persen, Foke-Nara 47,03 persen. Indo Barometer-Metro TV 54,11 persen untuk Jokowi-Ahok, 45,89 persen untuk Foke-Nara. Ines 42,61 untuk Foke-Nara dan 57,39 persen untuk Jokowi-Ahok. Hasil MNC Media-SMRC, 52,63 persen untuk Jokowi-Ahok dan 47,37 persen untuk Foke-Nara. Sedangkan LSI-SCTV 46,19 persen untuk Foke-Nara dan 53,81 persen untuk Jokowi-Ahok (Majalah Detik, 24-30/09/2012).
Kemenangan ini sungguh luar biasa. Pasalnya, pasangan Jokowi-Ahok hanya didukung dua partai, yaitu PDI Perjuangan dan Partai Gerindra. Sedangkan pasangan Foke-Nara, didukung dari mulai partai besar seperti Partai Golkar, Partai Demokrat, PKS, PPP, PAN hingga partai gurem seperti, Partai Barisan Nasional, PDP, PPRN dan Partai Karya Perjuangan. Sehingga Jokowi menyebutnya sebagai semut melawan gajah.
Sebelum bertarung dalam Pemilukada DKI Jakarta, Jokowi-Ahok tidak dikenal oleh masyarakat Jakarta. Kemenangan pasangan Jokowi-Ahok tidak lepas dari peran media termasuk di dalamnya sosial media. Sejumlah surat kabar, media elektronik memberitakannya. Siti Juhro, pengamat politik dari LIPI, menyebutkan banyak sekali pemberitaan positif terkait Jokowi. Ia menjadi ikon dan kesayangan media (detik.com, 21/09/2012).
Dalam Koran Harian Kompas edisi 24 September 2012 mengupas mengenai dukungan media sosial terhadap pasangan Jokowi-Ahok dan Foke-Nara. Dukungan media sosial berbanding lurus dengan pemberitaan di media massa.
Dalam laman web analytics.topsy.com, salah satu situs menyediakan pelacakan brand, terutama di jejaring sosial Twitter, sejak 24 Agustus 2012, kata kunci Jokowi rata-rata dibicarakan 15.000-30.000 kali setiap hari.
Dari grafik yang dihasilkan Topsy, banyaknya mention atau penyebutan terhadap brand Jokowi ataupun Foke berbanding lurus dengan berita yang ada di media massa
Nama Jokowi di dunia maya terutama melonjak dibicarakan orang pada 16 September, dipicu berita di sebuah media massa berjudul "Foke Pertanyakan Motivasi Jokowi Jadi Cagub".
Berita itu tampaknya lebih condong mengekspos nilai negatif dari Jokowi, tetapi kenyataannya justru memberi umpan balik atau sentimen positif terhadap Jokowi dengan menghasilkan sebanyak 88.441 percakapan di Twitter. Pada hari yang sama, percakapan terhadap brand Foke menghasilkan 58.511 kali dengan berita "Inilah 'Positifnya' Jokowi di Mata Foke".
Untuk lebih memfokuskan tulisan ini, penulis akan mengambil tema Peran Media Massa dalam Kemenangan Jokowi-Ahok pada Pemilukada DKI Jakarta.
2. Perumusan Masalah
1. Siapakah Joko Widodo?
2. Bagaimana media mengkonstruksi Jokowi-Ahok?
3. Pembahasan
3.1 Sosok Joko Widodo
3.1.a Sosok Sebagai Pengusaha
Joko Widodo lahir dari pasangan Noto Miharjo dan Sujiatmi Notomiharjo. Sewaktu kecil ia berdagang, mengojek payung, kuli panggul untuk membiayai kehidupan sehari-harinya. Dikala anak-anak sekolah seusianya berangkat ke sekolah dengan naik sepeda, ia jalan kaki (wikipedia.org)
Bapaknya seorang tukang penjual kayu di pinggiran jalan. Di usia 12 tahun ia belajar menggergaji kayu. Kemampuannya dalam perkayuan diwarisi dari ayahnya. Keahlian menggergaji kayu itulah kemudian membawanya ingin ilmu tentang perkayuan. Lalu ia melanjutkan ke perguruan tinggi Universitas Gajah Mada jurusan Ilmu Kehutanan kayu (kompas.com).
Setamat kuliah pada tahun 1985, lulusan SMAN 6 Solo itu tidak langsung pulang ke Solo. Dia merantau ke Aceh untuk bekerja di salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara. Namun tidak berlangsung lama, ia pulang ke Solo dan bekerja di CV Roda Sejati, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perkayuan (tokohindonesia.com).
Pada tahun 1988 di berhenti bekerja dan mulai merintis usaha di bidang mebel. Dengan kesabaran dan kerja keras ia mengembangkan bisnis tersebut dari pemain lokal menjadi eksportir.
Jokowi dipercaya menjadi ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo). Perjumpaannya dengan politik saat ia mengikuti konvensi calon Walikota Solo yang digelar DPD PDI Perjuangan pada tahun 2005 silam (26/3-1/4/2012). Begitu lolos, dia disandingkan dengan Ketua DPD PDI Perjuangan Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo.
3.1.b Mulai Dikenal
Pada tahun 2005, Joko Widodo menjabat sebagai Walikota Solo wakilnya FX Hadi Rudyatmo. Di bawah kepemimpiannya, Solo mengalami perubahan yang cukup pesat. Gebrakan awal yang dilakukannya adalah membenahi Solo dengan menjadikannya kota tersebut sebagai The Spirit of Java. Pria bertubuh kurus itu juga mengajukan Surakarta menjadi anggota Organisasi Kota-kota Warisan Dunia dan diterima pada tahun 2006. Kemudian, Surakarta berhasil menjadi tuan rumah konferensi organsasi tersebut pada Oktober 2008. Pada tahun 2007, Surakarta menjadi tuan rumah Festival Musik Dunia (FMD) yang digelar di kompleks Benteng Vastenburg. Pada tahun 2008 FMD diselenggarakan di kompleks Istana Mangkunegaran (tokohindonesia.com).
Ia juga dinilai berhasil menyelesaikan kekumuhan Taman Banjarsari yang disebabkan oleh kesemrawatuan para pedagang barang bekas. Keberhasilannya itu dilakukan bukan dengan cara-cara pada umumnya pemegang otoritas. Seperti yang terjadi pada umumnya, tidak sedikit kepala daerah melalui tangan Satuan Polisi Pamong Praja melakukan kekerasan seperti pengusiran, pemukulan dengan pentungan dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan oleh kepala daerahnya.
Sementara Jokowi memiliki penyelesaian dengan cara lain. Ia mengajak para pedagang kaki lima itu makan bersama. Pada saat makan itu ia berdiskusi dengan para pedagang kaki lima. Memang, ketika diajak makan, para pedagang kakil lima itu tidak langsung bersedia pindah. Membutuhkan waktu yang cukup lama, sekitar 54 kali. Jamuan makan tersebut kadang dilakukan di rumah dinasnya, atau ada kalanya di pasar.
Pria kelahiran Surakarta, 21 Juni 1961 itu juga meraih sejumlah prestasi dan penghargaan. Ia tercatat sebagai peraih Kota Pro-Investasi dari Badan Penanaman Modal Daerah Jawa Tengah, Kota Layak Anak dari Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan selanjutnya Wahana Nugraha dari Departeman Perhubungan. Politisi dari PDI Perjuangan itu juga meraih Sanitasi dan Penataan Permukiman Kumuh dari Departeman Pekerjaan Umum (Majalah Tempo, 12 Januari 2012, hal: 105). Pria murah senyum ini juga menjadi salah satu ikon pemimpin daerah terbaik versi majalah Gatra 2011.
3.2 Jokowi Vs Bibit Waluyo
Awalnya, terutama di awal tahun 2012, masyarakat Jawa Tengah kurang mengenal nama Jokowi. Ia hanya dikenal di Kota Surakarta, tempat ia bertugas sebagai wali kota. Dalam lingkup regional, nama Jokowi mencuat setelah ia berseberangan pendapat dengan Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo, terkait pembangunan Saripetojo di Purwosari Kecamatan Laweyan Kota Surakarta (bagian barat Kota Solo).
Perbedaan pendapat berawal ketika Perusahaan Daerah Citra Mandiri, milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, membongkar eks gedung pabrik es Saripetojo pada Juni 2012. Pemprov beralasan, lahan tersebut akan digunakan untuk pembangunan pasar modern atau mal. Tujuannya untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi warga setempat. Namun proyek tersebut tidak berjalan mulus. Wali Kota Surakarta Joko Widodo bersama masyarakat setempat menolak rencana pemerintah tersebut. Mendapat tentangan dari pemerintah setempat dan warga, Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo, pun berang. Ia menuding walikota Surakarta, Joko Widodo, bodoh (Warta Jateng, 22/07/2012).
