Berdasarkan "2021 Asia Pasific Young Entrepreneurs Survey" menyebutkan bahwa 72% generasi milenial dan generasi Z di Indonesia, Jepang, Malaysia, Filipina, Singapura, Korea Selatan, Taiwan dan Vietnam memilih menjadi pengusaha sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan memiliki pekerjaan.
Mengutip pernyataan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indoneaia (MPR RI) saat menyampaikan pidato ilmiah pada Sidang Terbuka Senat Universitas Al Ghifari dalam rangka Wisuda Sarjana Tahun Akademik 2023-2024, di Bandung, 4 November 2023, angka ini dinilai cukup besar dan berdampak signifikan bagi perkembangan arah kebijakan ekonomi kawasan.
Tren positif ini, secara khusus bagi Indonesia, mendorong optimisme terhadap usaha pencarian solusi sumber daya manusia lulusan perguruan tinggi atau sarjana dalam perolehan lapangan pekerjaan.
Kesulitan Indonesia saat ini, menurut Fadel Muhammad, bagaimana menyeimbangkan jumlah lulusan perguruan tinggi dengan ketersediaan lapangan kerja di Indonesia dalam setiap tahunnya.
Disebutkan bahwa angka sarjana dihasilkan dari perguruan tinggi rata-rata mencapai satu juta orang lebih setiap tahun, sementara kesempatan memperoleh peluang kerja hanya sekitar 300 ribu sampai 400 ribu lowongan.
Kondisi ini menjadi beban pemerintah secara umum dalam waktu beberapa lama.
Pemerintah sendiri masih terus mencari cara, bagaimana keluar dari masalah tingginya angka pengangguran kalangan sarjana itu.
Alternatif menjadi entrepreneur, kata Fadel Muhammad, tentunya bisa menjadi pilihan.
Dua persoalan dasar di atas tadi seperti pandemi Covid-19 dan kesulitan pemerintah membuka lapangan kerja, setidaknya itu mampu dijadikan pemicu bagi para sarjana dalam berusaha.
Bagi kalangan mahasiswa yang masih aktif, sebaiknya kondisi ini dipahami sejak awal, sebelum lulus. Tanyakan kepada diri, mau apa nanti setelah lulus kuliah?
Peringatan dini semacam ini, bagi mahasiswa aktif setidaknya dapat menjadi gambaran dan usaha melakukan persiapan menghadapi ancaman pengangguran yang mengintai sarjana di Indonesia.
Waktu-waktu tersisa saat melawati kuliah, ada baiknya mahasiswa meningkatkan reputasinya di kampus.
Banyak cara mencapai reputasi sebagai mahasiswa dengan kemampuan siap menghadapi ancaman pengangguran pasca wisuda yaitu dengan cara aktif berorganisasi, mengikuti berbagai macam pelatiihan tambahan dan belajar hidup bermasyarakat.
Ada kecenderungan mahasiswa ketika akrab dengan hal-hal tersebut, biasanya mereka cepat menyesuaikan diri dalam kehidupan masyarakat pada saat lulus kuliah dan wisuda.
Sementara itu, berdasarkan agenda dan catatan demografi, tahun 2030 sebagai momentum penting Indonesia menghadapi bonus demografi.
Gambaran kondisi ini, bagaimana kehidupan dalam negeri sangat bertumpu kepada kemampuan generasi muda.
Lulusan terbaik Wisuda XIX Universitas Al Ghifari 2023 Program Studi Hubungan Internasional, Bernika Ramdhan, menyebutkan bahwa pada masa bonus demografi tiba, jumlah anak-anak atau pun orang tua itu, nantinya akan lebih kecil dari jumlah angka anak-anak muda.
Persiapan menghadapi semua itu, harus lebih jelas dilakukan anak-anak muda atau sarjana. Hanya tinggal hitungan jari, tahun tibanya bonus demografi itu bagi kalangan muda Indonesia.
Bernika Ramdhan, menyebutkan dalam pidato perwakilan wisudawan, bahwa kehidupan masa depan ditentukan dari keadaan saat ini.
Dengan melihat hal demikian, proses wisuda itu gayung bersambut menghadapi perubahan zaman. Namun saat ini kita tahu jika kualitas sarjana-sarjana kita masih memerlukan peningkatan serta kemampuan daya jelajah hadapi tantangan zaman perlu dioptimalkan.