Kali ini kita akan membahas mengenai budaya "Ngatir" yang kerap dilakukan oleh warga cipanas. Apa itu ngatir? Berikut adalah penjelasannya,
Haji Nurhaedi Sahlan, S.ag. tokoh masyarakat kampung babakan pedes desa sipayung kecamatan cipanas mengatakan bahwa Ngatir adalah sebuah budaya warga cipanas yang mana isi kegiatannya yaitu bertukar hancengan antar warga yang dilaksanakan pada waktu robiul awal dan nifsu sya'ban. Ngatir ini dilaksanakan dalam setahun sebanyak dua kali diwaktu tersebut.
"Masyarakat akan berbondong-bondong membawa hancengan kemudian berkumpul di mesjid dan akan memberikannya kepada warga lainnya, semua dilakukan dengan suka cita," ujar Haji Nurhaedi.
Lanjut Haji Nurhaedi menjelaskan bahwa Hancengan merupakan bakul (wadah makanan besar yang terbuat dari anyaman bambu-red) yang isinya terdapat berbagai macam makanan yang sudah dimasak seperti Nasi,Urab,kacang panjang,daging, dan bakakak ayam atau ayam panggang. Budaya ngatir ini atau bertukar hancengan (makanan) ini dilakukan dengan tujuan menjunjung tinggi nilai-nilai agama islam. Misalnya Ngatir ketika bulan maulid tujuannya yaitu untuk memuliakan bulan mulud dan penghormatan sedalam-dalamnya kepada Nabi Muhammad SAW, sementara jika Ngatir dilakukan pada masa Nifsu sya'ban tujuannya ialah tutup buku amalan dengan cara melakukan hal-hal baik yaitu mempererat silaturahmi dan saling menghormati. Semua budaya ini tentunya tak serta merta dilakukan namun semuanya terlebih dahulu dilakukan proses sesuai syariat. Pada saat Nifsu sya'ban misalnya, setelah melakukan ibadah di mesjid masyarakat kemudian melanjutkannya dengan cara membaca Al Quran biasanya membaca surat yasin yang dibaca beberapa kali dengan permohonan do'a meminta keselamatan, meminta keluasan rezeki dan bersyukur atas iman islam yang dimiliki. Sementara pada saat Bulan mulud, proses ritual yang dilakukan ialah membaca marhaban,membaca barjanzi,membaca adiba, dan juga membaca solawat. Setelah ritual keagamaan dilaksanakan barulah kegiatan Ngatir dilakukan. Semua dilakukan secara khidmat penuh suka cita dan tertib.
Ngatir biasanya dilakukan pada pagi hari dan yang melakukan ialah kaum laki-laki saja, mereka berbondong-bondong membawa hancengan ke mesjid kemudian hancengan tersebut dido'akan setelah itu kemudian di berikan kepada warga lainnya yaitu penerima hancengan. Kegiatan Ngatir ini di cipanas dilakukan di tiga tempat yaitu Kampung cipanas yang dipusatkan di mesjid Al mutaqin, kampung kondang yang dipusatkan di mesjid Nurul Huda dan kampung Bujal dipusatkan di mesjid Ataqwa.
Secara teknis Ngatir dilakukan secara berurutan. Warga kampung cipanas akan membawa hancengan ke mesjid Al mutaqin, kegiatan membawa makanan ini dalam bahasa sunda disebut "nyorog", mereka nyorog kemudian datang ke mesjid dan di mesjid mereka sudah disambut oleh warga penerima hancengan, yaitu warga kampung kondang dan warga kampung bujal. Warga kampung cipanas berperan sebagai tuan rumah, dan warga penerima hancengan berperan sebagai tamu.