Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Untuk Sebuah Syariat

6 November 2013   08:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:32 133 0

Senja sore ini begitu hampa, desir angin pantai pun tak lagi aku rasakan . Aku berdiri di bibir pantai mendengar jeritan hatiku yang seolah sedang berperang dalam dua kubu yang berbeda. Panas matahari sore tak mempan di kulitku lagi, aku benar-benar seperti manusia yang hilang arah. Tulisan semalam membuat hati ini tersayat perih, aku menyadari memang itu merupakan kesalahanku dulu.Tapi Taukah kamu, maksud kata-kataku dulu bukanlah seperti yang kamu tangkap. Aku hanya ingin cinta yang bernafas islam, aku tak mau membuat gelisah hatimu karena jarak kita yang sangat jauh. Aku memutuskan untuk tidak pacaran itu karena aku tak ingin membuat hatimu gusar dan curiga. Dan maksud dari kata-kataku itu hanya “ AKU MELEPASMU UNTUK SEBUAH SYARIAT ISLAM ‘’. Dadaku terasa sesak bila mengingatnya, Kaki sudah enggan melangkah lagi. Aku terhanyut suara lantunan muratol qur’an dari corong masjid pinggir pantai.

-----

Cerita ini berawal di tahun 2012, aku mengenal dia sejak mengikuti salah satu UKM di Kampusku. Namun saat itu aku dan dia belum begitu dekat, ya mungkin karena berbeda fakultas dan kita hanya bertemu 2 kali dalam seminggu. Pada suatu ketika ada pembagian kelompok dalam organisasi tersebut, dan aku satu kelompok dengan dia. Sebut saja dia Grandis ! aku mulai mengenal dia lebih dekat di UKM itu, aku sering saling berkerjasama, hingga saling bertukarfikiran dalam satu penyelesaian program dalam kelompok itu. Rutinitas itu berjalan selama kurang lebih 4 bulanan, kami sering mengadakan pertemuan untuk latihan setiap 2 kali dalam seminggu.Namun karena jadwal kuliahku yang terlalu padat di tambah aku harus menjadi coast praktikum, akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari UKM tersebut.Mulai saat itu aku hilang kontak dengan teman-teman di organisasi itu, termasuk Grandis. Grandis adalah mahasiswi Fakultas ilmu sosial politik, berbeda dengan aku yang lebih memilih kehutanan sebagai jurusanku.

----

Lima semester sudah aku tempuh, dan saat itu aku sedang sibuk dengan proposal KP dan Coast praktikum. Pernah suatu malam aku merasa penat dengan aktivitasku, merasa muak dengan rutinitas. Malam itu aku iseng-iseng membuka akun sosmed yang sudah lama tidak aku buka. Di tengah asyik melihat recent update di halaman depan, aku melihat list obrolan disamping kanan. Ada nama Grandis di situ, lalu iseng-iseng aku menyapanya. Dan ternyata dia merespon dengan baik, dia banyak bercerita tentang aktivitas di UKM yang pernah aku ikuti. Dia bercerita tentang keinginannya mengikuti GPMB untuk mewakili kampusku, begitu juga denganku yang selalu bercerita kesibukanku setelah keluar dari UKM yang pernah ku ikuti. Hampir setiap malam aku suka menyempatkan saling bercerita dengan dia, meskipun hanya lewatakun sosmed. Dalam waktu yang singkat kami merasa nyambung satu sama lain. Sampai suatu ketika, aku dan grandis saling bertukar nomer handphone. Tentu hal itu lebih memudahkan kita buat ngobrol-ngobrol tanpa harus buka akun dunia maya. Dalam hitungan seminggu, aku dan grandis sering janjian buat makan bareng diluar dan kadang hanya sekedar hangout. Aku merasa begitu nyaman ketika bersama dia, beban aktivitasku terasa melebur hilang kalau melihat senyumnya. Aku tak tau apa dia juga merasa demikian,,

---

Fajar telah menyingsing, kicauan burung terdengar ricuh di pepohonan depan tempat tinggalku, sisa embun masih terlihat jelas di dedaunan, matahari masih enggan menampakan wujudnya. Pagi itu masih cukup sepi, lalu lintas di kota jogja masih begitu lengang. Aku berlari santai sambil menikmati suasana pagi di gang tempat tinggalku, dan aku terhenti di depan sebuah kost-kostan. Aku melihat sesosok perempuan berkostum olahraga panjang dengan hijab yang membalut wajahnya yang oval. Dengan senyuman yang manis, dia berjalan keluar dan seakan akanmemelukku. Perempuan itu adalah si Grandis, aku dan dia memang sudah janjian semalam untuk jogging pagi bareng. Aku dan grandis memiliki kesukaan yang sama, yaitu menyukai olahraga lari.

Udara yang masih segar dengan hawa sejuk mulai merasuk ke tubuh ini ketika kita memasuki gerbang kampus biru. Kampusku memang terkenal dengan suasana yang sejuk dan rindang , maka tidak heran banyak orang yang suka menghabiskan minggu paginya untuk olahraga di sekitar situ. Ramai orang dengan aktivitas olahraga mulai terlihat di sekitar lapangan GSP, lapangan yang menjadi pusat olahraga orang-orang sekitar kampus. Begitu pun aku dan grandis, yang saat itu masih asyik dengan lari-lari kecilnya. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat , sang sinar fajar mulai menampakan wujudnya, udara disekitarku sudah sedikit berubah menjadi panas. Orang-orang disekitarku sudah mulai sedikit berkurang, aku dan grandis memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon sekitar GSP. Aku merasa sangat nyaman berada di samping dia, senyumnya seperti mengobati rasa dahaga. Cara bicaranya sungguh bijaksana dan menandakan dia orang yang begitu sabar. Detak jantung terasa berdegup lebih kencang dari biasanya, saat itu aku mencoba mengungkapkan perasaanku ke Grandis. Sejuknya udara di bawah pepohonan itu menambah hawa-hawa cinta mulai merasuk ke dalam tubuhku seakan memberi tanda bahwa cintaku akan terbalas manis. Mungkin pikiranku terbaca oleh dewa cinta, grandis menerima cintaku. Sinar matahari seakan menyorot ke arah kita berdua, dan Pagi itu menjadi pagi terindah dalam hidupku dan Grandis.

--

Sejak pagi itu, hari-hariku terasa lebih berwarna. Yang tadinya gelap kini menjadi terang. Ibarat minuman, dari air putih yang tidak berasa apa-apa menjadi air teh yang begitu manis. Hubunganku dengan grandis berjalan cukup baik, dia begitu perempuan yang sangat pengertian. Granis selalu memahami tentang keadaanku yang cukup padat kegiatan, begitupun aku yang selalu sesedikit waktu mencoba menyempatkan untuk selalu bertemu dengan dia. Hampir2 bulan hubunganku dengan grandis masih berjalan mulus, hingga pada pertengahan maret 2012 ada berita yang cukup menggembirakan buatku namun mungkin tidak demikian untuk Grandis. Proposal KP dan penelitianku tembus ke sebuah perusahaan kehutanan di Papua , aku di rencanakan akan berangkat di akhir bulan April. Entah ada perasaan bingungatau khawatir untuk hubunganku ke depan, aku mencoba memberitahukan berita ini ke Grandis hari itu juga. Dan ternyata pikiranku salah, Grandis merespon berita itu cukup baik. Mulai saat itu akusemakin yakin kalau dia perempuan yang sangat aku idamkan, dia begitu tidak mempermasalahkan hubungan jarak jauh nantinya. Sekali lagi aku sangat bersyukur mempunyai pacar seperti dia.

---

Aku masih memiliki waktu kurang lebih sebulan untuk mempersiapkan semuanya. Aku begitu senang karena saat itu Grandis ikut terlibat menyibukkan diri membantu aku mempersiapkan kebutuhan untuk KP. Hingga waktu yang di tunggu-tunggu pun tiba, tanggal 28 April 2012 aku harus berangkat. Sore itu di stasiun Lempuyangan terlihat sangat ramai orang lalu lalang, begitupun aku bersama rombonganku sudah siap berangkat. Dan tidak ketinggalan pula, Grandis punikut mengantarkan keberangkatanku ke jakarta. Pengeras suara di stasiun mengumumkan kereta jurusan jogja-jakarta segera berangkat. Aku dan rombonganku segera masuk ke dalam area stasiun, sempat aku sesekalimelihat ke arah Grandis. Dia melambaikan tangannya ke arahku untuk sebuah kode perpisahan sementara, Wajahnya begitu manis di tambah balutan kerudung membuat aku enggan berpaling dari pandanganku. Kereta yang aku tumpangi pun perlahan – lahan mulai meninggalkan stasiun, wajahnya terlihat hilang sekejap oleh kecepatan kereta. Aku melihat warna-warni lampu jogja dari balik jendela kereta, sempat aku memutar lagu “My Love ‘’ untuk menghiburku. Hatiku serasa beru ucap selamat tinggal jogja, selamat tinggal grandis, kita akan bertemu 3 bulan lagi.

---

Tiga bulan pun berlalu, aku kembali di sibukan oleh kegiatan kampus dan tugas akhirku. Hubunganku dengan grandis pun tidak ada yang berubah, masih sama sepertikemarin. Hingga pertengahan agustus 2012, dia wisuda terlebih dahulu.Aku di kenalkan dengan keluarga grandis saat wisudanya, dan saat itu juga aku mulai dekatdengan keluarganya. Aku semakin yakin dengan grandis, kalau dia adalah calonku kelak. Selang 2 bulan kemudian, tepatnya akhir bulan novemberaku menyusul wisuda. Dan aku mengenalkan grandis dengan keluargaku, respon keluargaku pun sangat baik . sejak saat itu aku dan grandis semakin dekat.

Seiring jalannya waktu, aku dan grandis disibukkan dengan pencarian kerja. Saat itu aku masih memilih jogja sebagai tempat tinggalku, sedangkan Grandis lebih memilih tinggal di rumahnya di Netalk . Hubunganku dengan grandis mulai berubah, kita sering sekali berantem tidak jelas. Mungkin karena jarak dan waktu mulai merenggang menyebabkan perasaan curiga sering menghampirinya. Hingga awal januari 2013, aku mendapatkan sebuah proyek di Balikpapan. Dan itu artinya, aku akan meninggalkan kota jogja. Tidak hanya itu, aku juga bakal meninggalkan grandis yang jauh di Netalk. Hubunganku dengan Grandis tidak mulus lagi, kita semakin lama semakin banyak berantem. Sampai suatu ketika, aku memilih untuk break sementara dulu dengan grandis. Aku ingin dia berubah, dan tidak seperti anak kecil yang tidak berfikir realistis. Aku ingin menata karirku terlebih dahulu, mengumpulkan uang untuk masa depanku. Pikiranku saat itu adalah “ Kalau jodoh pasti Allah pertemukan nanti ‘’.

----------

Sudah hampir9 bulan aku dan Grandis menjalani kehidupan sendiri-sendiri, aku dan dia tidak lagi saling berkata manis, apalagi untuk saling bertatap muka. Meskipun hubunganku dan grandis bukan sebagai pasangan kekasih lagi, namun kami masih menjalin komunikasi untuk mencoba menjalani hubungan yang niatan ke depan ingin lebih serius tanpa adanya pacaran. Aku dan dia hanya komunikasi lewattelpon, itupun jarang karena kendala sinyal ditempatku yang complicated.“ Cewek itu kelihatan lebih cantik kalau sudah bukan milik kita lagi ‘’ mungkin kata-kata itu ada benarnya juga. Sampai saat ini aku masih disibukkan dengan kerjaanku, begitu juga dengan grandis. Dia sekarang menjadi seorang asisten peneliti di kampusku. Sesekali Aku pernah berkata kepada Grandis “ Kita Gak usah Pacaran kayak anak remaja, tapi nanti aku akan langsung melamarmu ‘’. Iya karena di agamaku yang namanya pacaran itu tidak ada. Pacaran itu akan memperbanyak kebohongan saja pikirku, karena kita akan menutupi keburukan kita agar pasangan berharap lebih sayang. Pernah juga aku membaca buku karya seorang ustad yang berjudul “ Udah Putusin aja’’, dan itu semakin memperkuat keyakinanku untuk tidak pacaran lagi. Aku ingin cinta yang bernafas islam, aku ingin suatu saat mengkhitbah calonku tanpa harus pacaran terlebih dahulu. Namun itu keinginanku, dan mungkin keinginan Grandis tidak demikian. Tulisan di wall akun sosmednya semalam membuat aku cemburu. Padahal aku sadar, aku bukan pacar dia lagi. Sampai saat ini aku masih berfikir, apakah grandis akan tetap sabar menungguku dengan status hubungan yang tidak jelas ini. Apakah aku salah berkata seperti itu ke dia, Sejuta pertanyaan di hati ini serasa memberontak , antara yakin dan merasa menyesal. Arggh sudahlah, pasrahkan saja sama dengan yang di atas. Hanya Tuhan yang tahu bagaimana kedepannya nanti. Untuk saat ini aku ingin menata karirku terlebih dahulu, mewujudkan mimpiku untuk membanggakan kedua orang tuaku.

---

Adzan maghrib menyadarkanku dari lamunan, suara ombak yang menggebu menambah kacau perasaanku. Perlahan langkahku meninggalkan bibir pantai, aku berharap hari esok akan lebih baik. Dan berharap, semua akan indah pada waktunya....

Buat seseorang yang disana, semoga Tuhan mendengar doaku..

----- Halmahera Selatan, 24 Oktober 2013 -----

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun