Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan Pilihan

Food Estate dan Inspirasi Indonesia Atasi Krisis Pangan Dunia

27 November 2022   16:39 Diperbarui: 27 November 2022   16:44 417 8
Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Bali belum lama berakhir.
Sejumlah negara peserta menemui kesepakatan bersama  yang disebut Deklarasi Pemimpin G20 atau G20 Bali Leaders Declaration.

Ada juga kesepakatan lain yang dihasilkan negara peserta dan undangan yaitu Concrete Deliverable, sebuah kesepakatan berisi daftar proyek bersama untuk dilaksanakan dengan sasaran langsung  kepada rakyat seluruh dunia.

Dari sekian banyak poin-poin kesepakatan dan pekerjaan rumah lanjutan masing-masing negara, Indonesia diantaranya fokus kepada penanganan masalah pangan dunia.

Upaya penuntasan masalah pangan dunia dalam KTT G20, menyusul disampaikannya materi pidato oleh Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto dalam Global Food Security, sebagai bagian dari rangkaian tak terpisahkan dari KTT G20.

Isu yang disampaikan Prabowo berupa gagasan lumbung pangan atau food estate yang sudah lama ia inisiasi.

Food Estate menjadi suatu bentuk kepercayaan diri sekaligus kontribusi bangsa Indonesia dalam menghadapi krisis pangan dunia.

Krisis pangan mengancam dunia terutama saat ini dunia dihadapkan suatu realitas populasi jumlah penduduk mencapai 8 miliar manusia, sebagaimana diberitakan secara resmi dan luas oleh  organisasi dunia yaitu  Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

Bagi Indonesia, keberadaan pangan terus diupayakan ketersediaannya.

Pangan yang tersedia diharapkan mampu dijangkau secara luas oleh rakyat sehingga target capaian angka nol kelaparan bisa terealisasi.

Apabila harapan itu terlaksana, maka dengan sendirinya Indonesia mampu menjadi bagian dalam mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan atau Suistainable Development Goals (SDGs).

Strategi yang dikembangkan kemudian yaitu menciptakan lahan produktif di atas lahan hutan yang sudah terdegradasi.

Hutan di Indonesia sudah banyak yang terdegradasi, sedikitnya ada sekitar 80 juta Hektar.

Penyebab semua itu karena kerakusan kapitalis terhadap hutan kita dimasa lampau.

Meski hanya sebagian saja dari upaya memproduktifkan lahan hutan, namun Prabowo optimis usaha memenuhi kebutuhan pangan dapat tercapai.

Pemanfaatan lahan hutan itu setidaknya untuk produksi tanaman sawit, aren dan singkong. Selebihnya adalah untuk tanaman sumber energi terbarukan, energi bersih dan bioenergi.

Langkah Indonesia dalam penanganan masalah krisis pangan dunia, setidaknya bisa diikuti oleh negara-negara lain di dunia.

Tahun 2023, seperti prediksi ahli bidang ekonomi, bahwa dunia akan menghadapi resesi.

Ketersediaan pangan sangat mengancam kelangsungan kehidupan rakyat dunia saat resesi.

Untuk alasan itulah, menurut Prabowo, peningkatan produkstivitas pangan di Indonesia, dalam rangka menjawab atau memberikan langkah konkrit bagaimana memberikan makan 8 miliar manusia.


Kesinambungan

Wilayah tropis Indonesia sangat memungkinkan tumbuh berbagai jenis bahan pangan yang dibutuhkan rakyat.

Lahan subur tersedia dimana-mana, cukup mampu menopang usaha produktifitas pertanian berorientasi pemenuhan kebutuhan publik.

Ada pesan tersirat tentang upaya menjaga kesinambungan pangan dari Presiden RI ke-5, Megawati Soekarno Putri saat menerima kunjungan Presiden Joko Widodo atau Jokowi di lokasi Batu Tulis Bogor.

Pertemuan yang berlangsung pada Sabtu, 8 Oktober 2022 lalu itu membahas mengenai langkah-langkah penting untuk menghadapi krisis ekonomi dunia dan pangan.

Dari kesederhanaan jamuan yang diberikan Megawati, pada saat itu dihadapkan kepada Jokowi berupa panganan khas Indonesia berupa singkong, ubi, kacang-kacangan, talas, jagung, dan nasi uduk.

Makanan tersebut merupakan makanan yang merakyat. Keberadaannya hingga saat ini masih bisa kita temui di berbagai tempat di Indonesia.

Selain masih relatif mudah menemukan jenis-jenisnya, makanan rakyat itu pun mampu menjadi makanan pendamping atau bahan pangan alternatif disamping pangan pokok yang selama ini kita konsumsi.

Pertemuan berlangsung sekitar dua jam, secara bersamaan Megawati menyampaikan kepada Jokowi agar Indonesia menanam 10 macam tanaman pendamping beras.

Pemikiran jauh kedepan dibutuhkan untuk antisipasi kemungkinan terburuk kondisi ketersediaan pangan dalam negeri dan dunia.

Demikian pula halnya Prabowo Subianto, sesuai arahan Presiden Jokowi, sejak 2020, sudah memulai budidaya dan pemenuhan lumbung pangan singkong.

Pangan singkong secara khusus dikembangkan Kemenhan dari sekian komoditi yang diharapkan berkembang untuk pelaksanaan program food estate.

Prabowo menyadari bahwa pemenuhan secara keseluruhan menjadi tugas kementerian lain yang terkait.

Inisiatif ini menunjukan bahwa, Prabowo sangat mendukung kebijakan secara gotong royong pemenuhan kebutuhan pangan di Indonesia.

Optimisme food estate singkong yang dulu digagas dan mulai dilaksanakan di Kalimantan Tengah dengan target awal  lahan seluas 30.000 Hektar pada 2021 dan meningkat terus sampai 1,4 juta Hektar pada 2025 dengan perluasan lahan di daerah Papua, NTT dan Sumatera Selatan.

Prabowo dan seluruh bagian penting pemerintahan bisa bahu membahu meneruskan kebersamaan Indonesia mengatasi masalah pangan.

Tanggung jawab tersediannya pangan ini, jika sudah merata kepada berbagai elemen masyarakat di Indonesia, maka resesi dunia yang menimbulkan krisis pangan dimana-mana itu bukan sesuatu yang harus ditakuti lagi oleh Indonesia.

Kita berharap, kekompakan dari para pemimpin di Indonesia benar-benar akan menjaga stabilitas dan keberlangsungan ketersediaan pangan rakyat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun