Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan Pilihan

Opsi Cepat Mengurangi Polusi Udara di Jakarta

15 Agustus 2023   08:53 Diperbarui: 15 Agustus 2023   08:57 397 13
Polusi udara bukan hanya masalah di kota Jakarta atau Indonesia saja, tetapi juga kota-kota besar lainnya di dunia. Saat ini, lebih dari 55% populasi dunia tinggal di perkotaan, dan diperkirakan akan meningkat hingga 68% pada tahun 2050 (Nations, 2018; Prigioniero et al., 2021).

Menurut WHO (2016) dan EEA (2019), polusi udara dianggap sebagai risiko kesehatan lingkungan terbesar di dunia.  Polusi udara menyebabkan sekitar 4,2 juta kematian dini setiap tahun dengan sekitar 0,4 juta kasus di Eropa saja setiap tahun.

Umumnya sumber polusi terbesar berasal dari gas buang kendaraan transportasi. Oleh karena itu diperlukan upaya praktis untuk bisa menyerap polutan secara cepat dari udara atau menahan partikulat debu agar tetap melekat di badan jalan maupun di tanaman.

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa 1 hektar ruang terbuka hijau yang dipenuhi pohon besar menghasilkan 0,6 ton oksigen untuk 1.500 penduduk/hari. Penelitian lainnya mengatakan 1 pohon besar menghasilkan oksigen 1,2 kilogram/hari dan menyerap 2,5 ton karbon dioksida/tahun.

Namun akan perlu waktu lama menunggu pohon besar. Belum lagi bahaya saat musim hujan jika tidak dipangkas.

Penanaman pohon fast growing species yang memiliki kemampuan adsorpsi polutan yang tinggi bisa menjadi solusi bagi perkotaan untuk menyerap polusi udara.

Menanam saja tentu tidak cukup. Untuk tanaman yang sudah ada di perkotaan tetap diperlukan intervensi manusia. Perlakuan silvikultur perlu dilakukan pada pohon-pohon yang sudah ada.

Pohon adalah cara terbaik dari alam untuk pemurnian udara. Oleh karena itu kita perlu membaca bagaimana cara pohon agar efektif dalam melakukan fotosintesis.

Fotosintesis akan maksimal jika klorofil tidak kekurangan air (H20). Oleh karena itu tampaknya upaya untuk membasahi pohon-pohon dan berbagai tanaman lainnya di ibu kota bisa menjadi cara cepat mengurangi polusi.

Presipitasi buatan bisa dilakukan melalui penyiraman. Proses penyiraman atau pembasahan akan meningkatkan kelembaban dan mengikat partikulat-partikulat debu agar tidak melayang di udara.

Penyiraman terbaik bisa dilakukan saat pagi menjelang siang dan atau siang menjelang sore. Bahkan jika diperlukan Pemerintah DKI bisa melibatkan kendaraan damkar untuk membasahi tanaman dan badan jalan di ibu kota.

Radiasi Sinar Matahari yang bisa digunakan tanaman dalam melakukan fotosintetis yakni 390 nanometer (n)m hingga 760 nm. Itulah kenapa proses fotosintesis pada tanaman akan optimal terjadi pada pukul 6.30-10.00 wib dan pukul 14.00-17.00 wib.

Pada proses penyiraman tanaman perkotaan juga bisa ditambahkan bakteri perangsang atau biasa dikenal dengan PSB (Photosyntetic Bacteria atau Bakteri fotosintesis).

Bakteri fotosintesis atau photosynthetic bacteria (PSB) adalah bakteri autotrof yang bisa berfotosintesis dengan sendirinya. PSB punya pigmen Bakteriofil A atau B yang bisa memproduksi pigmen warna merah, hijau, hingga ungu untuk menangkap energi matahari yang digunakan sebagai bahan bakar fotosintesis.

Sangat mudah membuat bakteri ini dan bisa disertakan pada penyiraman di pagi hari.

Selain menanam pohon cepat tumbuh dan melakukan intervensi pembasahan pada pohon-pohon yang sudah ada, mungkin juga saat ini perlu mendengungkan kembali gairah tanaman hias secara masif di masyarakat.

Lets makes Jakarta our garden.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun