Di Kompasiana ini saya memiliki Keponakan Maya, namanya Dewa Gilang. Saya menganggapnya murid filosofis Gus Dur, karena ketetertarikannya yang intens atas dua wilayah yang secara pragmatis dipersepsikan bertolak belakang, yaitu Agama dan Sepakbola. Mengenai Gus Dur, sebagaimana diketahui ketika masih sehat dahulu, beliau bersama Kadir Yusuf merupakan analis sepakbola terkemuka. Pergelaran Piala Dunia Italy yang mengesankan “To Be Number One!” Ulasan Gus Dur menyebar di hampir semua media nasional, ditunggu banyak pembaca, sama tajamnya dengan tendangan penalty Michael Platini dan lincah seperti gocekan bola Maradona.
Di Kompasiana, saya menemukan lagi pribadi serupa, ialah Dewa Gilang. Di bidang filsafat agama, beliau menawarkan pemahaman moderat dan elegan (entahlah apa istilah yang tepat) , segar seperti sungai melintasi hutan pegunungan. Memandang dunia dengan kacamata langit. Makanya meskipun beliau ini seorang kiyai besar - saya yakin itu - tapi beliau bersahabat dengan semua agama.
Di bidang sepakbola, jarang-jarang saya menemui orang yang begitu besar cintanya kepada Timnas Garuda, dengan cinta yang benar. Dewa Gilang telah mengikuti perkembangan Timnas kita ini sejak dari pembibitan sampai di larung ke lautan luas…, dan membuat ulasan tiada henti mengenainya. Tanpa henti!
Hingga tadi malam menelan kekalahan pahit 0 - 2 dari Timnas Malaysia, saya kuatir Keponakanku itu sekarang sakit perut. Mungkin akibat terlalu banyak minum kopi atau keselak kacang, karena gol-gol itu memang mengejutkan. Oleh karenanya saya memandang perlu meluncurkan artikel ini sebagai pengobat keselak. Bersama ini saya kirimkan video dangdut Bola, Ona Sutra. Di dalamnya terdapat penari latar yang cantik, sepertinya pandai bikin pecel.
Ayo, tambah lagi pecel-nya, Keponakan!
*****
http://www.youtube.com/watch?v=yZJf-TVK56Y