Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Berani Mengatakan "Kenapa Tidak" (Refleksi Perjalanan Mudik)

27 Agustus 2011   00:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:26 272 0
Mudik.... Mungkin merupakan kata yang akan sering kita dengar dalam beberapa hari ke depan. Tradisi yang entah mulai kapan berkembang di Indonesia ini sepertinya hukumnya "wajib" dijalankan oleh pemeluk agama Islam yang sedang merantau untuk kembali ke kampung halamannya guna bersilaturahmi dengan orang tua dan atau keluarga.


Tak jauh beda dengan yang lain, tahun ini saya dan keluarga juga berkesempatan untuk mudik ke Lumajang, sebuah kota kecil sebelah timur gunung Semeru. Tak seperti tahun-tahun sebelumnya yang biasanya berjalan baik, kemarin saya punya pengalaman menarik dari perjalanan mudik saya dan saya belajar untuk mengambil hikmah dari apa yang terjadi sore kemarin.


Dimulai setelah subuh kemarin, saya bertiga bersama dengan istri dan adik memulai perjalanan mudik dengan mengendarai mobil secara normal. Lalu lintas memang padat dan terjadi kemacetan di beberapa titik namun itu semua kita nikmati dengan hati gembira. Semuanya berjalan baik hingga suatu ketika saat sedang melaju melewati tol bekasi, perhatian saya dikejutkan oleh lampu indikator baterai di dashboard mobil menyala. Tentu saja saya terkejut karena seminggu sebelumnya saya sudah cek semua kondisi mobil di bengkel.


Secara pribadi, saya berusaha untuk menenangkan diri menghadapi situasi tersebut. Apalagi ternyata setelah sekian detik berlangsung akhirnya lampu indikator tersebut padam dengan sendirinya dan saya pun agak lega. Saya berusaha untuk tidak terlalu memikirkannya karena saya cukup yakin dengan hasil servis mobil seminggu yang lalu.


Perjalanan kami pun berlanjut dengan normal hingga akhirnya ketika melintasi tol PALIKANCI lampu indikator baterai di dashboard kembali menyala dan terpaksa mengganggu pikiran saya. Lampu tersebut terus menyala hingga saya menyimpulkan bahwa memang ada masalah dengan sistem baterai mobil. Setengah bingung dan tetap berusaha berpikir tenang saya terus memaksakan mobil untuk terus berjalan.


Sekeluar dari tol, saya fokus untuk mencari bengkel atau tempat servis dinamo karena dugaan saya ada masalah di aki mobil atau di alternatornya. Setelah hampir satu jam, sekitar pukul 15.00 di daerah Brebes saya mendapati tempat servis dinamo masih buka dan meminta tolong untuk dicek strum aki dan alternatornya. Sesuai dugaan, ternyata alternator mobil bermasalah sementara strum aki masih cukup bagus.


Karena teknisi bengkel tersebut sudah pulang, saya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dan akan menservis mobil di bengkel resmi di daerah Tegal. Singkat kata, saya pun sampai di bengkel resmi tersebut pukul 16.15. Sesampainya di bengkel saya diterima oleh seorang petugas satpam dan menyampaikan bahwa bengkel telah tutup sejak 15 menit yang lalu.


Saya berusaha menjelaskan bahwa kondisi mobil saya agak "kritis" dan kami sedang dalam perjalanan mudik. Sekian menit kami berbicara, petugas satpam tetap bersikukuh bahwa jam bengkel telah tutup dan tidak bisa menerima mobil lagi untuk diservis. Saya tetap berusaha dan memaksa agar tetap bisa dicek kondisi alternator mobil saya dan diperbaiki sebisa mungkin.


Setelah sekian menit berikutnya akhirnya petugas satpam tersebut melunak dan menyampaikan keluhan saya ke salah seorang service advisor. Pada waktu itu memang bengkel sudah mulai sepi dan hampir seluruh montirnya mulai pulang. Tak berapa lama kemudian datanglah seorang pria yang bernama Pak Arifin dan menanyakan keluhan mobil saya dengan ramah. Saya pun menjelaskan permasalahan yang ada.


Setelah menangkap penjelasan saya, Pak Arifin meminta salah saru montirnya yang mau pulang untuk kembali masuk ke dalam dan mengambil alat tes aki. Sesuai perkiraan, kerusakan mengarah ke bagian alternator mobil. Pak Arifin menjelaskan bahwa kemungkinan bagian yang rusak adalah carbonbrush nya atau IC nya. Untuk carbonbrush, Pak Arifin menjelaskan bahwa montirnya tidak bisa memperbaiki sendiri dan selama ini selalu dibawa ke tukang dinamo yang tak jauh dari situ.


Tanpa saya minta, pak Arifin meminta ke salah satu stafnya untuk segera pergi ke bengkel dinamo dimaksud untuk menanyakan apakah masih bisa terima servis atau tidak. Singkat kata orang tersebut pergi naik motor dan kembali beberapa menit kemudian dan menginformasikan bahwa servis dinamo sudah tutup dan buka lagi besok.


Menindaklanjuti kondisi tersebut, saya berdiskusi dengan pak Arifin dan menyimpulkan bahwa perjalanan saya tidak bisa dilanjutkan karena aki akan 'tekor' tak lama lagi. Saya sempat meminta ke pak Arifin untuk mengganti saja satu set alternator tersebut namun sayangnya karena termasuk suku cadang yang jarang dipakai (slow moving) barang tersebut tidak ada.


Setelah berdiskusi lagi, akhirnya dengan berat hati saya memutuskan untuk bermalam di Tegal dan melanjutkan perjalanan esok paginya setelah pengecekan dan perbaikan carbonbrush di bengkel dinamo dimaksud. Kondisi inipun juga masih tanda tanya, karena kalau ternyata bila diketahui permasalahannya adalah di IC maka karena tidak tersedianya spare part perjalanan mudik kami akan terancam.


Ditengah kecamuk pikiran, saya berusaha untuk tetap tenang dan menerima kondisi ini dan memutuskan untuk bermalam dan mencari hotel. Setelah mengucapkan terima kasih ke pak Arifin atas bantuannya saya pun memutar mobil hendak keluar bengkel. Tiba-tiba, belum juga mobil saya putar mesin mobil mati dan sudah tidak bisa distarter kembali.


Pak Arifin kembali menghampiri saya dan untuk alasan keamanan menawarkan untuk meninggalkan mobil di bengkel saja dan dicek secara detail esok pagi setelah para montir lengkap. Setelah diskusi sebentar dengan istri, saya menyetujui tawaran pak Arifin dan memarkir mobil setelah distarter dengan cara dijumper di deretan mobil yang juga bermalam karena ketiadaan suku cadang.


Tak lama, saya dikagetkan dengan penawaran pak Arifin bahwa ia telah meminta stafnya untuk mengantar kami mencari hotel. Dengan alasan sekalian ngetest salah satu mobil, dan saya yang awam dengan kota ini tak kuasa kami menerima penawaran yang luar biasa ini. Setelah bertukar nomer telpon dengan membawa barang seperlunya dari dalam mobil, kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan pak Arifin.


Akhirnya tak lama kemudian saya diantar ke hotel dan harus bermalam di kota Tegal.


Sesampainya di hotel, saya memikirkan atas semua yang telah terjadi termasuk pengalaman di bengkel. Tiba-tiba saya teringat pada sebuah buku yang pernah saya baca beberapa tahun lalu. Dalam buku tersebut, Jim Dornan salah seorang penulis favorit saya menjelaskan akan arti penting pola pikir untuk berani menyatakan "Kenapa Tidak?" Ya, "Kenapa Tidak?" dalam konteks memberikan servis yang terbaik bagi pelanggannya.


Petugas satpam yang menolak kami sebetulnya tidak salah karena mungkin selama ini prosedur yang harus ia jalankan adalah seperti itu. Petugas satpam berusaha untuk tegas dan secara lurus mengikuti SOP yang harus dipatuhinya. Dengan tegas petugas satpam tersebut menjadi saringan awal untuk menolak permintaan servis diluar jam kerja.


Namun demikian, tidak demikian dengan apa yang dilakukan oleh pak Arifin. Dari sudut pandang saya, dia termasuk orang yang berani mengatakan "kenapa tidak" untuk memuaskan pelanggannya. Pak Arifin memberikan kesan bahwa segala sesuatunya bukan tidak mungkin dilakukan untuk memuaskan pelanggannya. Selalu ada jalan keluar terhadap kondisi tidak normal dan tidak terlalu kaku kepada aturan dalam arti positif secara langsung memberikan image yang positif bagi dirinya dan bengkel.


Pak Arifin bisa saja menolak kami dan langsung meminta kembali esok harinya saja. Namun dengan sudut pandang lain, ternyata pak Arifin tetap memberikan servis yang terbaik sebisa mungkin dengan keterbatasan yang ada saat itu. Belum lagi pak Arifin memberikan servis tambahan berupa pertolongan dengan mengantarkan kami ke hotel terdekat. Akhirnya saya menilai bahwa perusahaan bengkel tersebut bisa dikatakan berhasil dan beruntung memiliki seorang pegawai seperti pak Arifin yang telah berhasil memberikan image positif dari saya.


Di hotel, walaupun kecewa terhadap gangguan yang kami alami dalam mudik kali ini, saya berusaha untuk menerimanya dengan hati lapang. Saya merasa bahwa mungkin memang harus seperti ini jalan yang akan kami lalui. Saya menganggap bahwa yang terjadi hanyalah "mudik saya sedikit terhambat" dan tidak memikirkan apakah hal itu sebuah kesialan atau bukan.


Mungkin orang menilai kejadian yang menimpa kami adalah sebuah kesialan. Seharusnya kami bisa melanjutkan perjalanan dan mungkin pagi ini sudah sampai di kampung halaman tanpa harus bermalam di hotel dan mengeluarkan biaya tambahan.


Mungkin orang juga bisa membuat penilaian bahwa yang menimpa kami adalah keberuntungan. Jika seandainya saya terus memaksa melanjutkan perjalanan dan tiba-tiba mobil mogok di tengah jalan maka kami akan lebih mengalami kesulitan lagi. Untuk itu, saya belajar dari pengalaman tersebut bahwa yang terjadi hanyalah "mudik saya sedikit terhambat", dan tidak ada kesialan atau keberuntungan dibalik kejadian tersebut.


Mungkin bila tidak ada kejadian kemarin, semalam saya tidak bisa merasakan nikmatnya sate daging kambing muda asli Tegal yang benar-benar nikmat :)


Selamat menikmati perjalanan mudik anda bagi anda yang mudik. Tetap berhati-hati di jalan dan sabar dalam menghadapi segala sesuatunya.


Salam...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun