Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Nabila, Wanita Penataran nan Syahdu

29 Januari 2015   19:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:08 89 0
Hujan turun membasahi aspal kota Bangil. Rintikan huja  menghantam genting-genting rumah sehingga menimbulkan suara lambaian air nan merdu. Dalam guyuran hujan aku tengah mempersiapkan diriku untuk segera kembali menuju perantauan yakni kota malang.

tatkala aku sedang mempersiapkan diri untuk kembali ke tanah perantauan, ibu ku sedang kebingungan mencari kunci mobil yang entah kemana, memang sudah bukan hal yang aneh ketika ibu lupa menaruh kunci mobil. 17.20 kereta penataran Surabaya-Blitar akan segera tiba di stasiun bangil dan akan mengatarkan ku menuju malang, tetapi ketika jarum panjang tepat diangka 12 dan jarum pendek tepat diangka 5 aku masih belom beranjak meninggalkan rumah.

paniklah diriku, karena kembalinya aku di malang sudah tidak bisa ditunda lagi. Tepat pukul 17.03 kunci yang sedari tadi dicari akhirnya ketemu, ternyata letaknya tak asing lagi, berada di dompet. memang ibu ku memiliki banyak dompet sehingga kadang lupa diletakkan dimana.

Aku yang waktu itu menyetir mobil dengan tergopoh-gopoh di bawah rintikan hujan mengendarai mobil dengan kecepatan standart karena memang jalanan ramai. suara wanita yang muncul melalui sound di dalam mobil yang menuntunku menuju stasiun tak ku hiraukan. aku tetap melaju mencari jalan tercepat menuju stasiun. Waktu terus memburuku, dan ahh lega rasanya tiba di stasiun tepat disaat kereta akan tinggal landas dari stasiun bangil.

Aku memasuki kereta dan mencari-cari dimana tempat dudukku, ya aku duduk di gerbong 1 kursi 10B. setelah memasuki gerbong aku melihat bahwa kursi 10 B di duduki oleh bapak-bapak yang nampaknya baru pulang kantor. Akhirnya aku memutuskan untuk duduk dikusi 9 D. Tepat di depanku duduklah 2 orang wanita remaja, seumuran denganku mungkin.

Aku sangat tertarik dengan salah satu dari mereka, wajahnya nan ayu, tatapan matanya dan syahdu serasi sekali dengan kerudung biru, jaket biru, celana jeans hitam dan sepatu terbaru yang menghiasi tubuhnya. Jika kulihat dari jaket yang ia kenakan nampaknya dia kuliah di Universitas Brawijaya Malang. Hati berseru ingin rasanya menyapa, tetapi mulut membeku tak bisa berkata apa-apa.

Seperti biasa, aku memakai headset ketika dikereta, ya karena perjalanan itu aku lalui sendiri jadi lebih baik aku mendengarkan musik dari salah satu group band Amerika yang vokalisnya bernama Adam Levine. Mendengarkan musik dan berwhatsapp ria membuatku cukup terhibur, ya walaupun kadang bete juga nunggu balesan whatsapp yang lama.

selagi aku melakukan aktivitasku tadi pandangan mataku tidak lepas dari wanita yang tak kutahu namanya tadi, subhanallah itulah kata yang selalu aku ucapkan. Dia nampak sedang asik bercengkrama dengan temannya, sehingga aku tak berani untuk menyela pembicaraan mereka.

Stasiun demi stasiun dilewati, hingga sampailah di stasiun lawang, disitu kereta berhenti cukup lama, dan disitu pula ada kesempatan yang bisa aku manfaatkan untuk memulai pembicaraan dengan bidadari penataran itu. Lucu sekali tingkahnya, dia mencatat nama-nama stasiun dari surabaya -malang. Aku tertawa melihatnya, dan aku berkata

"Loh mba, nama stasiunnya di catet?"

"iya mas, saya tidak hafal ], hehehe"

"memangnya ini first time naik kereta ya?"

"engga juga sih, cuman ga hafal aja, daripda nanti nyasar"

"memang mbanya turun dimana?"

"anu mas, di stasiun blimbing"

"ohh" berhentilah pembicaraan di sesion pertama ini.

Aku bingung sekali ingin berkata apa, aku melanjutkan lagi aktivitasku, begitupula dia. Kemudian aku mendengar dia berbicara mengenai sholat. Segera aku menyauti perkataannya tadi, kebetulan aku cukup faham dengan apa yang dia maksud. lalu dia bercerita mengenai pengalamannya ketika umroh, ya dia bercerita bahwa ketika umroh dia tidak menjamak sholatnya, akupun bertanya lebih rinci kepadanya, sampai akhirnya obrolan yang cukup seru terjadi diantara kita.

Tetapi hingga detik itu, aku tak berani menanyakan siapa namanya.

"Mba kuliah di tekhnik UB? Tekhnik industi kah?"
"Iya mas, tapi bukan tekhnik industri tetapi tekhnik arsitektur"

"angkatan tahun berapa mba?"

"2013 mas, mas kuliah dmna?"
"saya di perikanan mba, sama di UB juga"

Obrolan berlanjut mengenai tentang kuliah. kemudian destinasi wisata di malang, karena tujuan ia ke malang adalah mengantarkan temannya yang berkuliah di UNAIR untuk berlibur di malang.

Tak terasa perjalanan diapun segera berakhir, ketika akhir perjlanan itulah aku baru menanyakan namanya, dia bernama NABILA nama yang sangat indah, sesuai dengan parasnya. Sekali lagi aku mengucapkan subhanallah.

Menyesal memang tidak sempat menanyakan tentang sosial media yang dia miliki, tetapi biarlah penyesalan itu berlalu. Yang terpenting sekrang adalah aku bersyukur pernah melihat wanita bak bidadari. Nabila, wanita penataran nan syahdu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun