Karena pertanyaan itu dilontarkan dari atas mimbar dan sepertinya tidak hendak menunggu jawaban dari jemaat, maka akhirnya sang pendetalah yang menjawab sendiri pertanyaannya.
Namun, di barisan kursi jemaat, di antara sesama kaum bapa yang hadir pada ibadah terdengar gumaman di antara mereka sebagai respons atas pertanyaan itu.
Sebagiannya sudah terangkum dalam 4 kategori manusia yang ada dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana dijelaskan oleh sang pendeta. Katanya, bila dipilah sekurang-kurangnya ada 4 golongan manusia.
Pertama, "orang yang tahu apa yang dia tahu", itu adalah golongan orang yang menyadari bahwa dia pintar. Kedua, "orang yang tahu apa yang dia tidak tahu", itu adalah golongan orang yang mau belajar.
Ketiga, "orang yang tidak tahu apa yang dia tahu", itu adalah golongan orang yang tidak sadar atau tidak yakin pada potensi dirinya, dan keempat, "orang yang tidak tahu apa yang dia tidak tahu", menurutnya itu adalah orang yang bodoh.
Kita tidak akan membahas terkait golongan orang yang bodoh, karena menurut saya orang yang bodoh sama tidak jelasnya dengan apa yang dimaksud dengan orang yang pintar. Saya justru lebih tertarik dengan apa yang disebut sebagai orang yang sadar dan tidak sadar.
Barangkali ini berkaitan juga dengan pandangan yang menganggap bahwa kesuksesan seseorang ditentukan oleh 1% nasib atau keberuntungan dan 99%-nya adalah kerja keras.
Atau, pandangan yang menyatakan bahwa kepintaran itu hanya 1% dari kesuksesan, selebihnya ditentukan oleh 99% kerja keras.