Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money

Ketidak Seimbangan Konsumsi dan Produksi Telur

22 Maret 2018   16:58 Diperbarui: 22 Maret 2018   18:35 567 0
Di Bojonegoro, konsumsi telur cukup tinggi. Namun, tidak diimbangi dengan produksi telur. Kasus ini memerlukan adanya percepatan pelaku usaha peternakan dalam memproduksi telur. Sejauh ini pasokan telur masih didatangkan dari luar daerah.

Ketidak seimbangan konsumsi dan produksi memicu harga telur rentan naik. Revi Puspita, Kasi Ketersediaan Pangan Dinas Ketahanan Pangan Bojonegoro  mengatakan, pada 2018 ini kebutuhan telur setiap bulan kurang lebih 967 ton. Dari prognosa yang disusun, jumlah konsumsi akan mengalami kenaikan sekitar 30 persen atau 1.064 ton per bulan pada Mei mendatang, yang penyebabnya tidak lain adalah bulan ramadhan.

Menurut pendapat Revi, minimnya produsen telur dari dalam daerah menjadi problem kekhawatiran kelangkaan stok. Dari data tahun-tahun sebelumnya, peningkatan konsumsi telur tertolong pasokan telur dari luar daerah, sehingga harga telur masih bisa ditekan.

Revi menambahkan, harga telur di pasaran saat ini Rp19.000,- hingga Rp20.000,- per kilogram. Melihat tingginya permintaan telur dan minimnya jumlah produksi, harga diperkirakan akan mengalami kenaikan.

"Untuk jumlah produksi telur sendiri masih belum fix, ini masih proses data bersama dinas terkait," ujarnya.

Sekretaris Komisi B DPRD Bojonegoro Lasuari mengatakan, kenaikan konsumsi telur berdampak harga sebuah kewajiban. Sebab, kebutuhan juga meningkat. Namun, sudah seharusnya pemkab melakukan pemetaan kenaikan komoditas sekaligus menginformasikan kepada para pedagang. Sehingga, kenaikan tidak berdampak terjadi kelangkaan. Mengingat tahun-tahun sebelumnya kerap terjadi kelangkaan komoditas karena kenaikan konsumsi mendadak.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun