Pernyataan Rhoma Irama tentang rencananya ikut bertarung dalam Pilpres 2014, memicu munculnya gelombang character assassination. Jika sebelumnya gejala semacam ini dianggap sebagai kejahatan kemanusiaan, maka hal itu tidak berlaku jika sasarannya adalah Rhoma Irama. Para praktisi politik maupun pengamat seolah-olah berlomba menghina, menghujat, melecehkan dan merendahkan Rhoma Irama sambil tertawa-tawa antar sesamanya. Tak salah lagi, hasrat politik telah mendorong sifat-sifat manusia yang paling menjijikkan naik ke permukaan!