Ada Jenderal Wiranto, Jenderal Hendropriyono, Jenderal Luhut Panjaitan, Jenderal Sutiyoso, Jenderal Agum Gumelar, dan lain-lain.
Padahal, apa sebenarnya kesalahan Prabowo? Tidak jelas. Ia dituduh memerintahkan anakbuahnya yang tergabung dalam Tim Mawar untuk menculik 9 orang aktifis, ia telah mengakuinya dan mengemukakan alasannya, dan karena itu ia dipensiunkan meskipun semua aktifis itu akhirnya dilepaskan dalam keadaan selamat. Adapun kekerasan yang lain; penghilangan aktifis Wiji Tukul dkk, penembakan Semanggi, kerusuhan Jakarta Mei 1998, kekerasan Kudatuli, semua itu tak ada hubungannya dengan Prabowo. Tetapi mengapa hanya Prabowo yang didakwa menjadi dalang dari semua itu? Satu-satunya alasan yang masuk akal adalah karena ia menjadi menantu Pak Harto. Sedangkan Pak Harto adalah Presiden RI selama 32 tahun dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Semua kesalahan Pak Harto hendak ditimpakan kepada Prabowo.
Gagal dengan serangan yang satu, muncul serangan lain. Setelah dokumen rekomendasi Komnas HAM tak membuahkan hasil, sekarang muncul lagi dokumen super rahasia rekomendasi DKP. Sebelumnya lagi ada isu kewarganegaraan ganda. Yang lebih mutakhir adalah isu psikopat. Ada lagi isu babinsa. Semua itu patut diduga merupakan strategi para jenderal pengeroyok itu. Mereka begitu panik melihat elektabilitas Prabowo yang terus menanjak dari hari ka hari.
Menarik mengikuti hasil akhir persaingan ini. Salah satu dampak positif bagi Prabowo dari pengeroyokan ini adalah simpati masyarakat yang terus mengalir. Hari ini beredar kabar bahwa Mantan Babinsa di Jawa Barat telah membentuk perkumpulankhusus untuk medukung Prabowo. Dan bukan tak mungkin kabar mengenai telah ditahannya dua orang Babinsa di Jakarta bukan tak mungkin telah menyebar ke seluruh Babinsa di Indonesia ini. Karena itu diam-diam mereka berdoa semoga Prabowo Subianti memenangkan Pilptres 9 Juli nanti.
****