Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Menembus Batas Kenangan KAA 1955 dari Bandung

2 November 2023   09:14 Diperbarui: 2 November 2023   09:39 237 2

Bandung selalu mengenang peristiwa Konperensi Asia Afrika (KAA) 1955 dalam setiap tahunnya.

KAA 1955 sebagai sebuah perhelatan besar bangsa-bangsa, menjadi terkenal karena kegigihan para partisipan atau peserta konperensi dalam memperjuangkan nasib bersama pasca perang dunia II.

Dominasi ideologi Kapitalis Washington dan Sosialis Komunis Moskow, secara fisik dinilai telah lepas saat itu, lalu bergeraklah bangsa-bangsa Asia dan Afrika kepada alam kemerdekaan seutuhnya serta berdiri bersama dalam tatanan dunia baru.

KAA berlangsung pada 18-24 April 1955 di Kota Bandung, menjelma sebagai pertemuan penting.

Pertemuan tersebut berhasil menorehkan semangat kebersamaan, senasib sepenanggungan, dan kepemilikan hak atas kemerdekaan, lepas dari cengkraman kolonialisasi dan hidup setara dalam pergaulan bangsa-bangsa diseluruh dunia.

Sebagai generasi penerus hari ini, kita patut berbangga hati dengan hasil perjuangan para pendahulu tersebut.

Buah pengorbanan putra-putri bangsa menghasilkan prestasi luar biasa dalam menembus batas dan sekat keterkungkungan hasil ulah cipta penjajah.

Bayangkan saja, saat KAA akan digelar, kondisi pasca Perang Dunia II, sangat genting.

Saat itu Indonesia baru sepuluh tahun merdeka. Situasi dan kondisi pasca kolonialisasi, belum pulih seutuhnya, menyusul kecaman dan upaya pendudukan kembali negara-negara asing terhitung sangat gencar.

Tingkat kepercayaan masyarakat dunia pun masih terbilang rendah terhadap Indonesia.

Demikianlah hal-hal itu ditampakan bagi Indonesia, keadaan penuh keterbatasan.

Hampir-hampir perhelatan besar bangsa-bangsa ini tidak mungkin terselenggara, karena Bandung dinilai tidak siap menggelar perhelatan akbar bangsa-bangsa Asia Afrika tersebut.

Tetapi apa boleh dikata, ketika semangat semakin menggebu dan niat kuat tumbuh dalam kehendak-kehendak bersama kuasa alam, kemudian hadir langkah-langkah gemilang, merumuskan lebih matang rencana KAA.

Saksi-saksi bisu pergerakan, ada Gedung Dwi Warna, sebagai bangunan bersejarah di Jalan Diponegero Kota Bandung, Jawa Barat, sempat dipergunakan sebagai tempat rapat komisi atau panitia KAA 1955.

Gedung tersebut sekarang berfungsi menjadi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Jawa Barat, setelah sebelumnya dipakai untuk kantor beberapa instansi dan gedung lembaga wakil rakyat.

Lokaai pertemuan utama KAA adalah Gedung Merdeka berikut saksi kunci sejarah lainnya yaitu Museum Asia Afrika.

Ada Hotel Savoy Homann, tempat menginap para delegasi.

Beberapa bangunan saksi sejarah penting KAA itu berada berdekatan dengan titik nol Kilometer Kota Bandung.

Kita mengenang juga tokoh besar Presiden Soekarno, Ali Satroamidjojo, Roeslan Abdoelgani. Masing-masing nama berurutan berperan sebagai kepala negara,  delegasi konperensi dan panitia KAA. Masih banyak sederet nama besar lainnya terkait KAA 1955.

Nama-nama ini terkenang dalam setiap peringatan KAA.

Mereka sosok-sosok pemberani, pemberi inspirasi bagi putra-putri bangsa untuk sama-sama terjun dan berjuang menyukseskan berlangsungnya KAA.

Nama-nama besar ini mampu mengajak dan mendorong lahirnya sikap toleran dan unggul terutama dalam hal menyusun konsep, strategi dan pelaksanaan teknis serta pola diplomasi antar bangsa.

Kehebatan sepak terjang Indonesia berdiplomasi tingkat dunia internasional, diakui berbagai kalangan.

Keberhasilan upaya tersebut mencipta keberlangsungan konperensi menjadi baik dan berbobot.

Catatan sejarah perundingan dan diplomasi KAA kemudian menyaebutkan bahwa perundingan selama KAA mengusung dasar musyawarah untuk mufakat.

Delegasi-delegasi KAA, semua setara dihadapan forum.

Dominasi kepesertaan  nyaris idak tampak dalam pertemuan tersebut.
 
Peerundingan sangat alot namun cair. Setiap pengambilan keputusan dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan pertimbangan matang.

Masing-masing peserta sidang sadar bahwa mengedepankan hak-hak antar bangsa terutama dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran menjadi fokus tujuan konperensi.

Bagaimana rasa saling hormat menghormati itu ditunjukan para delegasi bersama balutan kebiasaan-kebiasaan dan cara bergaul dari masing-masing Suasana penuh dengan keakraban.

Semangat perjuangan tanpa pamrih, para pelaku sejarah bangsa dalam KAA, rela berkorban segala hal dimiliki demi tercipta kemuliaan bangsa dan negara.

Masih banyak ungkapan lain sebetulnya saat mengenang KAA 1955 dari Bandung. Kenangan-kenangan pembangkit gairah juang anak-anak bangsa.

Dari segala hal tentang itu, kita bersyukur, Indonesia dibangun dari tapak sejarah unggul.

Semoga kenangan Bandung ini memberi angin segar bagi pemupukan spirit membangun nusa dan laju hidup berkebangsaan lebih baik.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun