Dalam buku yang berjudul “Islamisasi di Jawa”, penulis menyebutkan bahwa Sunan Kalijaga dilahirkan dengan nama asli Raden Sa’id. Namun, di beberapa sumber tertulis lainnya, seperti yang disebutkan M Hariwiyaya dalam bukunya yang berjudul “Walisanga, penyebar Islamdi Indonesia”, Sunan Kalijaga memiliki nama asli Raden Sahid. Sampai detik ini, belum diketahui persis penulisan nama Sunan Kalijaga yang sebenarnya.
Selain Kalijaga, Raden Sahid dijelaskan dalam Islamisasi Jawa, juga memiliki empat sebutan, yaitu Syekh Malaya, Lokajaya, Raden Abdurrahman dan Pangeran Tuban.
Ada dua pendapat mengenai asal –usul sebutan “Kalijaga” yang diberikan pada Raden Sahid. Pertama, Kalijaga merupakan gabungan dari dua kata yang terbalik, yaitu “Jaga Kali”. Konon, Raden Sahid memiliki kebiasaan menyendiri di pinggir sungai yang berada dalamhutan, guna beribadah pada gusti Allah. Maka dari itulah, orang – orang kemudian menyebutnya dengan “Kalijaga”. Kedua, sebutan ini merupakan serapan dari bahasa Arab yaitu Qaadhi Zakka.
Sebagai ulama yang terkemuka, dalama kepemimpinannya, Sunan Kalijaga yang dijuluki sebagai Guru Suci ing TanahJawi ini , menerapkan tiga prinsip utama. “Momong, Momor dan Momot”. Seperti yang dituliskan Dr Purwadi dalam bukunya yang berjudul “Dakwah Sunan Kalijaga, penyebaran agama Islam di Jawa dengan berbasis kultural”, hal.22, Momong (Persuasif) berarti mengemong, mengasuh, membimbing dan mengerahkan. Sedangkan Momor(Komunikatif) sama dengan bersedia untuk bergaul, bercampur, berkawan dan bersahabat dengan siapapun. Dan Momot (Akomodatif) berarti kesediaan untuk menampung aspirasi dan inspirasi dari berbagai kalangan yang beraneka ragam.
Ini baru sekilas tentang Sunan Kalijaga. Masih banyak prinsip – prinsip kehidupannya yang lain, yang mampu menggugah semangat mahasiswa, agar menjadi penerus bangsa yang persuasif, kreatif, komunikatif dan akomodatif, dengan tetap berpegang teguh pada nilai – nilai keislaman yang berbasis Ahlus sunnah wal jama’ah. Wallahu’alam..
By :
Fahma
*Mohon komentar/koreksinya...:)