Dalam pandangan penulis, ada 2 orangtokoh sentral yang menjadi inspirator Jakabaring Sport City (JSC), ialah Alex Nurdin (Gubernur Sumsel) dan Kolonel Czi Amalsyah Tarmizi (kini Danrem 043/Garuda Hitam Lampung). Dua-duanya dapat disebut ‘menantang badai’ dan berhasil menjinakkannya. Kini, dua-duanya pula sedang bersiap menghadapi tantangan berikutnya yang lebih menggelora, yaitu Pilkada Propisni. Alex Nurdin menuju kursi DKI-1 sedangkan Amalsyah Tarmizi menuju kursi Lampung-1.
Bagaimana tidak disebut ‘menantang badai’. Ketika itu, 66 hari sebelum Hari-H pelaksanaan Sea Games, fasilitas Jakabaring masih berantakan tak menentu. Material bangunan masih berserakan dimana-mana, alat-alat berat dan dump truk hilir mudik menata permukaan tanah. Jalan-jalan berkubang lumpur. Bahkan semak belukar, biawak dan ular sanca sebesar batang pinang masih sempat ditemui penulis di tengah-tengah kompleks olahraga itu. Situasinya begitu mencemaskan dan meragukan. Karena itu seluruh media nasional memberitakan Jakabaring tak mungkin selesai tepat waktu. Muncullah beragam usul, antara lain agar event olahraga itu ditunda selama tiga bulan atau dibatalkan saja- daripada menanggung malu.
Sebaliknya, kedua tokoh di atas tampil begitu percaya diri.
Pemberitaan-pemberitaan pesimis menyangkut kesiapan fasilitas JSC membuat Gubernur Alex Nurdin meradang. Kepada wartawan beliau berkata: “Saya ini insinyur dan tak kurang banyaknya insinyur di belakang saya. Semuanya akan selesai sesuai jadwal, tak ada penundaan, jangan ragukan itu. Pangkat dan jabatan saya pertaruhkan untuk itu. Para pengamat silakan jadi pengamat. Tonton saja sepak-terjang saya dari jauh….”
Tak kurang Menpora Andi Malaranggeng dan Ketua Umum Koni Rita Subowo mengutarakan keraguannya ketika menyaksikan sendiri pekerjaan pembangunan. Waktu tersisa tinggal 2 bulan tetapi masih banyak gelanggang olahraga (venue) yang belum terlihat bentuknya. Hanya beberapa bangunan yang benar-benar telah mencapai tahap penyelesaian. Sedagkan venues unggulan semacam kolam renang, lapangan atletik dan lapangan tembak masih dalam tahap pekerjaan pertengahan. Karena itu Rita Subowo merencanakan opsi alternatif sebagai jalan keluar, yaitu memindahkan cabang olahraga menembak ke Jakarta. Rencana itu membuat Alex Nurdin sedikit emosional dan memberi jawaban yang mengejutkan semua orang yang mendengarnya:
“Untuk diketahui bahwa keterlambatan pembangunan ini bukan kesalahan kami, melainkanJakarta-lah yang mengulur-ulur waktu. Satu-satunya fasilitas yang dibangun dengan biaya pusat di JSC ini adalah Wisma Atlet-nya Nazaruddin, dan itu pun bermasalah hingga sekarang. Fasilitas lainnya murni partisipasi sponsor yang telah kami kordinasikan. Jika Ibu Rita Subowo berencana memindahkan salah satu cabang olahraga ke Jakarta, itu akan menyulitkan bagi kami. Jika langkah itu akan diputuskan, maka saya minta semuanya saja dipindahkan ke Jakarta, tak ada satu pun cabang olahraga yang dipertandingkan di Palembang….!”
Jawaban itu tentu saja membuat Ketua Umum Koni tertegun, tak menyangka mendapat tantangan setelak itu. Beliau lalu buru-buru pulang ke Jakarta sambil berharap yang terbaik. Tak bisa tidak, beliau mesti mempercayakan semuanya kepada Gubernur Alex Nurdin, tuan rumah yang tak suka diremehkan itu!
Kemudian pada kesempatan kunjungan Presiden SBY ke Jakabaring, presiden memerintahkan agar Kodam II/Sriwijaya membantu penyiapan kompleks olahraga itu sesuai kemampuan yang tersedia, utamanya bantuan tenaga. Perintah presiden itu kemudian menjembatani datangnya bala-bantuan dari Prajurit TNI. Bergabunglah Kolonel Czi Amalsyah Tarmizi, ketika itu Aslog Kasdam II/Sriwijaya, membawa personil berkekuatan sekitar 100 orang. Tim itu memiliki julukan legenda yang terkenal, ialah Tim Sangkuriang, si pembuat danau dalam semalam, dengan Amalsyah Tarmizi sebagai pimpinannya.
Dimulailah pekerjaan percepatan itu. Siang dan malam, tak kenal panas dan hujan, berjibaku mengejar waktu. Amalsyah Tarmizi terjun langsung menangani pekerjaan dalam tim. Dengan dukungan material yang cukup, besi-besi kolom, pasir, batu-bata, semen cor, pepohonan untuk taman, dan segala sesuatunya, maka hikayat Sangkuriang itu sedikit banyak menjadi kenyataan.
Setelah pekerjaan selesai, pada awalnya danau untuk venue ski air direncanakan bernama ‘Danau Sangkuriang’, untuk menghargai partisipasi Prajurit TNI. Namun pemberian nama itu akhirnya dibatalkan, mengingat pentingnya mengangkat nama daerah. Nama danau itu belum ditetapkan hingga kini.
Sehari sebelum Sea Games dibuka, yaitu pada tanggal 10 Nopember 2011, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Ani Yudhoyono tiba di Jakabaring Palembang untuk menghadiri Upacara Pembukaan Sea Games-26 esok harinya. Rombongan Kepala Negara berjalan kaki di atas pelataran beton lapangan parkir menuju tenda acara, lalu memencet tombol pertanda JSC siap digunakan.
Sedangkan lapangan parkir itu, sebulan sebelumnya masih merupakan rawa-rawa penuh lumpur dan semak belukar.
Itulah sedikit reputasi Alex Nurdin dan Amalsyah Tarmizi di masa lalu.
Kini, 4 bulan setelah momen bersejarah itu usai, Jakabaring tetap mempesona, menjadi komplek olahraga bertaraf internasional kebanggaan Indonesia. Dengan gedung-gedungnya yang megah, taman-taman yang indah, sungai-sungai yang tertata rapi, dan kegiatan olahraga yang silih berganti, tempat itu telah menjadi tujuan wisata domestik dan arena rekreasi Warga Palembang. Tak berlebihan istilah yang mulai diperdengarkan para jurnalis, bahwa keberadaan Jakabaring Sport Center dan panorama Jembatan Ampera di sebelahnya membuat Palembang layak mendapat sebutan ‘Venesia dari Timur’.
Terbetik kabar, Alex Nurdin hendak menjajal Kursi DKI-1 untuk mengaktualisasi dirinya pada tantangan yang lebih besar lagi. Sedangkan Amalsyah Tarmizi hendak menjajal Kursi Lampung-1, untuk menuntaskan kasus Mesuji….
Selamat Sukses bagi anak bangsa yang berprestasi!
****