Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Ekstradisi Koruptor: Sindiran untuk Kaum Tionghoa di Indonesia..?

30 Januari 2014   23:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:18 988 2
Perayaan Tahun Baru Imlek 2565 di Indonesia yang jatuh pada tanggal 31 Januari 2014 dikejutkan dengan berita pemulangan atau ekstradisi Terpidana (diadili secara in absentia) kasus korupsi BLBI yaitu Adrian Kiki dan buronan KPK Anggoro Widjojo untuk kasus Sistem Komunikasi Radio Terpadu Departemen Kehutanan. Keduanya adalah Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa yang selama ini berhasil mengecoh petugas hukum di Indonesia dengan cara melarikan diri ke luar negeri.

Entah kebetulan atau memang disengaja,yang jelas kepulangan mereka ke Indonesia kali ini adalah bukan karena mereka mau liburan Imlek atau kangen-kangenan dengan saudara-2nya yang tentunya masih cukup banyak yang tinggal di Indonesia. Mereka pulang karena adanya perjanjian ekstradisi antara Indonesia dengan negara yang selama ini mereka tinggal dan hidup sehari-hari dalam pelariannya. Yang jelas,perayaan Imlek 2565 di Indonesia sepertinya mengingatkan kepada masyarakat Indonesia secara umum,bahwa koruptor yang ada di Indonesia itu bukan cuman hanya "orang pribumi" saja,tetapi juga orang-orang Tionghoa yang infonya ada sekitar 60-an orang belum tertangkap karena melarikan diri ke luar negeri. Mereka ini adalah koruptor kelas "ikan paus" dengan nilai total seratus triliunan rupiah yang di korupsi,luar biasa bukan...?

Kepulangan mereka di hari raya Imlek 2565 tentu saja bagai sindiran kepada kaum Tionghoa di Indonesia,bahwa "saudara-saudara" mereka ada yang masih melarikan diri setelah meraup uang rakyat dan sampai sekarang belum mempertanggung-jawabkan kejahatan mereka. Rakyat pun seperti diberi tontonan bahwa inilah orang-orang Tipnghoa yang membuat Indonesia terpuruk,selain berita Perayaan Imlek di Indonesia. Jangan dipikir orang Tionghoa hanya pandai berdagang,atau menjadi Wakil Gubernur yang hebat seperti Ahok,tetapi mereka juga "bisa" berbuat jahat dengan mengkorupsi uang rakyat dan terus minggat ke luar negeri bersama sanak saudaranya.

Berita Perayaan Imlek 2565 di tanah air bersamaan dengan pemulangan buronan korupsi WNI Keturunan Tionghoa bukan sebuah kebetulan,tetapi memang punya makna politis untuk memberitahukan kepada rakyat Indonesia saat semua mata memandang ke TV untuk melihat perayaan Imlek 2565,"Oh,Cina itu sama saja tho....! Bahkan lebih rakus...!"

Bila itu benar dimaknai secara politis untuk menjatuhkan imej orang-orang Tionghoa di Indonesia,maka ini akan sangat berbahaya sekali. Sebab politik "kebencian" terhadap orang Tionghoa yang pernah ditaburkan oleh penguasa Orba akhirnya berbuah kerusuhan massal pada Mei 1998. Lagipula sekarang ini rakyat Indonesia pun mahfum sekali,bahwa pejabat-pejabat pemerintahan yang korup sebenarnya adalah "para kurcaci" yang senang disuap dan mau berkolaborasi dengan para pengusaha tersebut.

Dulu,ketika era Orba berkuasa dikenal perusahaan "Ali-baba" ,maksudnya adalah "Ali" untuk penyebutan bagi orang-orang pribumi yang tentunya punya kedudukan atau berpengaruh di pemerintahan/negara dan "baba" adalah penyebutan bagi orang-orang Tionghoa yang tinggal dan menetap di Indonesia. Mereka berdua berkolaborasi mendirikan perusahaan,si "Ali" maju untuk menghadapi Bank-bank pemerintah pemberi kredit serta para "policy maker" untuk memonopoli sebuah usaha dagang, sedangkan si "baba" bagian mengelola operasional perusahaannya yang memang dari dulu dikenal sangat "lihai" dalam hal berdagang. Kolaborasi inilah yang melambungkan beberapa nama konglomerat di Indonesia saat itu. Tentu saja,ada kolaborasi yang baik dan akhirnya membuat lapangan pekerjaan hingga kini,tetapi ada juga yang memang bertujuan "brengsek" yaitu untuk menilap uang negara,contohnya tentu saja para buronan itu.

Bagaimanapun mereka yang bisa kabur dari tanah air bukan dengan cara yang kebetulan bisa lari,mereka bisa lari karena diduga ada "backing" para penegak hukum yang korup dan menerima suap untuk meloloskan mereka,atau "apes" nya para penegak hukum cuman dianggap lengah dan kurang teliti dalam memeriksa "pintu keluar" negara ini. Sampai saat kini,penegakan hukum yang lemah selalu dimanfaatkan oleh para penjahat untuk membuat dirinya nyaman.

Jadi,kepulangan mereka itu sindiran atau punya tujuan politis ataukah memang mempunyai tujuan untuk menangkap juga si "Ali" yang masih berkeliaran di Indonesia...? Jangan-jangan si "Ali" juga sudah bersandiwara atau menjadi "bunglon" di era Reformasi....? Wallahualam.....!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun