Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Kasus TKI di Arab Saudi: Tolak Uang Diyat!

2 April 2014   13:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:11 727 1
Diyat atau uang tebusan yang harus dibayar pelaku pembunuhan karena adanya maaf dari keluarga korban, guna membebaskan terpidana dari hukuman mati menjadi tren,khususnya para TKI (Tenaga Kerja Indonesia) yang bekerja di Arab Saudi.

Kenapa menjadi tren? Karena ada guyonan sinis tetapi "make sense" yaitu bilamana anda ingin menjadi terkenal dan mendapatkan perhatian serta barangkali uang sumbangan atau "saweran" dari rakyat Indonesia,maka berangkatlah menjadi TKI di Arab Saudi,kemudian bunuhlah majikan anda ...! Di persidangan tentu dicari alasan bahwa membunuh si majikan adalah karena "keterpaksaan" atau dalam keadaan "terdesak membela diri" sebab sang majikan sangat kejam,mau memperkosa (bagi TKI wanita), dsb ! Alasan ini akan menjadi polemik pro-kontra tak ada habis-habisnya di media yang ada di Indonesia. Apalagi berita terakhir di media menyebutkan bahwa "diyat" atau uang tebusan itu sudah ada mafia-nya,artinya sudah ada sekelompok orang yang mengatur bagaimana untuk mendapatkan "diyat" bahkan simpati rakyat Indonesia.

Kasus Mafia Diyat mengingatkan sebuah Film cerita yang menceritakan seorang imigran dari Rusia di Amerika Serikat yang ingin terkenal dan kaya raya dengan memanfaatkan hukum yang berlaku dan media yang sangat bebas di Amerika Serikat. Si pembunuh berantai memang sengaja membuat video setiap pembunuhan yang dilakukan oleh dirinya dengan bantuan temannya. Si Pembunuh menjadi terkenal setelah detektif polisi yang menyelidiki kasusnya juga dibunuhnya. Hasil video pembunuhan itu kemudian ditawarkan kepada sebuah stasiun televisi yang mempunyai acara populer dan digemari oleh masyarakat,tentu saja ini akan membuat acara tersebut ratingnya meningkat tinggi. Selain itu si pembunuh sengaja membuat dirinya tertangkap dan di pengadilan menyewa pengacara yang pandai meyakinkan publik bahwa si pembunuh mempunyai kelainan jiwa. Hukum di Amerika Serikat akan membebaskan pelaku pembunuhan bila ternyata terbukti si pembunuh mempunyai kelainan jiwa. Kisah si pembunuh kemudian menjadi inspirasi produser film untuk membuat film tentang dirinya,tentu saja ini akan mendatangkan uang lagi yang sangat besar ; Uang yang diperoleh akan dibagi berdua antara si pembunuh dengan sang pengacara. Luar biasa,bukan...?

Kasus Satinah,TKI yang sedang menghadapi hukuman mati di Arab Saudi dan sekarang Pemerintah Indonesia ditekan untuk segera membayar Diyat/Uang Tebusan juga di ekspose luar biasa ; Padahal simpati publik bisa dimanfaatkan untuk memperoleh keuntungan dari si mafia,apalagi dengan bumbu-bumbu penyedap dimana menggunakan para politikus serta capres di Pemilu 2014 untuk ikut-ikutan berkomentar tentang "Save TKI" . Masyarakat Indonesia seperti lupa ingatan bahwa kasus Darsem (TKI yang berhasil bebas karena ditebus oleh Pemerintah Indonesia sebesar Rp.4,7 Miliar) pernah menghiasi kehidupan mereka,setelah ditebus dan kembali ke Indonesia,Darsem mendapatkan uang saweran dari masyarakat Indonesia dan kemudian dipakai berfoya-foya. Sambutannya pun luar biasa,bukan seperti seorang pembunuh melainkan seperti seorang "pahlawan" yang baru pulang dari medan perang...!

Para pegiat "Save TKI" ataupun LSM yang menggerakkan penyelamatan TKI yang dihukum mati di Arab Saudi perlu hati-hati atau menghadapi resiko dicurigai sebagai bagian dari mafia "diyat" ini. Sebab bagaimanapun para pekerja atau TKI itu sudah dewasa dalam cara berpikir,mereka bekerja ke Arab Saudi tentu saja sudah tahu resiko yang akan dihadapi dengan hukum yang berlaku disana. Kekejaman atau bahkan pemerkosaan yang dialami oleh TKW tentu tidak dibenarkan,tetapi si TKW pun tidak dibenarkan melakukan pembunuhan sebab sanksi hukuman yang akan dihadapi adalah hukuman mati ; Maka layak kalau kemudian bila si TKW melanggar hukum disana dan harus menghadapi hukuman mati, itulah resiko...! Kalau tidak mau resiko jangan menjadi TKI di Arab Saudi.

Sebaiknya Pemerintah Indonesia tidak perlu membayar uang diyat atau uang tebusan bagi TKI bermasalah hukum di Arab Saudi,sebab itu tidak mendidik rakyat Indonesia yang akan bekerja di Arab Saudi. Kalau tidak mau resiko dihukum mati di Arab Saudi,jangan bekerja disana,titik...! Rakyat Indonesia pun sebaiknya tidak usah ikut-ikutan menaruh simpati dengan cara-cara uang saweran. Simpati dalam bentuk lain seperti menolak hukuman mati di Arab Saudi jauh lebih terhormat...! Jangan menjadikan "pembunuh" seperti "pahlawan kesiangan" sebab itu bukan pendidikan yang baik bagi generasi bangsa ini,sepertinya membunuh adalah bagian pendidikan moral dari bangsa ini...! Pembunuh adalah tetap pembunuh,apapun alasannya seseorang tidak boleh membunuh sesamanya,kecuali terdesak dan itupun harus disertai fakta hukum yang valid,tidak dengan rekayasa apalagi baru merasa terancam atau sering memperoleh kekejaman sang majikan....!

Bila anda seorang TKI,dimanapun berada......Bila anda tidak senang dengan majikan anda,lebih baik keluar dari tempat kerja anda,bila tidak bisa baik-baik lakukan jalan terbaik untuk menyelamatkan diri daripada melakukan kejahatan pembunuhan...!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun