Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Sesal di Penghujung Ramadhan

24 Juli 2014   15:19 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:22 68 1

“Abah, seminggu lagi ramadhan kan?”, tanya Ismail kepada ayahnya.

Abah yang sedang mengembalikan kitab-kitab bahan tausiyahnya ahad  esok, langsung mengangguk membenarkan pertanyaan Ismail, si bungsu yang baru berusia 5 tahun.

“Waaah...senangnyaaa!”, teriak Ismail spontan. Abahpun hanya tesenyum. Beliau bersyukur, anak-anaknya sangat antusias setiap ramadhan tiba. Telah menjadi kebiasaan di keluarga besar mereka, bulan ramadhan adalah saat-saat istimewa, dimana mereka bisa mendekatkan diri dengan Sang Khaliq tanpa batasan dan ramadhan merupakan ajang pengumpulan pahala sebanyak-banyaknya.

“Kalau gitu, Mail mau menuliskan apa saja yang Mail minta sama Allah!”, ujar Ismail kepada ayahnya.

Dengan penuh semangat, Ismailpun langsung mengambil kertas kosong dan mulai menuliskan permintaannya kepada Allah.

Abah hanya tersenyum dan kembali mengatur kitab-kitab yang berserakan di atas meja. Tak lama kemudian, Ismailpun mengacung-acungkan kertas yang penuh tulisan dengan huruf terbalik-balik kepada ayahnya.

“Abah, Mail minta ini sama Allah”, ucap Mail dengan mata berbinar.

“Wah, banyak sekali permintaanmu, Nak”, komentar Ayah saat melihat daftar permintaan Ismail.

“Tapi, pasti Allah kasih, kan Ayah?”, tanya Ismail penuh harap.

“Insya Allah, Mail. Asal kita minta dengan sungguh-sungguh, kemudian kita juga berusaha dengan sekuat tenaga, Insya Allah akan Allah kabulkan”, jelas Ayah sambil memeluk Ismail dan mencium kepalanya.

---------

Ramadhan, bulan penuh pengampunan, keberkahan dan rahmat bagi umatNya yang beriman. Sebab, Allah hanya memanggil hambaNya yang beriman, untuk meraih limpahan pahala di bulan yang hanya setahun sekali datangnya itu. Begitu banyak orang beriman yang menantikannya, namun tidak semua kan mendapatkan syafaat ramadhan. Banyak yang melaksanakan shaum ramadhan hanya memperoleh lapar dan dahaga semata, betapa meruginya mereka. Audzubillah min dzalik.

Di dalam ramadhan, terdapat sebuah malam yang dikenal sebagai malam seribu bulan, letaknya sepuluh hari akhir ramadhan. Allah meminta hambaNya untuk bermunajat dengan bersungguh-sungguh di penghujung ramadhan, sebab Allah telah menempa mereka dua puluh hari lamanya dan sepuluh hari terakhir merupakan saat-saat kritis. Saat penentuan, apakah pahala shaum seorang  hambaNya diterima atau tidak. Sebab Allah sendiri telah mengingatkan dari awal, bahwa “Ibadah Shaummu itu untuk-Ku” . Kelak jika lulus, kita berhak mendapatkan syafaat dari ibadah shaum di yaumul kiyamah, hari di mana hanya amal kita yang mampu meringankan  beratnya perjalanan di hari penentuan.

---------

Lailatul Qodr, malam seribu bulan, yang setara dengan 83 tahun. Betapa di malam itu Allah menurunkan ribuan malaikatnya ke atas bumi untuk mengatur semua urusan, termasuk menentukan takdir hambaNya sehari, sepekan, sebulan, setahun, sewindu ke depan, bahkan taqdir akhir hayat yang kelak kan didapatkan.

Taqdir atau ketentuan Allah memang ada yang dapat dirubah (qodha) dan yang tidak dapat dirubah (qodr). Lailatul qodr, merupakan salah satu sarana yang Allah berikan bagi manusia untuk merubah taqdirnya tersebut. Maka, perbanyaklah berdoa, membaca qur’an dan berbagai ibadah sunnah lainnya, terutama di sepuluh akhir penghabisan ramadhan. Tak ada yang tak mungkin bagi Allah swt. Man Jadda wa jadda, siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan  berhasil dan Allah hanya perlu berfirman “Qun fayaqun”, jadilah maka terjadilah....

---------

Kembali ke cerita Ismail. Sebagai seorang da’i, Abah memang selalu menekankan betapa pentingnya bulan ramadhan bagi kehidupan seseorang. Sedari anak-anak kecil, Abah bercerita, bagaimana Allah mengabulkan semua do’a hambaNya yang beriman, dengan cara yang kadang tak terduga. Abah memberikan contoh dari kejadian-kejadian yang beliau alami sendiri, dan memang benar, ketika anak-anaknya mempraktekkan saran Abah, ternyata banyak permintaan mereka yang dikabulkan Allah.

Dari sekedar permintaan sederhana, seperti ingin memiliki baju dan sepatu yang bagus, hingga ingin sekolah di sebuah pesantren terkenal di Jawa Timur. Sebagai seorang da’i, penghasilan Abah memang tidak pernah pasti setiap bulannya. Namun kehidupan yang bersahaja, dengan sembilan anak, tidak pernah merisaukan mereka. Sebab keluarga bahagia ini, yakin Allah yang Maha Kaya, yang akan mencukupi mereka. Hidup berlebihan, bukanlah keinginan yang harus diperjuangkan. Namum, hidup di bawah ridho Ilahi, itulah yang terpenting.

Enam dari sembilan putra-putrinya, berhasil masuk ke pondok pesantren yang terkenal, tanpa test dan semua mendapatkan beasiswa penuh. Kemudahan itu, diperoleh sebab mereka selalu berdo’a dengan penuh harap di sepuluh hari terakhir ramadhan. I’tikaf di sebuah mesjid di kawasan puncak, sudah menjadi tradisi di keluarga ini, sejak belasan tahun yang lalu dan bahkan menjadi candu. Sehingga ketika ramadhan tiba, adalah saat yang paling ditunggu-tunggu. Bukan karena di akhir ramadhan mereka akan mendapatkan angpau dari sanak keluarga dan tetangga, mendapatkan baju dan sepatu baru dan menyantap hidangan lezat sepuasnya. Bukan! Mereka lebih berharap hadiah yang lebih besar dari Allah yang maha Pengabul Segala Do’a dan mereka sudah sering membuktikannya.

---------

Bagaimana dengan kita? Apakah di akhir penantian ini masih diisi dengan berbagai keinginan duniawi yang tak akan ada habisnya. Masihkah di penghujung ramadhan kali ini, sibuk dengan berbagai persiapan lebaran? Thawaf di mal dan pasar yang tak berkesudahan? Menghadiribuka bersama di resto terkenal,  yang terkadang magribpun terlewatkan? Bahkan, sibuk berdesak-desakan dan bermacet-macetan demi berkumpul dengan orang-orang terkasih, di moment lebaran?

Alangkah meruginya. Sahabat, dari kejauhan ramadhan sudah melambaikan tangan, mengucapkan salam perpisahan. Akankah kita tenggelam dalam kesibukan yang tak berkesudahan ataukah kita manfaatkan hari-hari akhir ini, dengan beri'tikaf, mendekatkan diri pasa Sang Ilahi Robbi Izzati....



Wallahu’alam bishshowab (semoga Allah melindungi kita dari perbuatan yang sia-sia)

---------

Catatan akhir Ramadhan 1435H

RaDal, 230714,07’41

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun