Lama tidak bertatap kata hai Kompasianers. Layar kotak-kotak penuh angka ini dalam waktu singkat telah mampu membiusku. Ah, bagaimana lagi, kalau tak seperti ini mau pakai apa aku mengisi perut ini. Sungguh engkau berbaik hati selalu membukakan pintu tiap aku kembali. Jiwa musafirku tak kan jadi lelah dan tanpa tujuan selama ada “rumah” bagi tiap kata yang berkeliaran dalam otakku. Meskipun kompasiana ibarat sebuah negara, dan aku mungkin hanya mampu singgah di salah satu rumah penduduknya. Paling tidak di rumah itu banyak cerita estetika dari penghuninya, dindingnya dipenuhi lukisan-lukisan kehidupan, atapnya terbuat dari langit-langit mimpi, lantainya terbuat dari karpet sutra cita-cita.