Para pengunjung atau pembeli yang ingin menelusuri jalanan tersebut memang akan terasa sedikit kurang nyaman, dengan ruang gerak jalan yang sempit, basah, berlubang serta dengan bau-bauan di sepanjang jalan yang akan tahan lama menempel pada pakaian seperti parfum
EDP (Eau De Parfum). Namun yang bisa ditemukan di pasar ini adalah cara tawar-menawar yang jelas tidak akan ditemukan di mall ataupun supermarket, bermula dari gaya persuasif penjual maupun pembeli, serta bahasa yang terungkap secara verbal maupun nonverbal. Bagi para penjual dan pembeli, pasar merupakan tempat untuk berbagi keuntungan, sedangkan bagi para pengamat sendiri pasar adalah praktek ekonomi dan praktek kehidupan yang memiliki keunikan tersendiri di masing-masing tempat dan daerah. Berbagai macam bahasa yang seringkali terdengar di pasar “Pola” ini seperti
“punten, mangga, lepat, artos, gedang”, dikarenakan pasar “Pola” ini terletak di daerah yang mayoritas penduduknya sunda, oleh karenanya kebanyakan orang yang bertransaksi disini menggunakan bahasa sunda. Bahasa sunda yang saat ini mulai sedikit-sedikit tertinggal dan kurang dianggap penting di sekolah yang sebetulnya bisa dipraktekan di lingkungan pasar ini. Selain itu, pembelajaran kesederhanaan dalam kehidupan sehari-hari, sopan-santun, ramah-tamah yang juga jarang dipelajari secara mendalam di lingkungan sekolah.
KEMBALI KE ARTIKEL