Dikatakan bodoh oleh Bibit Waluyo, tidak membuat Joko Widodo surut pada kebijakannya. Alumnus Universitas Gajah Mada jurusan Kehutanan itu beralasan, pertama, gedung bekas pabrik es itu memiliki cagar budaya, untuk itu eksistensi harus dipertahankan karena amanat undang-undang. Alasan kedua, pembangunan mall akan mengancam eksistensi para pedagang menengah ke bawah atau wong cilik. Baginya, pengusaha kecil dan menengah harus ditingkatkan perekonomiannya.
Soal status eks gedung pabrik es Saripetojo memang terjadi perbedaan pendapat. Menurut Ketua Tim Independen Pengkaji Bekas Pabrik Es Saripetojo yang juga mantan rektor Universitas Diponegoro, Prof Eko Budiharjo, bangunan tersebut bukan termasuk cagar budaya. Namun akhirnya, Prof Eko Budiharjo meralat pernyataan tersebut dan menyebut bangunan eks Saripetojo sebagai cagar budaya. Kemudian ia meminta maaf (Warta Jateng, 22/07/2012). Sementara pihak Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah memberikan penjelasan bahwa tidak seluruhnya termasuk benda cagar budaya. Tetapi, penetapan Saripetojo sebagai benda cagar budaya merupakan kewenangan Kementaran Pariwisata dan Kebudayaan. Selain itu juga, Wali Kota Surakarta juga dapat menetapkan lahan tersebut sebagai benda cagar budaya.
Dengan penetapan gedung eks Saripetojo sebagai cagar budaya, merupakan representasi "kemenangan" Jokowi di mata masyarakatnya. Hal tersebut juga semakin mengukuhkan Jokowi sebagai wali kota yang pro rakyat kecil, pembela wong cilik. Sementara Bibit Waluyo terpojok dan dianggap terlalu berpihak kepada kalangan menengah atau yang pro terhadap pemilik modal.
Selanjutnya, kontroversi dengan Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo, terkait parsel atau bingkisan Lebaran. Bibit Waluyo tidak melarang kepada staf dan jajaran di lingkungan pemerintah provinsi untuk menerima bingkisan lebaran. Bahkan ia menganjurkan untuk tidak menolak pemberian tersebut. Ia beralasan, parsel merupakan bagian dari tradisi budaya yang turun temurun. Sementara Joko Widodo melarang jajaran birokrasi di pemerintah Kota Solo menerima parsel. Alasannya, guna mencegah praktik korupsi dan kolusi (Warta Jateng, 16/08/2012).
Kemudian, hubungan Jokowi dan Bibit Waluyo kembali menghangat terkait dengan penggunaan mobil esemka. Jokowi mengganti mobil dinas jenis sedan "Camry" buatan Jepang dengan mobil "Kiat Esemka". Mobil tersebut merupakan rakitan para siswa salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Surakarta. Bibit Waluyo menilai, langkah Jokowi itu sebagai tindakan yang gegabah dan sembrono. Lebih pedas lagi, Bibit mengatakan bahwa Jokowi hanya cari muka. Pasalnya, kendaraan tersebut belum teruji kelayakannya. Mendapat penilaian miring tersebut, Jokowi tidak menanggapinya. Ia tetap menggunakan mobil Esemka (tempo.co, 04/01/2012). Sementara itu, langkah Jokowi ini mendapatkan acungan jempol dari Menteri Koperasi dan UKM Syarif Hasan dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M. Nuh serta sejumlah kalangan di DPR (suaramerdeka.com, 04/01/2012).
Banyaknya perbedaaan pendapat sekaligus kebijakan yang berbeda terkait objek yang sama ini termasuk kategori konflik. Hellriegel dan Slocum (dalam Jonkman, 2006: 10) menjelaskan bahwa konflik adalah opposition arising from disagreement about goals, thoughts or emotions within or among individuals, teams, departemens or organisation. Artinya, perselisihan atau pertentangan yang timbul dari perbedaan pendapat tentang tujuan, pikiran atau emosi di dalam atau di antara individu, tim departemen atau organisasi. Lebih menariknya lagi dua kepala daerah ini sama-sama berasal dari satu partai politik, yaitu PDI Perjuangan.
3.3 Jokowi dan Mobil Esemka
Seolahsudah lumrah hampir di seluruh Indonesia, kepala daerah lebih memilih mobil-mobil mewah untuk kendaraan dinasnya. Mereka umumnya menggunakan jenis minibus sekelas Toyota Landcruiser, Toyota Alphard. Paling murah para pejabat menggunakan Fortuner atau Pajero Sport (detik.com, 22/11/2012). Ada pun untuk jenis sedan seperti Camry, Altis.