Mohon tunggu...
KOMENTAR
Nature

Rahasia Harimau Jinak di Kuil Kamboja

31 Januari 2012   07:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:15 3988 1

Pernahkan Anda menyaksikan secara langsung atau lewat siaran televisi para biksu belia di Kamboja bercengkerama dengan harimau? Waw…, itu mendebarkan sekali! Dengan santainya anak-anak berkepala plontos menggiring harimau menuju pemandian, kadang-kadang menungganginya layaknya memperlakukan kambing. Padahal itu harimau asli, seratus persen binatang buas, yang tingkah-lakunya tak dapat diprediksi secara tepat. Jika harimau itu tergerak melakukan sesuatu di luar perkiraan, maka ia dapat membunuh manusia dalam sekian detik saja. Bayangannya adalah, taringnya yang empat biji itu setara dengan empat bilah pisau belati. Kalau pisau-pisau itu sudah menancap di leher manusia, apalagi yang bisa diharapkan? Semuanya telah berakhir seketika itu juga!

Bagi wisatawan, atraksi itu mengundang decak kagum. Mungkin mengira anak-anak itu telah dilindungi semacam ‘jampi-jampi’ yang ampuh. Betapa saktinya anak-anak itu! Mungkinkah ajaran yang mereka terima begitu tingginya sehingga harimau-pun takluk kepada mereka? Itu permainan yang luar biasa!

Akan tetapi bagi saya yang lebih mempercayai rasionalitas dan ilmu dunia yang sederhana - karena padanya ada kepastian yang bisa dipegang - berakrab-akrab dengan harimau adalah tindakan spekulatif beresiko tinggi. Siapa pun bisa melakukannya asalkan punya nyali dan teliti menentukan waktu bermain.

Sebagaimana diketahui, tindak-tanduk segala binatang dituntun oleh tiga intuisi naluriah, yaitu hasrat kawin, hasrat makan dan hasrat mengamankan diri. Terbiasa berdekatan dengan manusia mungkin membuat harimau itu merasa aman, sehingga tidak memberontak. Tetapi yang membuat para biksu itu tidak diterkam harimau adalah; karena harimau itu dalam keadaan kenyang, baru saja menghabiskan seonggok daging di dalam kandangnya!

Berahati-hatilah berinteraksi dengan harimau. Boleh saja ia tampak lemah gemulai dan cenderung pemalas, tetapi di dalam hutan ia selalu tampil dengan performa aslinya; gesit, kuat, buas dan ganas, terutama pada malam hari.

Ia tak bisa tertawa atau menangis seperti manusia. Ia tak mengenal wajah tampan atau cantik, miskin atau kaya, alim atau urakan. Ia tak peduli jampi-jampi atau keris keramat. Baginya dunia ini hanya berisi tiga perkara: makan, kawin dan bertarung!

Selamat Siang Kompasiana!

*****

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun